Part 69 - Sydney at Night

Sebelum berangkat, Eva terlebih dahulu menghubungi Sarah dan memberitahunya bahwa dirinya tidak bisa berkunjung ke tempat rehearsalnya.

"Astaga," desah Eva dengan nafas berat sambil memijit kakinya. Baru juga jam empat sore tapi Eva merasa dirinya sudah bekerja dua hari tanpa henti. Eva bersyukur walaupun memakai sepatu baru yang tiba-tiba disediakan oleh Evan, sepatu hitam berhak tingginya cukup nyaman dipakai. Hanya saja, sepatu nyaman itu masih belum bisa membuatnya tidak kelelahan karena kesana kemari mengikuti Evan.

William tidak kuasa menahan tawanya saat memperhatikan Eva sedangkan Evan masih sibuk berbicara dengan seseorang lewat telpon.

"Biasanya mereka akan terbiasa selama seminggu. Tiga hari pertama yang paling berat. Tapi baik Tifffany, Erica, hingga Cassie, ... mereka bertahan. Kau tahu kenapa mereka bertahan?" William masih tidak bisa menyembunyikan senyumnya sambil terus memperhatikan Eva.

"Tebakanku mereka semua gila kerja seperti kau dan Evan!" kata Eva geram sempat-sempatnya William masih memberikannya tebakan.

"Bukan. Karena gaji mereka tentu saja!" jawab William dengan tawa pecah.

"Tiffany dan Erica lebih dulu menjadi sekretaris Mr Tony. Ketika mereka menjadi sekretaris Evan, mereka merasakan perbedaan yang cukup signifikan antara bapak dan anak itu. Mr Tony tidak seambisius Evan tapi Evan memberikan gaji yang jauh jauh lebih tinggi," terang William.

"Kuharap aku mendapatkan lebih saat gajian nanti untuk dua hari ini."

"Kau tidak membutuhkan tambahan gaji Eva, astaga. Kau sudah mendapatkan orang yang memberikan seluruh karyawan Phillips Corp. gaji!" seru William karena sepertinya Eva terus saja lupa dia sedang berhubungan dengan siapa.

"Tsk," Eva mendecak.

"Jadwal hari ini selesai?" tanya Evan tiba-tiba yang sudah menyelesaikan percakapan di telponnya.

Eva mengangguk lemah dan Evan membelai rambut Eva dengan kedua telapak tangannya.

"Kau bekerja keras hari ini," kata Evan kemudian mengecup dahi Eva.

"Astaga," William memutar bola matanya dan beranjak berdiri meninggalkan keduanya.

"Kemana kau?" tanya Evan setengah berteriak karena William berlalu dengan sangat cepat.

"Mencari seseorang yang bisa kucium dahinya!" jawab William tidak kalah serunya. Evan tidak seberapa peduli dan kembali menatap Eva.

"Kau mau makan?" tanya Evan kembali menatap Eva.

"Aku mau tidur," kata Eva nampak lelah.

"Baiklah. Ayo. Aku akan memanggil pelayan untuk menyiapkan makan malam di kamar," kata Evan sambil mengulurkan tangannya pada Eva.

*

Evan berencana untuk makan malam di kamar hotel tapi hingga jam sembilan malam, Eva masih saja tidur setelah dirinya mandi tadi. Evan sendiri belum bisa tidur jadi dia memutuskan untuk membaca buku.

Evan menghentikan membacanya saat Eva terbangun dari tidurnya.

"Kau sedang apa?" tanya Eva sambil mengucek matanya yang lelah.

"Hanya membaca buku. Apa kau tidak lapar?"

"Iya, aku sangat lapar," kata Eva sambil memegang perutnya.

Evan meletakkan buku yang dia baca di meja dan berjalan ke arah Eva.

"Aku juga sangat lapar," kata Evan sambil membelai wajah Eva. "Kau mau makan diluar atau disini saja?"

Eva mengerjap dan memandang pemandangan indah didepannya.

"Aku ingin makan malam disini saja," jawab Eva sambil tersenyum.

Tidak berapa lama, tiga orang pelayan datang dan menyajikan berbagai pilihan makanan untuk mereka. Evan dan Eva benar-benar menikmati makan malam berdua mereka. Keduanya banyak berbagi pikiran dan cerita yang akhir-akhir ini sudah jarang mereka lakukan.

Bagi Evan, berbincang seperti ini dengan Eva membawanya kembali ke masa SMA saat dirinya dan Eva saling berbagi pikiran. Dia tidak pernah membayangkan makan malam seperti ini tapi Evan bersyukur dia dan Eva memiliki memori seperti ini.

*

Hari kedua, saat Eva menggantikan Cassie sementara, jauh lebih baik dibandingkan hari sebelumnya. Jika kemarin Eva harus banyak mengandalkan kekuatan kakinya sambil tetap fokus dengan otak dan tangannya, kali ini kakinya bisa sedikit beristirahat.

Kali ini dirinya lebih banyak duduk, mencatat segala penting selama meeting dan beberapa kali membantu Evan dan William saat mereka meminta data yang diperlukan. Eva juga beberapa kali yang secara langsung memberikan data di forum meeting itu.

Semuanya berhenti saat makan siang yang disediakan di meeting hall tersebut. Dan hanya berselang satu jam, semuanya harus kembali ke ruangan meeting hingga menjelang sore.

Sorenya, Evan, Eva, dan William kembali ke hotel dan Erica sudah menunggu mereka.

"Dasar Cassie," keluh Erica saat dia sudah duduk di meja restaurant hotel sambil mengaduk makanan di depannya dengan kasar.

