Part 64 - Magic Card
Eva pun masuk kembali ke dalam kamar sesaat setelah Evan memutuskan sambungan telponnya. Sebenarnya cukup memalukan bagi dirinya untuk mengatakan pada pria itu bahwa dia merasa terganggu melihatnya bersama Cassie.
Eva juga tidak tahu apa yang dia rasakan karena saat melihat Evan dan Cassie rasanya berbeda dengan saat dirinya melihat Evan dan Clara bersama-sama dulu. Apakah karena Evan berkali-kali mengatakan dia tidak tertarik pada Clara? Sedangkan tentang Cassie, satu-satunya kalimat yang dia dengar keluar dari mulut Evan tentang Cassie adalah dia pintar dan cekatan.
Eva membanting dirinya di ranjang dan mengecek ponselnya. Ada pesan baru dari Sarah.
I'll see you tomorrow!!! Text me where you are staying.
Eva membalas pesan dari Sarah dan menginfokan dimana dia menginap. Eva pun mematikan lampu kamar dan menyisakan lampu scones kecil yang menempel di dinding menyala. Saat hendak memjamkan mata, pintu kamarnya berbunyi, seseorang mengetuknya.
'Apa itu Evan?' tanya Eva pada dirinya sendiri.
Eva pun bangkit dan berjalan kearah pintu.
Begitu Eva membuka pintu dengan hanya sedikit ruang hanya supaya dia bisa melihat siapa yang ada di depan, Evan dengan cepat membuka pintu tadi lebih lebar dan menyeruak masuk dengan cepat.
"Evan apa yang kau lakukan?" tanya Eva saat melihat Evan setengah berlari masuk dan langsung merebahkan dirinya di ranjang.
Setelah merebahkan dirinya, Evan tidak bergeming masih dengan posisi tertelungkup menolak untuk melihat Eva.
"Evan, ini sudah malam, kau bisa ketiduran disini nanti. Apa kau mau tertidur mengenakan jas dan sepatu lengkap seperti itu?" tanya Eva heran dan mendekati Evan.
Evan masih saja memejamkan matanya dan tidak bergerak sama sekali.
"Terserah kau saja," kata Eva akhirnya dan dia naik ke ranjang yang sama dan menempatkan dirinya di tepi ranjang agar Evan cukup leluasa.
Satu jam kemudian Eva masih tidak bisa tidur dan mencoba berbisik memanggil Evan. Karena tidak ada jawaban, dia pun berbalik menghadap pria itu dan Evan masih dengan posisi yang sama seperti tadi serta terdengar suara dengkuran lembut.
"Astaga, kau benar-benar tertidur," kata Eva frustasi.
Karena kasihan melihat Evan dengan posisi seperti itu, Eva pun melepaskan sepatu dan kaos kaki yang masih dipakai Evan. Setelahnya, dia melepaskan jas dan vest Evan. Eva agak kesulitan karena badan Evan yang berat dan sepertinya pria ini benar-benar terlelap karena dia sama sekali tidak membantu menggerakkan tubuhnya.
Dengan susah payah, Eva akhirnya berhasil melepaskan jas dan vest Evan, kemudian menarik dasi dan melonggarkan kemejanya hingga tiga kancing.
Eva memperhatikan wajah Evan yang sekarang sudah tidak tidur tertelungkup lagi. "Astaga kau tampan sekali. Tidak heran aku selalu merasa tidak yakin kau benar-benar menyukaiku atau tidak."
Eva melihat ikat pinggang Evan dan ragu untuk melepasnya atau tidak. Tapi rasanya pasti tidak nyaman sekali tidur dengan ikat pinggang di tubuhmu. Eva ragu sejenak kemudian memutuskan untuk tetap melepasnya. Setelah melepaskan pengaitnya, Eva kesulitan menarik ikat pinggang tadi, lepas dari tubuh Eva.
Eva sampai menggunakan dua tangannya untuk menarik benda tersebut.
"Apa yang kau lakukan?"
Eva sontak kaget dan melepaskan tangannya, membuat tubuhnya sendiri terhuyung kebelakang.
"Tidak apa-apa, cepat tidur lagi," kata Eva kemudian tidur sambil membelakangi Evan. Dia merasakan Evan sedang bergerak di belakangnya namun Eva tidak mau melihat. Dia memejamkan matanya.
Detik kemudian kemudian Eva kembali kaget saat Evan tiba-tiba menarik tangannya dengan cepat dan dengan sangat mudahnya menarik tubuhnya mendekat ke Evan.
"Terima kasih. Maaf aku ketiduran. Aku sangat capek. Jangan minta aku kembali ke kamar jika kau tidak mau ikut denganku," kata Evan pelan masih memejamkan matanya.
Eva memutuskan tidak akan membahas masalah Cassie malam ini karena Evan kelihatan sangat kelelahan. Dia pun membiarkan dirinya tertidur di pelukan erat Evan.
