Part 70 - Forgiving Miss Ferguson

"Kenapa kau tersenyum aneh begitu?" tanya Eva sambil membetulkan dasi Evan pagi itu.

"Aku membayangkan kita sudah menikah dan setiap pagi kau yang membetulkan dasiku," kata Evan masih dengan senyum yang sepertinya benar-benar tidak bisa hilang dari wajahnya.

Eva, yang masih tidak bisa melupakan betapa bahagia dirinya dengan kejutan yang dipersiapkan Evan, hanya terdiam walaupun ada perasaan bahagia mendengar Evan memimpikan kehidupan pernikahan mereka. Nyatanya, Evan sering kali mengutarakan hal serupa dan memintanya untuk menikah dengannya namun Eva tidak tahu apakah Evan bersungguh-sungguh ataukah pria itu belum siap.

"Sudah selesai. Tampan sekali," kata Eva memuji hasil karyanya sendiri.

"Tentu saja aku tampan. Apa kau tidak tahu banyak yang mengejarku?" goda Evan.

"Maksudku dasinya," tawa Eva menggoda Evan. "Tapi ... Ya, ya aku tahu. Pertama kali saja aku sudah adu jambak rambut dengan gadis yang mengerjar-ngejarmu," kata Eva acuh sambil mengingat kejadian di kelas waktu SMA saat dirinya dan Clara terlibat perkelahian. Eva bergidik sendiri tiba-tiba mengingat Clara menggunakan cara terkotor untuk menyakitinya demi mendapatkan Evan.

"Kau akan menemui Sarah hari ini?" tanya Evan.

"Ya, acara runwaynya nanti malam jadi siang ini dia masih memiliki waktu untuk bertemu denganku walaupun aku harus menemuinya di Resort '21 karena dia sudah harus bersiap dari siang," kata Eva.

"Apa kau akan berada disana sampai malam?"

"Sepertinya tidak karena dari dulu aku tidak pernah menyukai acara gemerlap dan banyak orang seperti itu. Sarah beberapa kali mengajakku ke acara peragaan busana agar aku bisa melihatnya berjalan di catwalk. Tapi aku hanya datang dua atau tiga kali itu pun aku tidak pernah mengikuti after party mereka," kali ini Eva merapikan rambutnya.

"Oke, kabari aku terus. Dan kemanapun kau pergi, mintalah Javier untuk mengantarmu. Sepertinya aku akan selesai cukup malam hari ini."

"Evan, aku akan kembali ke New York besok. Ibuku memintaku merayakan tahun baru di rumahnya. Lagi pula aku sudah lama tidak pulang," ijin Eva.

Evan terdiam sejenak nampak berpikir sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, aku tidak bisa menahanmu untuk menghabiskan waktu spesial bersama keluargamu."

*

Eva turun di depan sebuah resort mewah yang terletak tidak jauh dari Sydney Harbour. Eva langsung menuju ke hall sesuai instruksi Sarah dan saat dirinya berjalan menuju hall melewati sebuah taman rumput dan kolam renang indah, seseorang memanggilnya.

"Eva!" Eva menoleh dan mendapati Sebastian sedang berjalan kearahnya dengan senyum lebarnya.

"Hai," sapa Eva saat Sebastian sudah berhenti didepannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sebastian.

"Aku menemui Sarah. Aku akan kembali besok dan aku berjanji untuk melihatnya lagi," terang Eva.

"Eva kebetulan sekali kau disini. Bolehkah aku meminta tolong padamu?" tanya Sebastian dengan ragu-ragu dan wajahnya seketika nampak tidak yakin.

"Apa?" tanya Eva curiga sambil memicingkan matanya padahal palm trees yang ada disana cukup menutupi teriknya matahari.

"I'm with Clara Ferguson. Dia terbang kemari hanya untuk menemuiku. We've settled everything and I wish she could do the same with you. Aku tahu kau berhak untuk tidak memaafkannya. Tapi karena kau bisa memaafkanku, aku yakin kau memiliki hati yang besar untuk memaafkan dirinya," pinta Sebastian.

Eva tidak berkata apa-apa. Kenyataannya dia tidak berharap untuk bertemu lagi dengan Clara. Entah apakah rasa marah atau rasa takut yang lebih besar. Dia hanya tidak ingin bertemu dengan Clara. Namun Eva menimbang lagi tentang bagaimana dia bisa saja mengakhiri semuanya hari ini hingga Clara tidak harus lagi mencari kesempatan untuk bertemu dengannya.

"Baiklah, tapi aku tidak ingin berlama-lama," tegas Eva dan jawaban Eva membuat Sebastian berjingkrak kecil dan tersenyum kelewat lebar.

"Kau sungguh-sungguh mencintainya ya?" tebak Eva.

"Very much. Aku sempat menjauhinya setelah insiden itu, terlalu takut aku tidak membawa pengaruh baik padanya. But people change, and I can always see her angelic heart. Aku ingin memberinya kesempatan, memberi diriku kesempatan untuk bisa lebih tegas padanya, dan memberi hubungan kita kesempatan. Dia sudah siap untuk go public with our relationship," jelas Sebastian.

"I'll call her so she can meet us here," lanjut Sebastian sambil mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Clara.

Sebastian agak menjauh dari Eva dan memunggunginya saat dirinya berbicara dengan Clara lewat ponsel.

"She'll be here in a minute," kata Sebastian setelah dia menutup sambungan telponnya. Eva mengangguk dan keduanya menuju bangku taman yang berada di patio berwarna serba putih ditutupi pergola indah serta kain tipis yang menjuntai diatasnya.