"Tenang, tenang, soon-to-be-bride harus selalu cantik," goda William.

"Karena itu, anak itu menjengkelkan sekali. Kalaupun dia sangat berambisi menikahi pengusaha kaya ..." Erica langsung membungkam mulutnya saat Evan berdeham seakan memberinya sinyal untuk menghentikan keluhannya.

"Biarkan dia Evan. Emosinya harus diluapkan," kekeh William.

"Kau hanya disini satu minggu jadi persiapan pernikahanmu tidak akan terganggu," jelas Evan sangat formal saat berbicara dengan Erica.

"Jangan khawatir, Evan sudah menyiapkan kado spesial untukmu dan suamimu nanti," kata William menenangkan.

"Baiklah," jawab Erica riang. "Aku juga bersyukur Eva mau jadi bridesmaidku."

Kepala Evan langsung menoleh ke Eva seakan bertanya benarkah dan Eva mengangguk pelan.

Keempatnya menyelesaikan makan malam mereka sambil mengobrol santai. Evan menggenggam tangan Eva dan meletakkannya di atas pangkuannya.

"Apa kau sudah selesai?" bisik Evan disela perbincangan mereka. Saat itu mereka sedang mendengarkan tentang bagaimana Erica yang masih bingung menentukan gaun pernikahan mereka.

Eva hanya menatap Evan penuh tanya karena mereka semua sudah menyelesaikan makanan mereka hanya saja mereka sedang menikmati berbincang bersama.

"Ayo, kembali ke kamar," ajak Evan dan Evan pamit pada kedua dan tangannya menarik tangan Eva.

"Erica terima kasih bantuannya untuk dua hari ini," kata Eva sebelum berlalu.

*

"Aku ingin mengajakmu berkeliling kota Sydney di malam hari," kata Evan sambil merangkulkan tangannya di pinggang Eva.

"Sekarang?" tanya Eva yang saat itu berada berdua di dalam lift bersama Evan.

"Pakailah baju yang lebih casual karena kita hanya akan berjalan-jalan santai malam ini," jelas Evan.

Eva mengambil mantelnya dan Evan memilih menggunakan kaos polos dengan jaketnya. Malam itu menggunakan mobil yang dikendarai sendiri oleh Evan, Eva diajak ke berbagai tempat. Kali ini tempat yang dikunjungi berbeda dengan yang terakhir kali Evan mengajak Eva berkeliling Australia.

Pertama, Evan mengajak Eva menikmati Sydney Troll Tours. Menggunakan motor gede yang harganya dikenal selangit, keduanya diajak berkeliling kota dari pemandangan di luar kota Sydney seperti Blue Montains atau kilang anggur di Hunter Valley.

Ini pertama kalinya Eva menaiki motor besar roda dua seperti ini dan dia sangat menikmati sensasi hembusan angin di wajah yang membuat rambutnya berkibar. Gadis itu tidak bisa berhenti tersenyum lebar. Beberapa pengunjung lain menggunakan jasa seseorang sebagai pengendara si motor gede. Namun untuk Eva, Evan lah yang meminjam motor yang banyak berjejer disana. Evan menarik tangan Eva dan memintanya untuk berpegangan erat.

Selanjutnya Eva kembali dibuat terpukau saat Evan mengajaknya mendaki puncak tertinggi Sydney Harbour Bridge yang ketinggiannya 134 meter di atas permukaan laut. Saat sudah mencapai puncak, mereka bisa melihat pemandangan spektakuler Sydney di malam hari yang sangat terang benderang.

Karena malam itu tidak begitu ramai pengunjung, Evan menarik Eva ke dalam pelukannya dan mendaratkan ciuman yang dalam di atas ketinggian tersebut.

"Kau cantik sekali," kata Evan saat sudah melepaskan ciumannya. "Ayo kita ke pemberhentian terakhir kita."

Evan kembali mengendarai mobilnya dan baru berhenti di pinggir Sydney Harbour. "Wait Evan," mata Eva terbelalak saat melihat sebuah kapal pesiar mewah berada di depannya.

"Kuharap kau masih lapar karena makanan disini sangat enak," kata Evan santai tidak menyadari dada Eva sudah meletup-letup dengan kejutan-kejutan malam ini. Saat kru kapal berseragam putih-putih memandu mereka, Eva baru menyadari bahwa dinner cruise di atas kapal pesiar John Cadman II hanya diperuntukkan untuk mereka berdua malam itu.

Evan dan Eva duduk di kursi dan meja yang dipersiapkan di dek kedua. Bahkan malam itu, ada sajian live music cello dan biola yang mengiringi makan malam mereka selama John Cadman II berkeliling selama kurang lebih satu jam.

"Apa kau bahagia?" tanya Evan.

"Sangat," jawab Eva dengan penuh kebahagiaan yang tentu saja tidak bisa dan tidak ingin ditutupinya.

"Syukurlah," kata Eva dan keduanya kembali menikmati makan malam mereka.

Evan sudah pernah menikmati dinner cruise ini sebelumnya dengan beberapa temannya namun malam ini sangat spesial. Evan sangat bahagia bisa kembali dekat dengan Eva dan memiliki kesempatan untuk membuatnya bahagia. Malam itu, Evan memutuskan segera setelah kembali dari Sydney dia akan melamar Eva secara formal.

*

Maaf baru bisa update. Benar-benar minta maaf. Maapin author pemula ini yaaa ... Evan dan Eva masih sayang sekali sama kalian :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top