Capt 9 : Awas Kau, Ferguso!

Sungguh
Ku merasa resah
Untuk menilai
Sesuatu yang indah

Dendang musik dangdut koplo milik Agza terdengar begitu keras. Goyangan ashoy milik Yogi dan Rijale pun tak luput dari pemandangan. Sementara Ihsya yang notabene anak tak-tak pun tak menyia-nyiakan moment untuk merekamnya.

"Lagi, Ag. Tambahin biar ashoy di geboy," Yogi berseru cukup keras, membuat Agza mengangguk semangat.

Ihsya menggeleng kecil melihat kegilaan sahabatnya itu. Lalu, pandangannya beralih pada Mirza. Laki-laki dengan handband merah itu terdiam, membuat Ihsya sedikit bingung.

"Nggak ikutan, Za?" tanya Ihsya sambil menepuk pelan bahu Mirza.

Gelengan pelan itu pun membuat Ihsya bertanya-tanya. Sejak kembali dari pembolosannya, Mirza memang sedikit aneh. Ia selalu menatap ke sembarang arah atau mencari-cari seseorang, bahkan sahabatnya pun tidak tahu siapa itu.

Kerap kali ditegur, namun tetap saja seorang Mirza takkan pernah mendengarkan pendapat lainnya. Ihsya tahu kalau Mirza sedang memikirkan sesuatu, namun ia bukanlah mind reader yang bisa tahu segalanya tanpa bertanya terlebih dahulu.

"Hooh. Lo kenapa, sih?" tanya Yogi sambil mengipasi tubuhnya yang sedikit berkeringat.

Agza mengerutkan dahinya kesal. "Apaan sih, Yog! Baju lo bau tayi," ujarnya sambil mencincing jijik kaos basah itu, lalu membuangnya ke sembarang tempat.

Yogi menoleh kesal sambil memungut bajunya sendiri dan beralih mencari tempat di bawah ac. Alfeyra, mantan sahabat perempuan Akira dahulu.

Alfeyra menoleh kesal saat Yogi menghampirinya, apalagi kini keadaannya yang sangat bau keringat. Percayalah seganteng apapun itu cowok, kalau namanya berkeringat tetap saja bau.

"Jauh-jauh lo! Radius satu meter," Alfeyra mendelik kesal sambil mengibaskan tangannya.

Yogi melotot protes, "Enak, aja. Kapan lagi lo disamperin cogan, kurbel?"

Alfeyra menganga tak percaya mendengar celetukan Yogi. Rahangnya sungguh enteng sekali menghujat manusia hingga tak sadar diri bahwa ia pun jomblo dan kurbel parah, melebihi Rijale. Sang penggombal yang hobi mematahkan hati cewek.

Alfeyra menjitak kepala Yogi kuat-kuat sambil melenggang keluar demi keselamatan jiwa puteri manisnya.

Bersandar di dekat pintu membuat Alfeyra dapat melihat segala aktivitas yang dilakukan oleh siswa siswi di SMA Kingfield Alexandria, termasuk tingkah Akira dengan segala tawanya. Terekam jelas oleh ingatan Alfeyra.

Akira memang sedikit akrab dengan kakak kelasnya, membuat ia dikenal cukup baik. Menjadi satu-satunya anak perempuan dengan segala kenakalannya. Akira harus membiasakan diri jika ia harus bertemu dengan kakak kelas, apalagi jika yang bermodelan bad girl.

Antisipasi sudah Akira rencanakan, demi keselamatan jiwanya di SMA dengan segudang perilaku tak terpuji, namun tetap saja sekolah ini dipandang terfavorit, hanya bermodalkan sudut pandang para siswa nakalnya.

Tawa Akira tiba-tiba terhenti saat tak sengaja ia melihat Alfeyra mendekat. Sementara kakak kelasnya pun ikutan menghentikan tawa, lalu mengerutkan dahinya bingung saat melihat Alfeyra.

"Hai, Kak Elvita!" sapa Alfeyra, lalu menoleh pada Akira, "Hai, Akira!"

"Halo, Fey. Tumben nimbrung, ada yang mau diomongin?" tanya Elvita sambil mengerutkan dahinya bingung.

Jangan tanyakan Akira. Sebab, sejak kedatangan Alfeyra tadi, ia hanya terdiam dan bingung melihat Alfeyra menyapa dirinya tanpa emosi.

Alfeyra menggeleng. "Suntuk di kelas. Lagipula ada komplotannya Mirza," jelas Fey.

Elvita mengangguk. Ia tahu bagaimana kegilaan lima cogan tanpa cacat itu bertingkah. Sudah dapat dipastikan kini tempat yang mereka jadikan tempat konser tak berbentuk.

Akira terkekeh kecil membuat Alfeyra menatapnya bingung.

"Lo sekelas sama Mirza?" tanya Akira membuat Alfeyra mengangguk.

∞∞∞

The Golongans

Devinpand
Ada film bagus. Nonton skuy!

AndersonlitleKen
Jadiin. Mumpung gue gabuts disekum. Hiyahiya!

Silvanatimothy
Boleh.

LucasJ
Otw rumah lo, Ken!

AndersonlitleKen
Ah siap!

Devinpand
Akira mana?

LucasJ
Gak tahu, tadi dia balik duluan.

Silvanatimothy
Samperin, aja. Kayaknya dia emang sengaja gak nyalain ponsel.

AndersonlitleKen
Otw.

Pesan terakhir itu membuat Akira mendengus sebal. Untuk apa mereka membuang-buang waktu hanya untuk mengajaknya pergi menonton. Lagipula sudah ada si kembar, untuk apa ia harus ikut. Lebih baik ia menontonnya di rumah, selain irit ia juga bisa sambil tidur-tiduran manja dengan Ferguso, kucing kesayangannya.

Dengan langkah gontai ia mengganti pakaiannya, sebab sebentar lagi manusia para bucin itu akan datang menemui dirinya dengan suara cetar membahana.

Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk membersihkan tubuhnya, kini Akira tengah menuruni tangga. Membuka pintu besar nan agung itu kesal. Siapa lagi kalau bukan Ken yang mengetuk paksa pintu dengan suara tak beraturan.

"Berisik, Ken!" omel Akira sambil membukakan pintu.

Ken tersenyum jenaka sambil berlari kecil meraih Ferguso, kucing gemuk yang selalu mengikuti Akira.

"Dari mana, Kir?" tanya Devin membuat Akira menoleh padanya.

"Di rumah."

Lucas mengerutkan dahinya bingung. "Tapi lo nggak nimbrung di grup," Lucas berseru tak terima.

Akira memamerkan gigi putih tersusun rapih miliknya.

Ken mencibir, "Pasti lupa. Klasik anzai!"

Akira mendelik protes, "Bodo!"

Ken kesal dan mendelik tak terima, begitu pun sebaliknya. Ken membalas tatapan Akira. Terjadilah adu tatapan yang membuat Lucas memutar bola matanya malas.

"Apaan sih lo berdua! Nggak jelas banget," Lucas protes sebal.

Ferguso pun tak mau kalah, ia bahkan dengan sengaja mencakar lengan Ken. Sepertinya kucing itu mengetahui majikannya tengah kesal triple kuadrat 3 dengan Ken, laki-laki yang sangat menyukai binatang.

"Ini kucing bener-bener, ya. Untung aja gue cowok baik, kalau enggak auto gue jadiin gulai daging kucing." Ken menatap kucing itu sebal. "Awas kau, Ferguso!"

"Nggak jelas lo, Ken!" ejek Devin tersenyum kecil.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top