Tidak lama, Eva bisa melihat Clara berjalan kearahnya. Seperti biasa, layaknya Sarah, Clara selalu memiliki aura bintang pada dirinya. Walaupun hanya dengan gaun berwarna biru laut sederhana dan sandal sederhana menghiasi kakinya, orang yang melihat Clara pasti akan menoleh dan terpukau dengan pesonanya.

Clara berhenti di depan Eva dan Sebastian. Sebastian bangkit dari duduknya sembari berkata, "Aku akan meninggalkan kalian berdua."

"Thank you, I love you," kata Clara pelan sambil menatap Sebastian dalam.

Eva hanya memperhatikan dan tidak berkata-kata sampai Clara menempati bangku taman yang tadi diduduki Sebastian.

"Kau disini bersama Evan?" tanya Clara.

"Ya. Tapi aku akan kembali besok," jawab Eva datar.

"Eva aku tahu kau masih marah padaku karena aku belum mendapatkan permintaan maaf darimu terakhir kita bertemu. Saat itu aku sangat kacau dengan segala pikiran akan kehilangan Sebastian dan telah menghancurkan hidup seseorang. Dua orang lebih tepatnya karena Sebastian tidak bisa lepas dari adiknya Isabella."

"Aku akan terus meminta maaf padamu dan tidak akan berhenti sampai kau benar-benar memaafkanku. Kau dan Evan. Aku tahu aku tidak berhak berkata seperti ini karena hal ini terkesan jahat dan tidak adil bagimu tapi kejadian itu benar-benar membuka mataku. Aku jadi sadar bahwa selama ini Sebastianlah yang selalu berada di sisiku. Dia lah yang selalu mengutamakan diriku bahkan dibanding dirinya sendiri."

"Orang bilang kau tidak akan menyadari berharganya sesuatu atau seseorang sampai kau kehilangannya. Aku beruntung dalam kasusku aku jadi tahu betapa berharganya Sebastian tanpa harus kehilangan dirinya. Maafkan aku yang tidak memikirkan posisimu dan ketakutan yang kau rasakan."

"Ya Clara, kau sangat menakutkan. Bahkan duduk disini bersamamu dan mendengarmu berbicara masih membuatku takut. Aku tidak bisa membayangkan kau bisa sekejam itu," kata Eva dengan nada penuh amarah.

"Aku tahu aku tahu dan aku akan menebusnya sebisaku ..." kata Clara yang kemudian dipotong oleh Eva.

"Kau tahu apa yang paling menakutkanku saat memutar ulang kejadian tersebut? Bagaimana jika malam itu bukan Sebastian yang kau suruh. Bagaimana jika orang lain yang akan benar-benar merusakku malam itu. Hidupku akan benar-benar selesai apa kau tahu itu?" kata Eva dengan nada bergetar.

Clara berhenti dan menunduk. Entah apakah penyesalan yang dirasakannya ataukah kengerian akan apa yang Eva baru saja katakan bisa saja terjadi dan Clara lah yang paling tahu bahwa kemungkinan seperti itu sangatlah mungkin terjadi.

"Aku bersedia bertemu denganmu karena aku benar-benar ingin melupakan malam itu. Kalau kau masih berusaha menghubungiku, aku tidak yakin aku bisa melakukannya. Kuharap kau dan Sebastian berbahagia dan percayalah aku tulus mengatakan ini. Tapi tolong, jangan lagi mengungkit hal tersebut. Mungkin nanti suatu saat entah kapan, kita bisa mengobrol santai dan melupakan semua kejadian buruk yang pernah terjadi diantara kita. Kau tidak lagi berhutang permintaan maaf padaku Clara."

Belum sempat Clara merespon kata-kata Eva, Sarah datang dan menyapa keduanya.

"Kau lagi," kata Sarah ketus sambil melirik kearah Clara. Sepertinya Sarah sudah bertemu dengan Clara terlebih dahulu. "Apa kalian sudah selesai?"

Eva mengangguk pelan. "Aku pergi dulu. Nice talking to you," kata Eva kepada Clara berusaha sebisa mungkin membuat Sarah tidak mempertanyakan apa yang sedang mereka bahas.

Setelah beranjak dari patio resort tadi, Sarah mengajak Eva ke sebuah hall yang sangat luas dengan langit-langit yang tinggi dengan banyak lampu sorot yang terpasang disana. Tidak ada panggung disana namun kursi-kursi dengan cover berwarna hitam telah disusun rapi dimana sisi kanan dan kiri saling berhadapan dan ditengahnya dibiarkan kosong untuk para model nantinya berlenggak lenggok.

Sarah mengajak Eva duduk disalah satu kursi disana dan memperhatikan para model sedang berlatih. Sarah sendiri tidak memerlukan banyak waktu untuk menguasai area sehingga dia tahu berapa langkah yang harus dia buat dan kemanakah dia harus berputar.

Sarah banyak memperhatikan model-model yang tergolong masih baru dibandingkan dirinya. Beberapa kali dia berteriak pada mereka. "Leher tegak!" "Ingat satu garis telinga-pundak-kaki!" atau "Perhatikan ekspresi wajah!"

"Maaf aku malah membuatmu melihatku bekerja," kata Sarah dengan kepala menoleh ke Eva namun mata tetap fokus ke para model dan kembali berteriak kepada mereka.

"Tidak masalah. Aku sudah cukup senang bisa menemanimu. Besok aku sudah harus kembali," kata Eva dan Sarah menatapnya sebentar dengan kecewa. Lagi-lagi Eva dibuat tertawa dengan Sarah yang tegas itu harus memasang ekspresi yang tidak biasa.

*

Terima kasih sebesar-besarnya buat yang sudah baca sampai part ini. Kehadiran kalian yang bikin author pemula ini tetap semangat dan bahagia pas nulis. Please jangan lupa kasih vote dan komen ya. Evan dan Eva cinta kalian !!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top