Capt 12 : Friendzone
"Tidak, Pah! Aku akan tetap di sini. Sudah cukup kemarin Papah nyakitin Akira, tidak untuk sekarang!"
Samar-samar Akira mendengar suara pertengkaran, membuat ia membuka matanya tepat saat sinar matahari menyilau dan menerobos masuk kamar.
Sedikit menyibakkan selimutnya Akira menuruni kasur queen size dan sembari meraba lantai guna mencari keberadaan sandal bulu rumahan. Tak lupa Ferguso membuntuti Akira di belakang.
Kucing gendut pemalas itu terus mengeong, membuat Akira membopong tubuh gendutnya dan melangkah ke arah dapur mencari makanan kucing rakus kesayangannya ini. Namun, tiba-tiba Akira dikejutkan oleh kedatangan seseorang.
"Kakek?" dahi Akira menngerut bingung melihat keadaan kakeknya yang sedikit berantakan, dan tak lupa pula keadaan Tante Brenda dengan penampilan khas orang bangun tidur, tepat piyama biru lautnya menyilaukan mata Akira. Membuat perempuan yang tengah membopong kucing gendut itu tersenyum geli.
Hasbi Khanzarulloh adalah kakek dari Akira. Tepat setelah kepergian sang nenek, kini Kakek Hasbi melampiaskan rasa kesepiannya dengan gila kerja. Bahkan Akira lupa kapan terakhir kali kakeknya ini pulang ke mansion.
Lalu, yang membuatnya bertanya-tanya adalah kenapa penampila Kakek Hasbi saat ini sangat berantakan dengan dasi yang sudah terpasang miring, dan tak lupa jas yang biasanya bertengger kini tergeletak tak berdaya di atas sandaran sofa ruang keluarga, tempat penghubung antara kamar-kamar yang ada di mansion ini.
"Akira, masuk!" titah Brenda membuat Akira bingung.
"Ada apa, Tan?" tanya Akira pada Brenda, lalu menoleh pada sang kakek. "Lalu, mengapa penampilan kakek seperti ini?" lanjutnya sambil mendekati sang kakek yang kini tengah memijat kepalanya pelan.
Kakek Hasbi tak menghiraukan keberadaan Akira, sebab rasa pusing yang melanda kepalanya, membuat ia sedikit memejamkan mata demi menetralkan penglihatan agar tak menjadi bahan pertanyaan seluruh warga mansion di sini.
"Akira! Kamu dengar apa yang Tante ucapkan tadi?" tanya Brenda membuat Akira menangguk.
Baru saja Akira ingin membela diri, namun dikejutkan oleh ucapan kakeknya yang sedikit tiba-tiba.
"Brenda di sini atau kamu yang keluar dari mansion ini, Akira?" tanya Kakek Hasbi tajam.
Tatapan Kakek Hasbi berbeda dari biasanya membuat nyali Akira sedikit menciut. Sungguh perempuan yang tengah mengelus-elus Ferguso terlihat bingung.
"Maksud Kakek apa?" tanya Akira yang benar-benar bingung dengan situasi saat ini.
Kakek Hasbi tersenyum devil sambil menatap Brenda. Perang dingin pun berlanjut tanpa Akira ketahui.
∞∞∞
"Lo udah nonton film 'Ikut Aku ke Pengkolan' belum?" tanya Ken membuat Akira menoleh.
"Katanya bagus. Kemarin sepupu gue update di ig," Lucas berujar dengan nada datar.
Akira mendengus cukup keras. "Film horror yang lagi booming itu, 'kan?" tanyanya sambil menaikkan alis sebelah kanan.
Ken mengangguk kuat-kuat. "Hooh, Ra. Gue jadi pengen nonton," gumamnya membuat Akira berbinar, namun tidak dengan Lucas.
"Kuy."
"Enggak."
Serempak Akira dan Ken menoleh satu sama lain. Sementara Lucas sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Lucas pun tak mau ambil pusing, ia bangkit meninggalkan ke dua sahabatnya yang tengah beradu mulut tanpa jeda itu.
