Part 66 - Tidak Mungkin

"Teman-temanku ada di sekitar sini. Aku menyuruh mereka kesini. Kau bisa langsung kembali ke hotel bersama Evan. Aku akan pergi dengan teman-temanku," kata Sarah beberapa saat setelah Eva menerima panggilan telpon Evan.

"Baiklah. Apa besok kita bisa bertemu lagi? Sepertinya besok Evan masih sibuk," tanya Eva.

Sarah berpikir. "Besok siang kita ada rehearsal. Aku akan senang sekali kalau kau datang. Tapi terakhir kali kau ikut, aku ingat kau berkata bosan. Bahkan wajah tampan para model tidak membuatmu tertarik waktu itu," jawab Sarah.

"Baiklah aku akan datang besok. Lebih baik dbandingkan harus berada di hotel seharian. Mr Kim masih memberikanku tugas kantor tapi tidak terlalu banyak jadi aku bisa menyelesaikannya cepat. Besok kalau aku sudah selesai, aku akan langsung ketempatmu."

"Baiklah, aku akan kirim alamatnya. Oh, itu mereka," kata Sarah sambil melambaikan tangannya.

Eva melihat ke arah pintu masuk kedai ice cream yang didatangi Sarah dan Eva dan beberapa wanita super cantik dan pria dengan badan tegap berjalan masuk dan kearah Sarah. Mereka menempati tempat duduk yang masih kosong didekat Sarah. Bahkan bagi teman-teman para modelnya, Sarah seakan menjadi queen bee bagi mereka.

Mereka ada sekitar sepuluh orang, wanita dan pria. Tampak sangat menonjol dibandingkan tamu kedai yang lainnya. Mereka sangat mempesona dengan balutan baju yang sangat modis dan wajah yang luar biasa cantik dan tampan.

"Eva?" suara yang sepertinya dia kenal memanggil namanya. Eva pun menoleh dan melihat Sebastian berdiri disana. "Wow, kau disini," kata Sebastian terlihat tidak percaya.

"Kau kenal Eva?" tanya Sarah pada Sebastian.

Eva pun buru-buru menjawab, "Ya, dia teman dari teman kantorku." Kata Eva sambil menatap kearah Sebastian mengharapkan kerjasama darinya.

"Oh," jawab Sarah tanpa bertanya lebih lanjut. "Sebastian ini juga seorang aktor Eva, kau pun pasti tahu juga. Hei Sebastian, kenapa masih menerima pekerjaan model ini kalau sudah banyak film dan iklan yang kau bintangi," kata Sarah pada Sebastian.

"Aku tidak akan meninggalkan dunia yang membesarkan namaku Sarah," kata Sebastian dan kemudian pandangannya kembali ke Eva.

"Eva,.. ad," kata Sebastian kemudian Eva kembali memutus kata-katanya.

"Sebastian kita berbicara disana saja. Disini cukup ramai aku tidak bisa mendengar," kata Eva dan dia bangkit dari duduknya, berjalan sambil diikuti Sebastian dari belakang ke arah meja di pojok kedai yang cukup jauh dari jangkauan keramaian para model yang seketika membuat kedai kecil itu terasa penuh.

Eva dan Sebastian kini duduk berhadapan.

"Sebastian, don't say anything about .. kau tahu apa... pada Sarah. Dia, kemungkinan dia akan menghajarmu mati-matian seperti yang dilakukan Evan," pinta Eva.

"Tentu saja Eva, bagaimana mungkin aku bisa menyebarkan kejahatanku sendiri. Aku harap kau juga melupakan kejadian itu. Aku merasa buruk kalau kau mengungkitnya. Aku benar-benar menyesal, maafkan aku," kata Sebastian.

"Kau tidak perlu meminta maaf lagi. Kau sudah meminta maaf beberapa kali."

"Isabella menanyakan tentang dirimu. Dia ingin bertemu denganmu lagi. Sepertinya aku dan adikku memiliki kesamaan kali ini. Kita berdua sama-sama menyukaimu," kata Sebastian kali ini tidak terlihat murung lagi.

