Part 53 - Don't Tell Anyone

"I hate horror movies," keluh Cassie saat mereka berempat sudah berada di depan petugas kasir. Secepat kilat, Stevan menjawab bahwa mereka tidak akan menonton film apapun yang bisa menakuti Cassie bahkan sebelum dia menanyakan pendapat Eva dan Kimberly.

"Bagaimana dengan film detektif?" Usul Eva sambil menunjuk poster salah satu film yang sedang dipajang disana, yang membuat Stevan langsung menoleh pada Cassie sekali lagi seolah ingin memastikan bahwa gadis itu tidak keberatan.

Baik Kimberly dan Cassie tidak bereaksi apa-apa jadi mereka pun memutuskan untuk segera membeli tiket film tentang detektif yang terjebak dalam situasi dimana dia yang dijadikan tersangka pembunuhan.

Setelah membeli tiket dan popcorn serta minuman, keempatnya segera memasuki gedung theater. Film ini cukup terkenal terbukti dengan banyaknya penonton malam itu. Eva sudah meminta ijin pada Evan sebelumnya jadi dia tidak perlu khawatir pria itu akan menunggunya untuk pulang bersama.

Gedung bioskop perlahan mulai gelap menandakan bahwa akan film segera dimulai.

Eva cukup menikmati film itu dan sekitar pada menit ke tiga puluh, dia melihat wajah yang dia kenal dia layar besar itu. Dia yakin itu dia. William juga pernah mengatakan bahwa dia adalah seorang aktor baru yang sedang naik daun. 

Eva cukup yakin bahwa itu dirinya. Ya, Sebastian. Kepalanya pun kembali dipenuhi kenangan mengerikan itu dan juga entah kenapa perasaan kasihan yang masih belum mampu dia hilangkan.

"Dia macho sekali ya si Danny itu," bisik Kimberly mengomentari peran yang dimainkan Sebastian. Walaupun perannya tidak terlalu banyak dan bukan juga peran utama, perannya cukup menarik perhatian. Eva tiba-tiba merasa mual, ada perasaan tidak enak pada perutnya dan dia memutuskan untuk memejamkan matanya setelah menyesap sodanya.

*

"Eva ... wake up ... Eva ....," Eva mendengar seseorang memanggil namanya dan menggucang-guncangkan tubuhnya. Perlahan Eva membuka matanya dan sedikit mengingat dia ada dimana. Setelah sedikit kesadarannya muncul, Eva baru ingat bahwa dia masih di gedung bioskop.

"I can't belive that you fall asleep Eva," gerutu Stevan. Baik Cassie dan Kimberly sama-sama cekikikan.

" You two stop laughing," kata Eva sembari memberikan tatapan jengkel pada kedua gadis didepannya.

"My boyfriend is picking me up. Dia sudah menungguku didepan gedung," kata Kimberly.

"Aku akan memanggil taxi," sahut Cassie.

"Cassie kau bisa ikut, maksudku, ehmm ... kalau tidak keberatan, aku akan mengantarmu pulang," kata Stevan yang menurut Eva temannya ini cukup cepat mengambil kesempatan untuk mendekati gadis itu.

"Benarkah? Kau tidak keberatan? Aku akan sangat senang," jawab Cassie dengan nada manja khasnya. Eva sedikit heran Cassie bahkan tidak menanyakan dimana rumah Stevan hanya untuk memastikan pria itu tidak mengambil arah yang berlawanan dengan rumahnya. But she guesses mungkin begitulah kalau kau sudah memuja seseorang.

Eva tahu bahwa rumah Stevan lumayan jauh dari sini. Pastinya berkendara lebih lama bukan menjadi halangan bagi Stevan.

"Bagaimana denganmu Eva?" tanya Kimberly.

"Aku akan memanggil taxi. Apartemenku tidak terlalu jauh dari sini," jawab Eva.

Keempatnya pun berjalan keluar gedung sambil sesekali membahas sedikit tentang film tadi dan sekali lagi menggoda Eva yang pastinya tidak tahu bagaimana ceritanya tadi. Sekali lagi, Eva memberikan mereka tatapan tajam.

"Hai, bagaimana filmnya?" suara itu menghentikan keempatnya. Keempatnya sempat terdiam secara kompak.

"Mr Phillips? Apa yang Anda lakukan disini? Apa ada yang harus saya selesaikan malam ini?" tanya Cassie dengan cepat dan gadis itu sudah melangkah beberapa langkah kedepan mendekati bosnya.

Evan tertawa, membuat Cassie memasang tampang bingung dan imut khasnya. Namun baik Eva, Stevan, dan Kimberly, ketiganya masih terdiam ditempatnya.

"Oh my God, sepertinya benar itu Cassie," bisik Kimberly pada Eva san Stevan.

Evan tidak langsung menjawab, namun melangkah mendekati Eva.