*
Evan terbangun dan merasa dirinya segar kembali. Dia menoleh dan mendapati wajah Eva masih tertidur di sampingnya. Dengan mulut yang sedikit terbuka, Eva nampak sangat menggemaskan saat dirinya tertidur.
"Pemadangan seperti ini yang ingin aku lihat setiap kali aku membuka mataku di pagi hari," kata Evan kemudian mengecup kening Eva.
Eva nampaknya merasakan ciuman pelan Evan karena gadis itu menggeliat dan perlahan membuka matanya.
"Hai," sapa Evan masih memandangi Eva dengan lekat.
"Hai," jawab Eva dengan suara parau.
"Kau sudah bangun darit tadi?" tanya Eva masih terlihat malas.
"Tidak, baru saja juga," jawab Evan.
"Eva ... " panggil Evan.
"Hhhmmm ..,"
"Eva, will you marry me?" tanya Evan.
"Kenapa kau selalu menanyakan hal yang sama saat aku bagun tidur dan masih berada di atas tempat tidurku. Aku akan menyesalinya kalau aku bilang ya. Lamaran macam ini. Lagipula apa kau sudah yakin kau ingin menikahiku?" tanya Eva masih dengan suara parau.
Evan sontak terduduk mendengar reaksi Eva.
"Apa kau ... tidak yakin akan menikahiku?" tanya Evan tidak percaya.
"Bukan begitu. Aku ... masih .... tidak yakin cukup pantas untuk seorang Evan Phillips," terang Eva pelan.
"Apa maksudmu? Aku menjadi seperti aku yang sekarang karena dirimu. Tidakkah kau ingat bagaimana aku dulu? Tidak bersedia dekat dengan siapapun, tidak peduli tentang keluargaku, dan tidak peduli aku akan menjadi apa nantinya," kata Evan dan dia memegang wajah Eva dengan kedua tangannya.
"Aku tidak akan menikah jika bukan dengan dirimu," kata Evan tegas dan mendaratkan ciuman ke bibir Eva.
*
Eva mandi terlebih dahulu karena Evan memintanya untuk menemani dirinya ke kamar dan mengambil bajunya.
Hari itu Eva mengenakan baju terusan hitam panjang berlengan pendek, sneakers, dan mengikat rambutnya kebelakang. Saat keluar dari kamar mandi, Eva melihat Evan sedang berbicara di telpon dengan baju yang masih sama seperti seperi kemarin. Eva harus mengingatkan dirinya untuk bernafas karena melihat Evan memakai kemeja dengan beberapa kancing terlepas sungguh suatu pemandangan indah baginya.
Menyadari bahwa Eva sudah selesai, Evan menutup telponnya.
"Ayo kita sarapan bersama dibawah. William dan Cassie sudah menunggu kita. Tapi aku harus mandi dulu. Ayo," terang Evan dan mengulurkan tangannya pada Eva. mereka ke suite yang semalam tidak ditiduri itu.
Eva mengernyit membayangkan harga suite Evan per malamnya dan merasa sayang.
"kenapa?" tanya Evan yang saat itu sudah keluar dari kamar mandi dan sedang mengenakan setelan jasnya.
"Tidak apa," jawab Eva.
"Ada apa?" desak Evan.
"Bukan hal yang penting Evan. Aku hanya merasa sayang semalam kau membiarkan kamar ini kosong padahal pasti kau membayar mahal per malamnya."
"Siapa yang lebih dulu menolak tidur disini?" serang Evan balik.
"Aku ...," kata Eva namun tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Bagaimana dia bilang dia marah melihat Evan bersama Cassie dan memutuskan untuk menyewa kamar sendiri.
Evan sudah selesai menggunakan jas tiga lapisnya dan merapikan rambutnya, cukup berbanding terbalik dengan Eva yang berpenampilan casual.
"Ayo kita turun, aku sudah lapar," ajak Eva karena semalam dia menunggu Evan untuk makan malam dan terlalu marah dengan apa yang dia lihat. Eva langsung pergi tidur tanpa mengisi perutnya.
"Eva tunggu," kata Evan dan dia berjalan mendekat ke Eva.
"Apa?"
"Hari ini kau akan bertemu Sarah kan?" tanya Evan.
Eva mengangguk.
"Bawalah ini dan pergunakan semaumu," kata Evan.
"Apa ini?" kata Eva yang bingung menerima kartu berwarna hitam yang disodorkan padanya oleh Evan.
"My unlimited magic card. You can use it to buy anything you want," kata Evan.
"Untuk apa?" tanya Eva heran.
"Untuk menyenangkan wanitaku tentu saja."
"Apa aku bisa membeli mobil mewah dengan ini?" tanya Eva.
"Bisa."
"Kalau mobil bisa, berarti perhiasan saja bukan masalah ya?"
"Tentu saja," jawab Evan puas.
"Hebat sekali. Tapi aku tidak memerlukannya," kata Eva mengembalikan kartu hitam tadi ke Evan.
*
Ola .... makasih sudah baca sampai part ini, author pada kalian pokoknya. Jangan lupa vote ya! Evan dan Eva cinta kalian!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top