"Oh, terima kasih," respon Eva singkat.

"Kau ke Sydney bersama siapa? Ada urusan apa? Kau menginap dimana?" tanya Sebastian dan pertanyaanya membuat Eva tertawa.

Sebastian nampak bingung dan bertanya, "Ada apa?"

"Apa kau membutuhkan jawabanku atau kau akan terus menanyaiku?" tanya Eva masih dengan tawanya.

Sebastian nampak malu dan belum sempat dia berkata, seorang teman menepuknya dari belakang.

"Sebastian, apa kau tidak akan memperkenalkan temanmu yang manis ini padaku?" tanya seorang pria tinggi dengan rambut pirang keritingnya.

Sebastian tampak jengah namun kemudian tetap memperkenalkan Eva. "Eva, ini Arthur. Arthur, meet Eva."

Dengan antusias, Arthur duduk disamping Eva dan menopang kepalanya dengan kedua tangan di depan.

"Apa kau orang Australia?" tanya Arthur.

"I'm a New Yorker," jawab Eva canggung.

"No way! Kenapa aku tidak pernah melihat wajahmu. Tidak mungkin aku melewatkan wanita cantik disana," kata Arthur dengan ahlinya.

"Apa kau sudah selesai Arthur?" tanya Sebastian dengan raut muka tidak suka.

"Kenapa kau nampak tidak suka aku menebarkan pesonaku pada Eva? Apakah Sebastian kita ini menyukai Eva? Bagaimana dengan hubungan gelapmu dengan Clara Ferguson?" tanya Arthur dengan frontal.

Eva yang bahkan secara harfiah bukanlah teman Sebastian, juga tidak menyukai candaan yang dilontarkan Arthur.

"Eva?" Eva langsung menoleh ke arah suara dan menatap Evan yang sudah berdiri disana.

"Evan, kau sudah datang," kata Eva dan dia hendak berjalan ke arah Evan. Namun langkahnya terhenti saat melihat Cassie berjalan memasuki kedai dan mendekati Evan.

"Mr Phillips, apakah kita masih lama?" tanya Cassie nampak pucat.

Eva tidak melangkah. Dia mengharapkan makan malam berdua dengan Evan seperti yang dijanjikan Evan kemarin. Namun kenapa sekarang Cassie ada disini?

"Cassie tadi hampir pingsan lagi. Dia memintaku untuk mengantarnya ke hotel. Dia tidak mau pingsan dan dibantu supir kami. Aku juga harus menjaga karyawanku karena kita berada di negara lain. Kita ke hotel dulu baru aku akan mengajakmu makan malam. Maafkan aku," terang Evan.

"Evan, hai," kata Sebastian menyapa Evan.

Evan memandang Sebastian dengan tidak suka namun tetap menjawab sapaannya. "Kau disini," katanya.

"Ya, aku ada pekerjaan dengan teman Eva disana, Sarah," jelas Sebastian.

"Ayo kita pergi," ajak Evan dan dia meraih tangan Eva.

"Eva, kapan kapan kita dinner berdua ya kalau sudah kembali ke New York," goda Arthur pada Eva.

Evan memandang ke arah Arthur dengan sangat mematikan walaupun dia tidak berkata apa-apa dan hal tersebut sukses membuat Arthur tersenyum canggung dan nampak sedikit takut.

Evan berjalan melewati Cassie masih dengan menggenggam tangan Eva erat seakan kalau dia tidak melakukannya, Eva akan hilang ditelan bumi.

"Cassie kau tunggu di dalam dulu. Sit on front," perintah Evan pada Cassie saat mereka sudah berdiri didepan mobil dengan sopir yang menunggu mereka.

Evan berhenti dan berdiri menghadap Eva.

"Belum juga aku meninggalkanmu sehari, dua pria sudah ingin menempel padamu. Tidak bisakah kau jauh-jauh dari mereka?" kata Evan kesal.

