Capt 1 : Pecahnya Sebuah Pertemanan
Diam bukan berarti kita lemah.
❤❤❤
Tap ... tap ... tap ....
Suara langkah kaki terdengar cepat membuat suaranya tak berjeda. Tali hitam yang menggantung tak lupa ikut mengayunkan sesuai irama, menjadikan aura yang berbeda. Sepatu hitam yang hampir seluruhnya basah kini terhenti disebuah pintu. Pintu yang akan mengubah segalanya.
"Akira, apakah kamu tahu bahwa sekarang itu pukul berapa?" tanya seseorang yang ada di depannya dengan tatapan tajam bak burung elang.
"Saya terlambat, apa hukumannya?" Akira menatap malas pada guru di depannya yang terlalu basa-basi.
"Hari ini kamu boleh masuk tanpa hukuman. Silahkan duduk!" Guru Chen tersenyum tipis membuat Akira mendengus melihat wali kelasnya yang aneh hari ini.
Siapa yang tidak tahu seorang perempuan yang hobinya mabal dan tak takut kepada apapun termasuk kepada kakeknya sendiri. Akira Khanzarumi, gadis cantik yang sangat menyukai kebebasan. Mempunyai tiga sahabat laki-laki yang bernama Lucas James, Devin Pandya Andika, dan Ken Anderson..
"Kenapa telat?" Lucas berbisik pada Akira yang menyadari pemilik bangku baru tiba.
Akira menatap Lucas sebentar, "Tante Brenda."
"Ganggu lo lagi?" Devin menyahut dari belakang membuat Akira menoleh dan tersenyum tipis.
"Tenang, Kir. Kalau tante lo kasar, kita gak akan segan-segan buat bales dia," Ken menepuk pundak Akira pelan, lalu melangkah keluar dengan alasan pergi ke toilet. Sangat klasik untuk ukuran anak murid yang menghindari pelajaran.
Akira hanya mendengus melihat teman anehnya itu, sedangkan Devin hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat Ken meninggalkan kelas tanpa dosa.
∞∞∞
Kriiing ... kriiing ... kriiing ....
Bel istirahat berbunyi, banyak siswa/i berbondong-bondong menuju kantin sekolah. Sangat berbeda dengan Akira dan para sahabatnya. Mereka lebih menyukai keheningan daripada suara kegaduhan akibat tak banyak murid yang berlomba-lomba mencari perhatian kakak kelas mereka.
Kalau banyak yang bilang waktu istirahat adalah waktu yang paling tepat untuk makan atau bercanda ria di kantin, jawabannya justru salah. Nyatanya dikantin adalah tempat dimana dua manusia berbeda jenis kelamin melakukan pendekatan. Tak banyak murid yang pergi ke kantin adalah sepasang kekasih.
"Kalian nggak lapar?" Ken bersandar pada pohon yang tengah diduduki oleh Akira.
"Aku sih ikut aja," Silvani menyahut sambil mengacak-acak rambut Silvana yang sudah tak berbentuk.
Silvana hanya bisa pasrah melihat rambutnya yang tak bisa diselamatkan, sedangkan Akira tengah asyik mengayunkan kaki mungilnya pelan. Devin yang memang notabenenya tengah berbisnis hanya diam dan memperhatikan sahabatnya yang dilanda keterdiaman akut.
"Kalian nggak ke kantin?" tanya Lucas seraya bangkit dan menepuk celana abu-abunya yang sedikit kotor.
Akira, Silvana dan Silvani kompak menggeleng, namun berbeda dengan Devin dan Ken yang Nampak mengangkat bahunya, acuh karena melihat pacar mereka dalam skala magma radar bahaya. Lucas menatap Devin dengan mengejek dan segera merangkul Ken yang terlihat sangat lusuh.
"Kuy, Ra. Gue traktir," Lucas berseru dengan sedikit keras membuat Akira berbinar mendengar kata tersebut keluar dan spontan melompat turun.
"Akira, lo kalau turun bilang dulu. Untung gue nggak punya riwayat jantung. Kalau ada, auto gue gentayangin lo," Ken mendengus melihat Akira yang tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi rapihnya.
"Kapan lagi Lucas bobol dompet boy," Akira memberi tepukan sedikit keras dibahu Ken membuat sang empu menatap dirinya datar.
Selagi Devin merapihkan rambut kekasihnya, Akira melangkah terlebih dahulu meninggalkan teman-temannya yang sering membuat siapapun migrain. Dengan bersenandung kecil, Akira melangkahkan kakinya riang meninggalkan taman belakang sekolahnya yang memang sangat sepi, bahkan hampir tak ada orang.
"Mba, jus alpukatnya satu," Akira memesan disalah satu kedai sambil mengetuk-ngetuk tiang dengan jari telunjuk mungilnya.