"Aku disini untuk menjemput Eva," jawab Evan dengan senyum menawannya. Evan bahkan saat itu masih memakai jasnya membuatnya tampil mencolok di antara kerumunan orang disana.

Postur tubuh dan wajahnya saja sudah membuatnya tampil cukup mencolok, ditambah lagi jas yang dia kenakan saat ini.

'oh my God,' batin Eva karena kini ada tiga mulut yang harus dia bungkam.

"Ayo," kata Evan cepat dan dia meraih tangan gadis itu.

"Wait," kata Eva pelan pada Evan yang sudah memegang tangannya tanpa permisi.

Eva segera berbalik badan dan memasang wajah memelas pada keduanya.

"Please .... Don't say anything to anyone," kata Eva memandang Kimberly dan Stevan bergantian, kemudian ke Cassie yang entah kenapa tampak jengkel.

Kimberly berusaha menahan senyum diwajahnya dan tubuhnya mengatakan seakan dia ingin melompat-lompat kegirangan namun dia menahan dirinya agar kakinya tidak bergerak. Sedangkan Stevan, dia memberikan isyarat seakan sedang menutup resleting yang tidak nampak pada mulutnya. Cassie hanya mengangkat bahunya seolah dia tidak peduli.

"Thank you," kata Eva pada ketiganya tanpa mengeluarkan suara.

*

Cassie yang sudah berada didalam mobil Stevan, menekuk kedua tangannya didada, menatap lurus kedepan, dan mulut terkatup rapat. Gadis itu, seperti banyak gadis lain di Phillips Corp., diam-diam menaruh hati pada Evan Phillips. Sepanjang perjalanan pulangnya dengan Stevan, pria itu banyak mengajaknya bicara tapi Cassie lebih memilih menjawabnya dengan malas-malasan dan singkat.

Cassie merasa Eva jauh bila dibandingkan dengan dirinya. Karena itu dia semakin merasa tidak terima dengan apa yang barusan dia lihat. Tapi bukan Cassie namanya jika dia mundur tanpa perlawanan.

*

"Kenapa tiba-tiba menjemputku?" tanya Eva masih sedikit kesal. Evan dan Eva sudah berada didalam mobil mewah Evan. Melihat wajah kesal Eva, entah kenapa malah membuat Evan geli melihatnya.

"Apa kau khawatir dengan kenyataan bahwa sekarang temanmu tahu bahwa the Eva I'm talking about is you?" tanya Evan masih tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.

"Tentu saja Evan, aku ingin menjalani kehidupan kerjaku dengan wajar dan normal. Menjadi pacar seorang CEO perusahaan bukanlah hal yang wajar bagi gadis biasa sepertiku," jelas Eva.

"Jadi aku sekarang pacarmu?" entah kenapa Evan tidak bisa berhenti menggoda Eva.

"Stop it," kata Eva.

"Cepat atau lambat orang akan tahu. Tidak akan ada bedanya mereka tahu sekarang atau nanti."

"Ya tapi tunggu aku keluar dari Phillips Corp. dulu."

"Kau ... kau jadi mengundurkan diri?" Evan lupa dengan kenyataan bahwa Eva sudah mengajukan surat pengunduran dirinya pada Mr Kim saat insiden di Prancis.

"Tentu saja," jawab Eva mantap.

"Ya, kau benar juga. Kau tidak perlu bekerja. Aku bisa mencukupimu," Evan menjawab dengan tampang serius.

"Tentu saja aku akan mencari pekerjaan yang lain jika aku sudah keluar dari Philips Corp."

"Tidak, kau tidak perlu bekerja. Cukup membesarkan anak-anak kita saja nanti," kata Evan sambil mencubit pipi Eva gemas dan setelah Eva mengeluh ouch dan gadis itu mengelus-elus pipinya, Evan dengan segera meminta maaf.

"Aku akan tetap mencari pekerjaan baru."

"Kau selalu bisa menarik pengunduran dirimu," usul Evan.

"Entahlah," jawab Eva sambil menerawang.

*

Dengan cepat keduanya sudah tiba di gedung apartemen dan mereka berjalan ke kamar mereka.

Saat sudah di depan kamar, Eva yang hendak membuka pintu apartemennya berbalik, " Evan aku tahu ini sudah sangat larut. Tapi aku perlu mendiskusikan sesuatu denganmu. Kalau tidak, aku mungkin akan kesulitan tidur," pinta Eva.

Evan tidak bisa menebak apa yang ingin dibicarakan Eva dengannya. Namun melihat raut wajahnya, sepertinya gadis itu sedang serius. Evan pun mengangguk.

"Kau ganti baju dulu. Kalau kau sudah selesai, kau bisa mengetuk pintuku. Kita bicara di apartemenku. Kau ... belum berkunjung bukan?"

*

Semoga kalian masih suka ya dengan kelanjutan cerita Eva dan Evan. Kalau suka part ini, please tinggalin jejak dengan vote ya. Vote vote vote :D Thank you

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top