Part 59 - Serendipity

Evan tidak bisa tenang malam itu setelah William memberitahunya bahwa Sebastian menemui Eva di kantor. Walaupun William meyakinkan bahwa mereka bertemu saat masih banyak orang dan mereka hanya berbicara sebentar di lobby, Evan masih tidak bisa membuat hatinya tenang.

Evan memang menahan dirinya untuk menghubungi Eva karena dia akan lebih merindukannya jika mendengar suara Eva. Namun kenapa Eva tidak memberitahunya tentang pertemuan dengan Sebastian. Evan cukup yakin bahwa Eva tahu dia tidak akan suka mendengar hal ini.

Dia mencoba menelpon Eva namun gadis itu tidak mengangkat telponnya. Apakah karena perbedaan waktu empat belas jam antara New York dan Sydney. Tapi karena sekarang sudah pukul sebelas malam di Sydney seharusnya Eva sekarang sedang berada di kantor. Evan pun mengirim pesan.

Telpon aku segera setelah kau membaca pesan ini.

*

Eva sedang berada diruangan Mr Kim bersama Mrs Gloria dan dua staff pembelian yang lainnya saat mendengar ponselnya berbunyi dan mengecek sebentar pesan siapa yang baru masuk. Eva melihat pesan dari Evan tapi memutuskan tidak membukanya.

Selama dua jam itu Eva masih fokus dengan meeting kecilnya di ruangan Mr Kim. Setelah selesai, Mrs Gloria mengajaknya makan siang bersama. Eva dengan berat hati menolak karena dia ingin sendirian saat ini.

Kimberly dan Stevan yang sudah menghadangnya merasa bingung saat Eva menolak ajakan mereka untuk makan siang bersama di cafeteria. Eva menyambar overcoatnya dan menuju restaurant yang tidak jauh dari Phillips Corp sambil berjalan kaki.

Eva menyukai kesendiriannya saat ini. Akan lebih baik dibandingkan makan siang bersama Kimberly dan Stevan. Dia sudah tidak sanggup untuk mendengar ocehan Stevan lagi tentang Evan dan Cassie. Dan foto yang dia liat semalam, mengingatnya saja sudah membuat dadanya sesak.

Eva duduk di tempat duduk dipinggir kaca jendela dan memesan makanan dengan porsi yang tidak terlalu banyak dan coffee latte seperti biasanya. Eva membuka pesan dari Evan yang tidak dia baca dari tadi dan mengunci ponselnya lagi setelah membaca pesan singkat dari Evan.

Eva melihat keluar jendela dan menyaksikan orang yang berlalu lalang dengan sangat sibuknya seakan-akan ada yang sedang mengejar mereka. Eva teringat saat dia, Sarah, dan Dave menghabiskan waktu di Central Park bersama.

Hanya piknik sederhana namun Eva sangat menyukai kenyamanan yang dia rasakan saat itu.

*

Evan terbangun dari tidurnya dan hal pertama yang dia lakukan adalah mengecek ponselnya. Tidak ada pesan baru dari Eva dan tidak ada panggilan tidak terjawab. Evan pun menekan angka satu dan terhubung dengan nada tunggu. Cukup lama, namun Eva tidak kunjung mengangkat panggilannya.

Suara ketokan di pintu hotelnya membuatnya bangkit dan menuju ke pintu.

"Morning Mr Phillips," kata Cassie dengan senyum cerahnya dan langsung masuk. Anak ini cukup berbeda dengan Erica dan Evan masih tidak terbiasa dengan kepercayaan dirinya yang berlebihan ini.

"Kenapa tidak langsung sarapan? Kau bisa mengupdateku saat kita sarapan dibawah. Oh ya, lain kali jangan sembarangan masuk ke kamar hotelku. Aku tidak suka. Kumaafkan kau kali ini. Karena kau sudah ada disini, katakan report yang harus kau laporkan," kata Evan tegas, dia bahkan masih memakai celana pendeknya.

*

Menghabiskan hampir empat hari seharian bersama Evan Phillips membuat Cassie menginginkan CEOnya itu lebih dan lebih lagi. Perkara Eva, Cassie sama sekali tidak merasa bersalah karena bosnya masih single, jadi siapa pun bisa mendekatinya.

