Part 61 - I'll Think About It

Evan terdiam setelah Eva memutus sambungan telponnya. Tidak ada nada khawatir pada suara Eva saat dia menceritakan pertemuannya dengan Sebastian namun Evan merasakan ketidaknyamanan didadanya. Dia menelpon Cassie.

"Cassie, untuk seminggu kedepan, apakah aku memiliki jadwal kosong?" tanya Evan dengan cepat.

"Sebentar Mr Phillips," jawab Cassie dan jeda beberapa menit. "Untuk lima belas hari kedepan jadwal Anda masih padat Sir. Setelahnya di tanggal 29 jadwal Anda kosong namun malamnya Anda ada janji makan malam dengan Mr Tony Phillips dan Nyonya Julia."

"Okay, thanks Cassie," dan Evan menutup sambungan telponnya.

Evan pun menelpon William. "Will, where are you?"

Setelah mendapatkan jawaban dari orang kepercayaannya itu, Evan pun bergegas, "Okay, aku kesana sekarang."

*

Evan, William, dan Cassie kembali ke hotel sekitar pukul sepuluh malam dan Evan meminta William untuk ke kamar hotelnya.

"Will, I need to fly Eva here just like what you did the last time," kata Evan setelah dua langkah dia masuk ke kamarnya.

"Percuma saja man, jadwalmu sangat padat tidak seperti terakhir kali kita kesini. Kalaupun Eva kesini, kau mungkin akan meninggalkannya seharian. Lagipula, aku tidak yakin Eva mau kali ini. Aku tidak bisa menyeretnya dengan terpaksa kau tahu kan?" kata William sambil melepaskan dasi kupu-kupunya.

"Uugghh .... Aku frustasi," kata Evan sambil mengusap kasar wajahnya.

Evan pun mengeluarkan ponsel di saku jas bagian dalamnya.

*

Eva yang baru saja menyelesaikan makan siang di mejanya sendiri, meraih ponselnya karena benda persegi itu berdering keras.

"Ya Evan?"

"Eva .... "

"HHmm? Aku baru selesai makan siang. Disana pasti sudah malam kan? Kau belum tidur?"

"Eva ..."

Eva mengernyit kenapa Evan nampak ragu-ragu dengan apa yang ingin dia katakan.

"Ada apa?" tanya Eva bingung.

"Maukah kau kemari? Please? Aku sangat merindukanmu tapi aku sepertinya belum bisa kembali walau hanya untuk dua hari, so .... I'm begging you..." pinta Evan.

"Evan aku juga merindukanmu tapi kau tidak perlu melakukan itu. Aku tidak bisa meminta cuti lagi dan kau juga harus fokus ke pekerjaanmu," jawab Eva walaupun dia cukup terharu karena Evan memintanya datang.

"Soal Mr Kim jangan khawatir dia sudah tau soal kita, da .." kata Evan namun kata-kata Evan terpotong dengan pekikan kaget Eva.

"APA??!!" tanya Eva.

"Apa?"

"Mr Kim tahu?" kali ini Eva berbisik karena dia masih berada di dalam ruangan dan sudah banyak yang kembali ke meja mereka setelah makan siang.

"Ya, Mr Kim sudah tahu lama. Kira-kira sepulang kita dari Singapura," terang Evan.

"Ugh... aku tidak tahu lagi bagaimana harus menghadapi Mr Kim mulai sekarang."

"Seperti biasa tentu saja. Jangan khawatir Eva dia tidak akan membedakanmu hanya karena bosnya tergila-gila padamu. Jadi bagaimana? Kau bersedia kan Eva? I really really need you."

Eva tidak percaya ini. Dia menopang kepalanya dengan sebelah tangan yang tidak memegang ponsel dan memijit dahinya. "Kenapa tiba-tiba? Bukankah lima hari kemarin kau juga tidak menghubungiku sama sekali?"

"Karena aku tahu pasti jadinya seperti ini. Karena itu ... aku takut mendengar suaramu dan tidak bisa menahan diriku," jawab Evan dengan perlahan.

"Aku akan memikirkannya dulu," jawab Eva.

"Bagus! Aku akan mengatur semuanya. Kali ini kau naik pesawat pribadiku saja aku tidak ingin kejadian yang terakhir kali terjadi lagi," Evan terdengar sangat senang di ujung sana.

"Evan, wait, I said I'll think about it," jawab Eva dengan cepat.

