Capt 11 : Perubahan Sikap

"Makasih untuk hari ini," ujar Akira sembari membuka pintu mobil.

"Yoi. Jangan lupa besok ada upacara jangan terlambat," canda Ken membuat Akira mendengus kesal.

Lucas pun terkekeh melihat raut wajah Akira yang menurutnya sedikit imut. Lalu, sedikit berbasa-basi untuk sekedar melepas kerinduan untuk hari esok.

Mobil yang dikendarai Devin pun meninggalkan pekarangan mansion milik keluarga besar Akira. Langkah kaki itu membawanya memasuki mansion utama. Namun, pergerakannya terhenti kala seseorang memanggil Akira.

"Jadi, begini kelakuan kamu Akira? Setiap hari main pulang malam, tak tahu aturan sekali kamu hidup menumpang di mansion kakek," ketus Brenda.

Brenda adalah tante dari Akira, yang merupakan adik dari ayahanda Akira. Hidup jauh di Aussie membuat Brenda sedikit merubah penampilannya. Ia bukanlah tante terbaiknya, melainkan orang kejam yang selalu memanfaatkan kelemahan Akira.

Akira menatap Brenda datar, untuk apa nenek sihir ini kembali. Bukannya ia sudah memutuskan untuk tidak kembali ke tanah air. Lalu, urusan apa ia datang kemari. Jangan hanya karena mendengar Akira bandel ia memutuskan untuk pulang.

"Jawab pertanyaan Tante, Akira!" sentak Brenda membuat Akira sedikit terkejut.

"Tante kalau nggak tahu nggak perlu sok tahu," Akira berujar sangat datar, namun tidak dengan jantungnya yang kini berdebar sangat hebat.

Sesungguhnya Akira sangat takut ia salah berbicara pada Brenda, tetapi jika tidak sarkas Brenda tidak akan pernah berhenti untuk bertanya, bahkan terus menerus diulangnya.

Brenda tertawa keras sekali membuat mansion yang sepi tak berpenghuni itu sedikit bergema.

"Berani kamu, Akira!" sentak Brenda tajam.

Tiba-tiba nyali Akira ciut melihat tatapan Brenda yang berbeda. "Akira hanya membela diri, Tan. Jangan hanya karena diam berarti Akira takut," ujaran santai itu menyentil emosi Brenda.

Kobaran api amarah kini terpencarkan di mata Brenda. Lihat saja, jika ini adalah film komedi mungkin sudah mengeluarkan api magma. Sangat menyeramkan jika itu benar-benar terjadi.

"Selama ini Tante diam bukan berarti Tante ngelepas kamu, Akira." Brenda menatap Akira teduh. "Tapi, Tante tahu, kamu nggak akan selamanya Tante atur. Kamu punya kehidupan sendiri. Tante tahu, dan Tante juga merasakan ingin hidup bebas."

Seketika air mata Akira jatuh tanpa permisi. Brenda tahu selama ini Akira sudah salah paham terhadapnya.

"Tapi kata Kakek ...," lirih Akira pelan.

Brenda menggeleng sambil tersenyum kecil. "Kakek yang selama ini membuat tante jauh dari kamu, Akira. Sebenarnya Tante nggak mau ikut beasiswa di Aussie, tapi Tante bisa apa? Selain menuruti perintah kakek," ujar Brenda terkekeh kecil.

Akira memeluk tubuh tinggi nan modis Tante Brenda yang dibalas ucapan lembut keibuan khas tantenya.

∞∞∞

Hempasan angin malam menyapu wajah cantik Akira. Dibaluti piyama kucing berbulu biru membuat ia sangat menggemaskan.

Bersandar di tepi pagar balkon sembari membawa cokelat panas yang mengepul ia mengihtung bintang-bintang di langit. Malam ini Akira membiarkan rambutnya sedikit berantakan.

"Bintangnya banyak banget hari ini," Akira terkekeh kecil.