Dan juga, empat hari bersama Mr Phillips, Cassie memperhatikan bahwa bosnya belum sekalipun menelpon Eva. Mengetahui hal tersebut, harapan Cassie semakin melambung tinggi.

"Mr Phillips, besok malam Mr Oliver mengundang kita ke acara pembukaan galeri seninya. Jadwal ini tidak ada dalam jadwal sebelumnya namun besok malam jadwal Anda kosong," terang Cassie.

"Tidak masalah, aku akan datang," jawab Evan singkat.

"Apakah saya boleh ikut juga Mr Phillips? Akan sangat membosankan kalau hanya duduk di kamar hotel. Selain itu, aku cukup tahu soal seni," kata Cassie. Dia tidak menyiapkan gaun kalaupun Mr Phillips memperbolehkannya datang, tapi itu tidak masalah. Dia bisa membelinya langsung nanti malam.

"Terserah kau saja," kata Mr Phillips. "Lalu apa lagi?"

Cassie pun menginformasikan hal lain yang perlu disampaikan.

*

Eva tengah berbaring di atas ranjangnya dan berusaha menjauhkan dirinya sendiri dari ponsel. Dia tidak akan menelpon Evan. Sudah empat hari sejak keberangkatan Evan dan dia belum menelponnya sama sekali.

Keesokan paginya, salju cukup lebat hari itu dan Eva bersyukur dia tidak perlu berangkat ke kantor. Namun cukup menyesakkan jika dia harus tinggal sendirian di apartemennya. Sarah tidak bisa menemaninya karena saat ini dia berada di Jerman untuk sebuah peragaan busana.

Eva pun memutuskan untuk berjalan-jalan diluar, berusaha melepaskan penat pikirannya. Setelah memasang coat dan scarfnya serta boots yang pastinya akan melindungi langkahnya melewati jalanan bersalju, Eva pun berjalan beberapa blok dan duduk di taman yang cukup ramai bahkan di cuaca yang dingin seperti ini.

Di tengah taman, terdapat arena ice skating yang memang selalu ada di musim dingin seperti sekarang ini. Eva yang membawa kameranya, memotret beberapa wajah bahagia disana serta indahnya pemandangan yang sedang dia lihat.

Eva yang fokus memotret sembari berjalan perlahan dengan kamera masih menempel di wajahnya, tidak menyadari langkahnya dan hampir tergelincir jatuh jika saja tidak ada tangan yang menopangnya.

"Are you okay Miss?" tanya pria yang membantunya.

"Iya, aku baik-baik saja, terima kasih banyak," kata Eva sambil memastikan dirinya tidak akan terjatuh.

"Eva?" kata suara itu dan Eva pun mendongak, sontak kaget saat melihat Sebastian tengah berdiri di hadapannya. Pria itu memakai scarf tebal seperti dirinya, topi rajut, dan kaca mata hitam.

"Hai," kata Eva singkat.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sebastian.

"Menikmati musim dingin yang indah," jawab Eva sambil tersenyum singkat.

"Aku bersama adikku, sebentar, kau tunggu disini. Aku ingin memperkenalkan Isabella dengan dirimu," kata Sebastian dan pria itu berjalan cepat ke arah seorang gadis berambut coklat panjang yang tengah duduk di kursi roda.

Eva pun berdiri disana memperhatikan keduanya. Sebastian mendorong kursi roda gadis itu menuju dirinya.

"Isabella, this is Eva," kata Sebastian.

"Kau lebih cantik dari yang aku bayangkan. Kakakku mengatakan you are an angel that saves his life," kata Isabella yang walaupun nampak sedikit pucat namun sangat cantik.

Eva tidak yakin apa yang dikatakan Sebastian pada adiknya dan dia pun menoleh pada Sebastian dan pria itu berbisik, "Maaf, aku hanya berkata kau menyelamatkan hidupku. Hanya itu. Karena kenyataannya memang seperti itu."

Eva memutuskan untuk menyingkirkan wajah bingungnya dan menyapa Isabella yang tengah memandangnya.

"Hai Isabella, kau jauh lebih cantik dari diriku. Kau nampak sehat," kata Eva membalas sapaan Isabella.