Namun, pandangannya terfokus pada Silvani. Perempuan mungil yang notabenenya kembaran dari Silvana itu tengah duduk sendirian di tepi lapangan basket outdoor.
Lucas berniat menghampiri, namun seketika ia teringat bahwa kini pertemanan mereka sedikit renggang akibat ulah dirinya sendiri. Tetapi, kasihan juga dilihat kalau ia sendirian tanpa teman seperti itu.
"Apa gue samperin aja," gumam Lucas pada dirinya sendiri.
Langkah kaki jenjang itu membawanya pada sebuah tempat. Dengan ke dua tangan dimasukan ke dalam saku celana abu-abu, ia menghampiri seorang perempuan.
"Adel?" panggil Lucas membuat perempuan yang tengah membawa buku di ke dua tangannya itu menoleh.
"Ada apa, Cas?" Adel mengerutkan dahinya bingung melihat sepupunya yang tiba-tiba memanggil.
Lucas menggaruk tenguknya tak gatal, lalu menunjuk tepat di bangku yang Silvani duduki. "Lo kenal dia, 'kan?" tebak Lucas membuat Adel mengangguk pelan.
"Kenapa deh? Jangan basa-basi," protes Adel, sebab sejak tadi Lucas terlalu berbelit-belit menurutnya.
"Sabar dulu. Lo temenin Silvana ya, ajak dia bareng. Soalnya, kita sedikit ada masalah. Gue takut ini jadi beban pikirannya Silvana," pinta Lucas membuat Adel mengangguk mengerti.
"Oke. Tapi ada syaratnya," Adel terkekeh kecil.
"Ada maunya," Lucas memutar bola matanya malas.
"Lo harus bantuin gue belajar bahasa inggris, ya. Awas kalau nggak mau!" ancam Adel membuat Lucas menghembuskan napasnya pelan.
Akhirnya, Lucas bisa bernapas lega saat kornea matanya menangkap bahwa Adel benar-benar mengajak Silvani bersama. Bukannya Lucas mempunyai perasaan, namun ia memang tidak tega melihat perempuan penyendiri seperti itu.
Kemarahan Lucas kemarin hanyalah omong kosong saja. Memangnya ia berani untuk menghabisi Silvani, sedangkan ibunda Lucas sudah mewanti-wanti agar Lucas selalu menghargai perempuan.
Sejujurnya Lucas pun tidak mempunyai pacar, sebab jika ia berpacaran dengan perempuan selalu saja kalau bukan ia yang diselingkuhi atau ia yang ditinggalin. Sungguh miris menjadi Lucas. Saat ia serius malah dicampakkan oleh perempuannya.
Mempunyai kisah cinta yang menyakitkan membuat Lucas sedikit sulit untuk membuka hati kembali. Bukan takut dihianati, hanya saja ia terlalu lelah untuk dikecewakan.
Lucas tidak trauma disakiti, namun ia hanya menjadikan semua itu pelajaran agar ke depannya tidak jatuh di lubang yang sama. Sedikit meminimalisir jika ia ingin mendekati perempuan, sekalipun itu adalah Akira.
Siapa sih yang bisa lepas dari perempuan tangguh seperti Akira. Lucas memang menyukai perempuan itu, tapi bukan berarti ia ingin memilikinya. Lucas tidak mau persahabatannya hancur hanya karena ia menyukai sahabatnya sendiri.
Memang diantara persahabatan perempuan dan laki-laki itu selalu dari salah satu mereka mempunyai perasaan lebih dari seorang sahabat. Bukannya mereka ingin, namun terlalu banyak bersama akan memunculkan perasaan, bukan?
Tetapi, janganlah dibuat patokan bahwa selalu ada persahabatan seperti itu. Kembali pada pribadi masing-masing, jikalau salah satu diantara kalian terjebak friendzone.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top