Bintang kecil

Di langit yang biru

Amat banyak

Menghias angkasa

Suara Akira mengalun indah bagai lagu pengantar tidur. Lagu yang berjudul Bintang Kecil itu adalah lagu terakhir sang ibunda menyanyikan untuknya.

"Selamat malam, Khanza. Karena besok Bunda nggak bisa nyanyiin kamu lagi, Bunda mau nyanyiin kamu satu lagu. Bunda suka banget sama lagu ini, apalagi telah dikaruniai anak perempuan cantik dan mandiri seperti kamu Akira," ujar Bunda Khansa sambil menyeka air matanya.

Entah mengapa ia merasa bahwa hari ini adalah hari yang terbesar untuknya. Ditambah sang buah hati yang kini masih sangat kecil. Namun, tuntutan pekerjaan demi melanjutkan kelangsungan hidup perusahaan ia harus rela menitipkan Akira pada Brenda, adik kandungnya yang kebetulan sangat menyayangi Akira.

"Besok Bunda hati-hati, ya. Kalau udah sampai telepon Khanza dulu baru Ayah. Khanza nggak suka jadi yang ke dua setelah Ayah," celoteh Akira kecil dengan sebutan Khanza.

Bunda Khansa terkekeh mendengar penuturan Akira, "Khanza tetap jadi nomor satu di hati Bunda, sayang."

"Khanza sayang Bunda," Akira memeluk Bunda Khansa erat. Tepat saat air matanya jatuh tak terbendung.

Jujur saja, perasaan Akira pun sama dengan Ibundanya. Ia takut bunda tidak bertemu dengannya lagi. Namun, ketakutan itu buru-buru Akira tepis. Ia tak mau menjadi beban keberangkatan orang tuanya.

"Khanza tidur ya," Bunda Khansa menepuk-nepuk pelan paha kanan Akira.

Bintang kecil

Di langit yang biru

Amat banyak

Menghias angkasa

Suara alunan merdu itu kembali terdengar membuat Akira sangat menikmatinya hingga terpejam. Dan tanpa sadar Akira melihat Bunda Khansa. Benarkah ini bundanya yang telah lama tak mengunjunginya.

"Bunda?" Akira berujar tak percaya.

Bunda Khansa tersenyum lembut. Namun, tak kunjung menghampiri Akira. Membuat dirinya sedikit gemas. Apa bundanya tak rindu?"

Tiba-tiba Akira mengerti, itu memang bundanya. Tapi sudah dua tahun yang lalu sejak insiden kecelakaan pesawat, Akira sudah mengetahui bahwa orang tuanya sudah tiada, namun jasadnya sampai saat ini belum di temukan, membuat kasusnya sedikit janggal.

"Suatu saat apa pun yang terjadi kamu harus tabah, sayang. Bunda sayang kamu, Khanza. Tetaplah menjadi anak bunda yang baik dan mandiri. Bunda pamit."

Bayangan bundanya kian lama menghilang. Akira tetap menatap kosong entah ke mana. Jika ada setan melintas mungkin Akira tak menyadarinya.

Melihat pintu kamar Akira sedikit terbuka membuat Brenda sedikit penasaran, sebab biasanya kamar Akira yang selalu tertutup lebih cepat dengan alasan ingin belajar.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menyadarkan Akira dari lamunan panjangnya, lalu melangkah ke arah pintu kamar yang terdapat Brenda menatap Akira dengan penasaran.

"Tante," ujar Akira menyengir lucu membuat Brenda sedikit terkekeh.

"Kamu tumben belum tutup pintu," heran Brenda membuat Akira teringat bahwa ia belum menutup pintunya, jadi wajar saja jika tantenya kini kebingungan.

"Lupa, Tan. Ya udah Akira tutup. Selamat malam tante," sapa Akira manis hingga membuat Brenda berlaga mual.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top