"Ya, aku baru terbangun dari tidur panjangku. Aku berharap saat aku bangun aku akan bertemu pangeran tampan seperti di cerita dongeng. Sayangnya, yang kulihat malah wajah kakakku," kata Isabella dengan ceria.

"Ya, aku memang bukan pangeran, tapi aku tampan kan?" kata Sebastian yang sekarang berjongkok di samping adiknya dan interaksi keduanya membuat Eva tertawa.

"Apa yang kau lakukan disini? Apa kau sendirian Eva?" tanya Sebastian.

"Ya, aku sendirian. Karena hari ini aku libur, aku ingin sedikit berjalan-jalan menikmati kota," terang Eva.

"Eva, kakakku akan mengajakku makan disana, apa kau mau ikut dengan kami? Please?" kata Isabella sambil menunjuk restaurant hamburger yang memang cukup terkenal di district itu.

Eva melihat Isabella dan Sebastian. Isabella menunjukkan wajah memelasnya sedangkan Sebastian hanya terdiam.

"Apakah aku tidak akan menganggu kalian?" tanya Eva sopan.

"TIDAK!" jawab Sebastian dan Isabella bersamaan. Isabella langsung memukul lengan kakaknya dan ketiganya secara bersamaan tertawa.

"Baiklah, sepertinya aku juga sedang sangat lapar," jawab Eva setuju.

"Bagus. Nanti pesanlah yang banyak Eva. Jangan khawatir, kakakku ini seorang aktor walaupun aku tahu kau pasti sulit untuk mempercayainya, aku pun juga masih sulit untuk percaya. Jadi, dia menghasilkan cukup banyak uang," kata Isabella dan Sebastian mengacak-acak rambut adiknya yang beranjak remaja itu.

*

Eva duduk bersama Sebastian dan Isabella dan dia menyukai interaksi antara Sebastian dan Isabella. Beberapa hari yang lalu dia tidak akan pernah membayangkan duduk bersama Sebastian dan adiknya di satu meja.

Sebastian walaupun suka sekali menggoda Isabella, namun dia lebih banyak mengalah saat Isabella sudah mulai merajuk.

"Kakak, aku merasa capek," kata Isabella saat ketiganya menyelesaikan brunch mereka dan duduk disana selama kurang lebih satu setengah jam. Sebastian pun nampak sedikit panik.

"Kak, tenang aku baik-baik saja. Aku hanya merasa sedikit lelah," kata Isabella yang melihat Sebastian nampak tergesa-gesa.

"Eva, senang bertemu denganmu. Aku akan mengantar Isabella kembali ke kamarnya. Maaf aku tidak mengantarmu," kata Sebastian.

"Iya, tidak masalah. Kita juga bertemu secara tidak sengaja," jawab Eva.

"Eva, aku juga senang bertemu denganmu. Semoga kita menghabiskan waktu bersama lagi," dan Isabella melambaikan tangannya saat Sebastian mendorong kursi rodanya.

*

"Kau kenapa?" tanya William saat melihat Evan terlihat gusar.

"Eva masih tidak mengangkat telponku. Aku khawatir," Evan masih menempelkan ponsel di telinganya. "Aku tidak bisa menghubungi Mr Kim karena sekarang hari Sabtu."

"Astaga, tenang Evan. Mungkin dia hanya sedang tidur. Ayo, kau pun juga harus bersiap. Aku akan menjemput Cassie di kamarnya," kata William sembari menepuk pundak Evan.

*

Cassie memilih gaun malam yang cukup menantang. Dia sering dipandang sebagai wanita yang manis dan ceria. Untuk malam ini, Cassie ingin memperlihatkan pada Evan bahwa dia pun bisa nampak menggoda. Cassie mematut dirinya di depan cermin dan bangga dengan dirinya sendiri.

Cassie keluar saat mendengar pintu kamarnya diketuk.

Cassie membuka pintunya dan melihat William berdiri di depan pintu.

"I'm ready Will," sapa Cassie sambil memainkan ekor gaunnya.

"Wow Cassie. You look so much different on that," kata William masih tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

"Come on, Mr Phillips menunggu kita dibawah," kata William dan kedua masuk ke dalam lift.

*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top