Sayangnya, suasana hati Eva pun tidak sedang baik saat melihat Evan datang dengan Cassie.

"Aku tidak melakukan apapun. Aku bertemu dengan Sebastian secara tidak sengaja dan itu pun hanya beberapa menit sebelum dirimu datang. Bukan aku yang tidak sedang kesulitan berbuat tegas disini," kata Eva tidak mau kalah.

"Apa kau keberatan tentang Cassie?"

"Ya, dari kemarin aku sudah keberatan. Dan sekarang pun aku harus berbesar hati," tumpah Eva dengan emosinya.

Evan nampak tidak berkata-kata.

"Oke akan menyuruhnya kembali ke hotel sendiri. Aku tidak suka kita bertengkar seperti ini," kata Evan dan dia hendak berjalan ke mobil.

"EVAN TUNGGU!!" cegah Eva. "Kali ini biarkan. Aku tidak mau nampak menyedihkan. Tapi ini terakhir kali. Kalau kau merasa ada kewajiban untuk menjaga Cassie lagi, maka aku tidak mau menghalangimu lagi, jika kau mengerti maksudku."

Eva kemudian berjalan dengan cepat kearah mobil dengan cepat dan masuk kedalamnya dimana seorang supir dan Cassie duduk dibangku depan.

Cassie melihat kearah Eva namun Eva memilih tidak berkata apa-apa. Tidak lama, Evan juga masuk kedalam mobil dan dengan satu kata "jalan" dari Evan, sang supir secepat kilat menjalankan mobilnya.

Saat mobil sudah berada di depan hotel, Cassie dengan nada suara lemah berkata.

"Mr Phillips, bisakah aku minta bantuan untuk mengantarkanku ke depan kamar? Aku masih merasa berkunang-kunang," kata Cassie.

Tidak dipungkiri, Eva merasa sangat jengkel. Cassie bisa saja meminta bantuannya namun sepertinya Cassie memang sedang mencari masalah dengan dirinya. Namun Eva menolak untuk menyelamatkan keadaan dan membiarkan Evan yang menentukan sikap.

Secepat kilat Eva keluar dari mobil dan berjalan cepat kearah lift. Saat lift terbuka dan Eva masuk kedalam, dia tidak melihat Evan menyusulnya. Dan hal itu malah membuat Eva semakin marah.

*

Dia kembali ke hotel pukul empat sore tadi dan sekarang sudah jam tujuh malam. Evan masih belum kembali ke kamar. Eva pun menghubungi Evan namun ponselnya mati, jadi dia memutuskan untuk menghubungi William.

"William, apakah Mr Phillips bersamamu sekarang?" tanya Eva.

"Tidak. Bukankah seharusnya dia bersamamu sekarang?" William bertanya balik.

"William, berapa nomor kamar Cassie?"

"Tunggu Eva ada apa ini? Kenapa setelah menanyakan Evan sekarang kau malah bertanya nomor kamar Cassie?"

Mata Eva mulai berair. William sudah memberikan nomer kamar Cassie dan dengan dada yang sesak, Eva berjalan ke lantai dimana kamar Cassie berada. Entah apa yang ada dipikirannya. Tidak mungkin daritadi Evan berada disana. Tapi bagaimana jika ya.

Eva menarik nafas dalam saat mengetuk pintu kamar. Beberapa kali hingga suara kenop pintu terbuka.

Nafas Eva tercekat saat melihat Evan yang membuka pintu. Dia sangat ingin percaya Evan namun apa yang dilakukan Evan selama ini?

Eva pun langsung berbalik dan berlari kearah lift.

"Eva wait!!!" teriak Evan dari belakang.

Eva berjalan cepat dan tidak mau berbalik.

*

Hello, Ola, Anneyong, terima kasih buat yang masih setia disini. Tolong dukung author pemula ini dengan kasih vote dan komen kalian ya ... Evan dan Eva cinta kalian!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top