Diabaikan murid-murid yang menatapnya tak suka. Tak sedikit pula para lelaki yang terang-terangan menggoda dirinya. Tentu saja hal tersebut membuat Akira tak nyaman jika tak bersama sahabatnya. Akira mendengus, sebab hingga sampai saat ini sahabatnya tak kunjung tiba. Tidak mungkin mereka salah koridor, 'kan?
"Sok cantik banget, sih!" sinis salah satu siswi sambil mendecih terang-terangan menghadapnya.
Akira menoleh sepintas dan kembali melanjutkan acara menunggu jusnya yang sudah lama sekali tak kunjung datang.
"Ya, taulah. Namanya juga anak caper," provokasi dari dayang-dayang siswi yang mengejek Akira tadi.
"Good girl. Sana jauh-jauh nanti kita tertular virusnya," tawa sinis menggema ditelinga Akira membuatnya mengeratkan pegangan disalah satu tiang kedai.
"Orang miskin juga banyak gaya," cemo'oh dari murid lainnya membuat suasana hati Akira memanas.
"Hei sudah-sudah! Tuh liat, mukanya merah masa," ejek salah satu murid lainnya sambil menunjuk wajah Akira yang memang terlihat sangat merah menahan emosi.
"Takut," Feyra berujar pelan sambil berpura-pura memasang wajah polos tak berdaya.
Alfeyra Maharuni, gadis keturunan Tiongkok yang sangat gemar membuat masalah dengan Akira. Memiliki mata sipit dan bermulut tipis itu mampu membuat semua emosi semua orang bergejolak. Cantik, namun tak seindah sifatnya. Ia juga memiliki dua teman, yaitu Isabelle Klopenburgh dan Jennifer Li.
Jujur saja, Akira sangat bosan jika harus terus berurusan dengan makhluk bernama Fey. Jika ditanya apa ia lelah? Tentu saja. Bahkan ia lupa kapan terakhir kalinya Fey menyapa sebagai teman bukan musuh. Bukannya Akira tak suka dengan sikap Fey yang terlalu mencolok untuk ukuran seorang perempuan, namun apa salahnya jika ia merindukan Fey yang dahulu.
Alfeyra yang sangat memperdulikan semuanya. Alfeyra yang sangat membenci kasus bullying dikalangan anak remaja. Sangat baik memang, tetapi itu semua telah menjadi kenangan. Kenangan yang hanya tinggal masa lalu.
"Fey, udah lama kita nggak nongkrong bareng. Terakhir kali kapan, ya?" Akira melangkah pelan dan pura-pura bertanya kepada Fey yang kini tengah mengepalkan tangannya dan menatap Akira tajam.
"Nggak usah sok kenal, deh. Lo siapa, ya?" kecam Fey seraya bangkit dengan emosi membuat Akira mendongak angkuh.
Akira maju selangkah mendekati Fey dan berbisik, "Gue boleh diam saat lo menghina, tapi yang harus lo ingat adalah gue tetap Akira. Bye, Alfeyra." Lambaian lembut dari Akira diabaikan Fey dan segera mendudukkan diri sambil mengaduk-aduk jusnya dengan tatapan tajam ke sembarang arah.
Sementara Jennifer menangkap adanya perbedaan dari Fey segera menyikut Isabelle yang hanya dijawab dengan endikan bahu tak acuh. Alfeyra terdiam saat Akira meninggalkan kantin. Siapapun tahu Akira, tak ayal biarpun kenakalannya kelewat batas tetap saja Alfeyra adalah seorang perempuan.
❤❤❤
TBC ....
Bagaimana part pertama, gaes? Sedikit gaje atau terlalu banyak gaje?
Hello, gaes! Pasti diantara kalian belum kenal diriku, ehe:v Mari tak kenal maka tak tahu, uwuw:) Jangan sayang, kalau nanti aku baper bisa kacau.
Oke, tanpa basa basi lagi. Perkenalkan nama perempuan imut nan menggemaskan ini adalah Alexha singkatnya kalian bisa panggil diriku dengan sebutan Cha. Mari bagi yang ingin berkelana di akun pribadi diriku Chaoxhian_ tak banyak siraman rohani lagi aku sudahi sampai disini.
Tenang fans dikesempatan selanjutnya pasti si bocil ini akan menceritakan sedikit kisah hidupnya. Ekhem ... berasa rencana peminggatan aja:')
Bila diperkenankan bolehlah kakak senior semua vote dan comment. Jujur saja ku tak mampu, asheep jadi drama gini. Bila ada kata yang salah atau penempatan yang kurang baik dimohon untuk krisarnya kakak:'( Diriku tak sepandai dirimu.
Kolom comment terbuka tanpa pintu untuk kalian semua kakak yang baiq hati dan tidak shombong. Dengan amat berat hati aku akhiri semua tentang kita. Aseq:v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top