Part 73 - Meeting Her Family

Eva masih tidak percaya dengan siapa yang ada di ruang tamunya sekarang sedangkan Sophie memandangnya dengan tatapan menyelidik sekaligus menggoda.

"Hai," katanya dengan senyum terlebar yang pernah Eva lihat.

"Evan?!" panggil Eva tidak percaya.

"Eva tidak mengatakan apa-apa kalau temannya akan datang jadi aku tidak menyiapkan apapun," bela Sophie untuk dirinya sendiri.

Eva pun mendekat kearah Evan, yang tidak seperti biasanya dimana dia berpakaian jas lengkap, saat ini memakai kemeja berwarna abu-abu membuatnya terlihat lebih casual daripada biasanya. Eva pun menarik lengan Evan kuat hingga mereka berdua berhenti di depan pintu depan.

Dengan matanya, Eva meminta penjelasan Evan. Pria itu tidak langsung menjawab namun malah nampak seperti menikmati keterkejutan di mata Eva.

"Ok, ok, berhenti menatapku seperti itu. Saat kau bilang Ibumu memintamu menghabiskan tahun baru bersamanya, aku baru ingat bahwa aku sama sekali belum menyapa Ibumu dan karena aku serius tentang hubungan kita, aku memanfaatkan momen ini," jawab Evan lembut.

Dan astaga entah apa karena sedikit salju yang turun siang itu ataukah memang Evan yang tampan, pria ini tampak sepuluh kali lebih memukau dari biasanya.

"Bagaimana dengan pekerjaan? Bukankah kau masih harus disana selama seminggu?" tanya Eva cemas Evan mulai bertindak tidak bertanggung jawab.

Evan tersenyum dan meletakkan kedua tangannya di bahu Eva. "Tony dan William yang mengurus semuanya untukku. Aku menceritakan alasanku dan they're both very supportive. Even Erica. Hey, I love your new hair. You look so much more beautiful."

"Apa kau yakin?" tanya Eva sambil mengeryitkan dahinya.

"Ya, aku suka rambut pendekmu," kata Evan sambil menyisirkan jarinya pada rambut Eva.

"Aku tidak bertanya tentang rambutku Evan! Maksudku apa kau yakin everything is okay with works?" tanya Eva kembali tidak percaya Evan malah membahas potongan rambut barunya.

Evan terkikik. "Tentu saja Eva. Tony sangat senang saat aku bilang akan menemui Ibumu."

"Eva, kenapa kamu malah membuat tamu kita berdiri diluar? Ayo masuk, disana pasti dingin!" kata Sophie yang julurkan kepalanya keluar melewati pintu depan.

Karena Sophie merasa tidak percaya diri untuk menyajikan hasil masakannya, dia menelpon layanan pesan antar. Dan disinilah mereka berempat sekarang. Duduk mengelilingi meja makan dengan chinese foods terhidang di atas meja.

"Maafkan aku Evan. Kalau saja Eva mengatakan padaku kau akan datang, aku bisa menyiapkan sesuatu yang lebih spesial dari ini," kata Sophie lagi.

"Ini sudah spesial," kata Evan dan Mark bersamaan namun dengan nada yang berbeda dan Sophie memandang suaminya dengan tatapan tajam.

"Jadi, dimana rumahmu?" tanya Mark.

"I live in New York Sir. Ayahku juga namun aku tidak tinggal bersamanya," jawab Evan sangat sopan.

"Apa kalian ..." tanya Mark lagi dengan jari menunjuk Eva dan Evan bergantian.

"Yes Sir, I'm in love with your daughter and wish to marry her in a near time," jawab Evan mantap dengan posisi tubuh yang sangat tegak. Sophie secara spontan memekik dan pekikannya cukup keras sehingga ketiganya menoleh padanya.

Sophie terlihat kelewat senang, namun Mark dan Eva sama-sama malu dengan kelakuan wanita itu.

"Aku sempat berpikir anakku ini tidak akan pernah menikah selamanya. Dia tidak pernah terlihat berpacaran atau membawa teman laki-laki dirumah. Aku senang dia mendapatkan, .. maksudku bertemu denganmu," cerita Sophie dengan sangat riang.

"Yes Mam, aku sangat bahagia bisa bertemu lagi dengannya," kata Evan kali ini menatap Eva dengan penuh arti.

"Lagi?" tanya Mark tidak mengerti.

"Yes Sir, kita dulu satu SMA. Aku sudah menyukainya sejak kami bersekolah," cerita Evan.

Mark hanya mengangguk pelan sedangkan Sophie mengernyitka n dahinya. "Tunggu ... apakah kau temannya yang membawa sepeda motor itu? Yang dulu pernah kerumah untuk menjemput dan beberapa kali mengantar Eva?" tanya Sophie tampak berusaha keras mengingat-ingat.

"Yes Mam, itu aku," kata Evan.

"Astaga pantas saja wajahmu nampak familiar. Aku tidak pernah melihatmu lagi saat kalian berdua kuliah," kata Sophie penuh tanda tanya.