"Aku sudah menganggapnya kau bersedia karena kau mau mempertimbangkannya. Aku akan mengatur semuanya besok. Erica akan membantumu besok. I love you Eva!" dan bahkan sebelum Eva mengatakan apa-apa, pria itu sudah menutup sambungan telponnya.

*

"Aku sudah menganggapnya kau bersedia karena kau mau mempertimbangkannya. Aku akan mengatur semuanya besok. Erica akan membantumu besok. I love you Eva!" dan setelah menutup telponnya, Evan menatap William dengan senyum yang sangat lebar.

"Aku tidak mendengar bagian kau akan meninggalkannya di kamar hotel seharian," William mengingatkan.

"Aku tidak mau dia berubah pikiran," kata Evan nampak tidak keberatan.

"Apa dia langsung berkata okay? Tidak terdengar seperti Eva," tanya William dengan ragu.

"Dia bilang akan mempertimbangkannya. Aku menganggapnya sebagai ya yang ditunda. Lagian tahu apa kau soal Eva. Hanya aku yang mengenalnya dengan baik," kata Evan tidak terima.

"Hah! Aku merasa seperti berbicara dengan seorang remaja tiap kali berbicara denganmu soal Eva. Apa kau punya dua kepribadian?" tanya William dengan memicingkan matanya.

"Sudah sana pergi. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi," kata Evan dan dia membuka pintu kamar hotelnya.

William pun berdiri dan beranjak menuju pintu. "Astaga, kukira ada hal mendesak lainnya. Aku akan akan mengatur kamar untuk Eva pagi-pagi besok."

William yang sudah berdiri di depan Evan di ambang pintu berhenti saat atasannya itu mencengkeram lengannya. "Tidak perlu."

"Apa maksudmu tidak perlu?" tanya William bingung.

"She's staying with me this time," kata Evan dan wajahnya bersemu namun pria itu cepat-cepat mendorong tubuh William dan membanting pintu, membiarkan William berdiri dengan raut wajah tidak percaya.

*

"Ya, beberapa hari yang lalu dia sama sekali tidak menghubungiku dan sekalinya dia melakukannya, dia malah minta aku kesana," kata Eva saat dia sudah bersiap tidur dan menumpahkan ketidakpercayaannya pada Sarah yang malam itu menelponnya.

"Wait, you're going to Australia tomorrow?" tanya Sarah memastikan lagi.

"Ya," jawab Eva.

"For how long?" tanya Sarah.

"I don't know. Two or three days I guess," kata Eva santai.

"AAA!!!! Kita bisa liburan bersama. Aku juga akan ke Syney lusa!" Kata Sarah kegirangan.

"Benarkah??!!!" Eva pun memekik kegirangan.

"Yes Eva!! Kebanyakan free time ku saat siang. Jadi pastikan kita kencan berdua ya," kata Sarah.

"Apakah Dave ikut?"

"No, he has to work. Dan disana aku juga bekerja."

"Great Sarah, sekarang aku tidak ragu untuk terbang kesana."

"Oh please Eva, jangan membohongi dirimu sendiri. Aku cukup yakin kau pun juga bersemangat untuk bertemu dengan Evan disana. Oh ya, pastikan kau memberi balasan yang setimpal pada sekretarisnya nanti."

"Sepertinya kau dan Evan sudah melakukannya terlebih dahulu," kata Eva geli.

"Maksudmu?"

"Ya, terakhir kali kau menerima panggilan telpon Evan, tidak lama setelahnya Evan mengatakan padaku bahwa dia sudah menyuruh Cassie untuk menghapus foto dirinya di akun nya."

"Padahal aku mengharapkan sedikit drama."

"Dasar wanita jahat!" kata Eva dan Sarah langsung tertawa keras di ujung sana.

"Kau tahu? Tidak seperti di New York, bulan Desember di Sydney adalah musim panas. Jadi kita bisa bermain di pantai nanti, okay? Jangan lupa bawa swimsuitmu," kata Sarah.

"Okay," Eva merasa sedikit bersalah pada Evan karena merasa lebih bersemangat berjalan-jalan dengan Sarah nantinya.

"Okay, I have to go now. Dave sudah merajuk," kata Sarah dengan tertawa.

"Ah, menyenangkan sekali sudah menikah."

"Iya, tentu saja menikah menyenangkan. Karena itu kau pun juga harus segera menikah."

*

Evan yang sedang meeting dengan beberapa orang pemerintahan Australia, membuka pesan yang baru masuk di ponselnya karena dia membaca nama Eva.

Sarah juga akan ke Australia lusa, jadi aku akan kencan dengannya saat kita sudah disana. Dia mengajakku ke pantai. Aku tahu kau pasti sibuk jadi tidak masalah kan aku berjalan-jalan dengannya.

Evan tersenyum membaca pesan dari Eva. Dan dia pun mengetik untuk mengirim balasan.

Tidak masalah. Can't wait to hug and kiss you deep.

Terkirim.

*

Esoknya, saat Eva sudah sampai di kantor, Mr Kim memanggilnya ke ruangan. Eva pun menuju ruangan Mr Kim.

"Yes Mr Kim?" sapa Eva dengan gugup. Dia tidak biasanya merasa gugup berhadapan dengan atasannya yang hangat dan baik ini.

"Duduk Eva," kata Mr Kim dan Eva pun duduk di kursi di depan bossnya itu.

"Mr Phillips sudah memberitahuku bahwa nanti malam kau akan ke Australia, jad ..."

"Mr Kim maaf... kalau kau keberatan, aku tidak masalah tidak kesana."

"Tentu saja aku tidak keberatan Eva. Lagipula, aku masih membutuhkan pekerjaanku," kata Mr Kim sambil tertawa keras.

"Please don't say it that way Sir," kata Eva merasa sangat tidak enak.

"Tidak Eva aku hanya bercanda. Aku benar-benar tidak masalah. Pastikan kau membawa laptopmu karena kau masih memiliki tanggung jawab pekerjaan. Jadi aku tidak menganggap kau sedang cuti. So, you still need to finish all you reports."

"Thank you Mr Kim. Untuk semuanya."

"Yes sure, Mr Phillips juga sudah sangat baik padaku. Jauh lebih baik ketimbang saat aku harus bekerja dibawah pimpinan Tony Phillips.

Eva diam merasa tidak berhak mengomentari kalimat Mr Kim yang terakhir.

"Erica akan membantumu nanti. Mungkin dia nanti akan memanggilmu," info Mr Kim. "Oke, kau bisa kembali bekerja. Aku hanya ingin menginfokan itu saja. Ingat, kau tetap harus menyelesaikan tugasmu selama kau disana."

"I will Sir. Thank you so much Mr Kim."

*

Siang itu Eva menemui Erica dan sekretaris cantik itu memberitahukan Eva bahwa nanti sore akan ada sopir yang menjemput dirinya dan dia akan berangkat dengan pesawat pribadi Mr Phillips.

"Erica, pernahkah kau menggunakan pesawat pribadi Mr Phillips?"

"Ya, dulu saat aku masih bersama Mr Tony, dia lebih sering menggunakan pesawat pribadi. Tetapi berbeda dengan Mr Evan. Dia lebih sering menggunakan pesawat komersil. Walaupun sesekali dia menggunakan pesawat pribadinya. Kenapa?" tanya Erica heran.

"Aku merasa tidak nyaman menggunakannya sendirian."

Dan entah kenapa Erica malah tertawa, "Astaga you don't have to Eva. Okay supaya kau merasa lebih baik, William sangat sering menggunakannya. William sering ke luar negeri dan butuh kembali dengan cepat karena itu dia bebas menggunakan pesawat pribadi Mr Phillips. Dan Asal kau tahu, mereka memiliki beberapa."

Eva secara spontan membentuk huruf O besar saking tidak percayanya. Dan sekali lagi, Erica tertawa keras melihat reaksi Eva.

"Mr Phillips must be really like you," tambah Erica. "Oh ya Eva, aku tahu ini mendadak, ide ini juga baru terlintas di pikiranku setelah berbicara denganmu. Kau tahu kan bekerja dengan Mr Phillips means I have to be ready 7x24. Hal itu membuatku tidak memiliki banyak teman, karena waktuku kudedikasikan untuk pekerjaanku."

Eva mengernyit tidak tahu kemana arah pembicaraan Erica.

"I'm getting married soon. So are you willing to be my bridesmaids?" pinta Erica.

"Tentu saja Erica, I will be much honored."

Erica pun langsung memeluk Eva dan kedua tersenyum bahagia. "Thank you Eva," kata Erica.

*

Semoga kalian masih betah disini dan jika suka part ini, sekali lagi, author gak akan bosen2 minta kalian buat vote vote vote. Thank you! Eva dan Evan sayang kalian!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top