"Ya mom, dia kuliah di Inggris. Master and Bachelor degree, both disana," terang Eva.

"Wah kau pasti pintar sekali," puji Sophie sekali lagi setelah daritadi memuji ketampanan Evan berkali-kali, membuat Eva benar-benar malu dengan kelakuan Ibunya.

"Jadi kau bekerja dimana?" tanya Mark lagi.

Walaupun Mark adalah Ayah tiri Eva, dia sangat menyayangi dan cukup protektif terhadap Eva. Jika Sophie ingin melemparkan Eva pada siapapun pria yang bersedia dengan putrinya, berbeda dengan Mark. Paling tidak Mark sedikit lebih masuk akal daripada Ibunya sendiri.

"Aku bekerja di Phillips Corp. Sir," terang Evan.

"Astaga kalian berdua ini, seperti cerita di sinetron-sinetron saja. Teman SMA yang bertemu kembali saat bekerja dan kembali saling jatuh cinta. Astaga, manis sekali," Sophie mulai lagi. Eva berdoa orang tuanya tidak tahu dulu soal Evan sebagai CEO Phillips Corp. Dia masih tidak siap dengan reaksi mereka.

"Jadi Evan, berapa lama kau berencana di Los Angeles," kali ini Sophie yang mengajukan pertanyaan.

"Aku berencana kembali saat Eva pun kembali ke New York jadi aku bisa pulang bersamanya," jawab Evan.

"Kau tidak bersama keluargamu di malam tahun baru?" tanya Mark heran.

"Aku hanya memiliki Ayahku dan dia sedang berada di Syd ...., ouch," Evan berhenti berbicara karena Eva tiba-tiba menendang kakinya dibawah meja.

"Kau kenappa?" tanya Sophie heran bercampur cemas.

"No Mam, it's okay."

"Jadi Ayahmu berada di mana tadi?" selidik Mark lagi.

"Dia di Chicago untuk urusan pekerjaan," jawab Evan akhirnya, sepertinya paham Eva tidak ingin orang tuanya tahu dia pun berada di Sydney.

"Kau menginap dimana? Kalau belum ada tujuan kau bisa menginap disini," usul Sophie yang membuat Mark menatap istrinya tidak percaya.

"Aku akan menginap di InterContinental," jawab Evan yang membuat Mark dan Sophie melebarkan matanya.

Tidak ingin membuat Sophie dan Mark bertanya lebih lanjut, Eva pun mengalihkan pembicaraan kearah makanan yang mereka nikmati malam itu.

*

"Kau tidak perlu melakukan ini," kata Eva yang sedang membasuh semua piring dan gelas kotor dengan sabun sedangkan Evan membantunya mengeringkan.

"Eva, berapa lama kau berencana disini?" tanya Evan nampak tidak keberatan dengan pekerjaan rumah yang dia lakukan dengan Eva walaupun gadis itu kelihatan tidak nyaman.

"Aku berencana tinggal hingga tanggal lima," kata Eva. "Kau yakin akan berada di sini sampai tanggal lima juga?"

"Baiklah. Tiga hari ini aku mungkin tidak bisa menemuimu karena ada hal penting yang harus aku lakukan. Tapi kalau kau butuh sesuatu, jangan ragu untuk menghubungiku. Aku masih berada di LA," Evan harus mulai mempersiapkan segala sesuatu. Dia tidak ingin ada hal yang nantinya akan menghalangi rencananya.

"Pekerjaan?" tanya Eva membuyarkan pikiran Evan.

"Jauh lebih penting dari itu," gumam Evan pelan yang tidak sampai di telinga Eva.

"Apa kau bilang tadi?" tanya Eva sambil mengernyit.

"Tidak apa. Ayo teruskan mencucinya," kata Evan sambil melirik tangan Eva yang masih penuh busa tapi tidak lagi bergerak.

"Hai, kau mau berjalan-jalan di taman setelah ini. Kau tahu kan bulan Desember adalah bulan terbaik untuk mengunjungi Los Angeles. Dan dua hari ini tidak turun hujan jadi cuaca diluar sepertinya tidak akan terlalu dingin," ajak Eva.

"Aku tidak keberatan dengan dingin," senyum Evan.

*

"Julia, Evan barusan menelponku. Dia menyuruh kita sudah ada disana lusa," kata Tony yang baru menutup sambungan telpon dengan anaknya.

"Dasar itu anak itu sekarang tambah seenaknya saja. Kemarin memintaku menggantikan semua janjinya, sekarang meminta kita menempuh perjalanan belasan jam seenak hatinya," gerutu Tony Phillips.

"Aku tidak keberatan. Aku ingin melihat mereka berdua menikah segera. Aku pun penasaran dengan bagaimana Evan akan melamarnya," kata Julia sambil menerawang dengan senyum di wajah.

*

*

Terima kasih sebesar-besarnya buat yang masih setia disini. Please keep showing your support buat penulis pemula ini dengan vote atau komen. Big love from Evan dan Eva for you !!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top