Part 51 - I'm a Freak Now
"Eva, bisakah kita bertemu sekarang?"
Eva yang hendak membereskan mejanya dan menunggu Evan, seketika berhenti saat Clara Ferguson menelponnya.
"Ada perlu apa?"
"Ada yang perlu aku bicarakan denganmu," jawab Clara.
"Baiklah," kata Eva yang sama sekali tidak pernah memiliki pikiran buruk apapun terhadap Clara bahkan setelah berita ciumannya dengan Evan. "Kau tahu restoran di sebelah kantor kami kan? Aku tunggu disana."
Setelah Clara menutup telponnya, Eva segera mengetik pesan.
Ada sesuatu yang tiba-tiba harus aku lakukan. Kau boleh pulang duluan.
Terkirim.
Eva kembali mengecek ponselnya karena ada pesan masuk baru.
Selesaikan saja. Kabari aku kalau kau sudah selesai. Tidak perlu terburu-buru.
Eva segera memasukkan ponselnya ke dalam tas dan segera turun untuk menuju restaurant yang dia maksud tadi.
*
Eva memesan kopi panas saat dia sudah disana. Tidak berapa lama, Eva bisa melihat Clara membuka pintu restaurant. Dengan celana hitam ketat, mantel berwarna coklat dan kacamata hitam, Clara melayangkan pandangan ke seluruh restaurant untuk mencari Eva.
Saat matanya sudah menemukan Eva, Clara berjalan dengan mantap kearahnya. Tanpa menyapanya terlebih dahulu, Clara menarik kursi di depan Eva dan duduk disana. Eva cukup terkejut saat Clara membuka matanya dan memperlihatkan matanya yang bengkak seperti orang yang selesai menangis cukup lama dan banyak.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Eva dengan nada khawatir.
"Evan ... dia datang pagi ini kerumahku dengan penuh amarah. Dia ... ,"air mata kembali lolos dari mata Clara. "Dia membongkar kejahatanku didepan orang tuaku," jawab Clara.
"Marah? Kenapa? Kejahatan?" tanya Eva tidak mengerti.
"Tapi bukan karena apa yang Evan lakukan pagi ini yang membuatku menemuimu malam ini. Awalnya aku mengira aku akan sangat kehilangan jika tidak bisa mendapatkan Evan. Karena itu saat dia memberikanku waktu untuk menjelaskan semuanya, aku sengaja tidak melakukan apa-apa. Aku tidak ingin berita tentang kita hilang begitu saja," tutur Clara.
"Tapi ternyata bukan itu yang membuatku merasa sangat kehilangan," kata Clara masih dengan air mata yang mengalir. Gadis itu berusaha untuk menyekanya beberapa kali.
Eva mengerutkan dahinya masih tidak mengerti dengan apa yang berusaha Clara katakan.
"Eva, aku kesini untuk meminta maaf padamu dan minta tolong padamu," lanjut Clara.
"Minta tolong untuk apa?" tanya Eva.
"Bisakah kau bebaskan Sebastian?" pinta Clara.
Eva mencoba mencerna namun kemudian matanya melebar dan dia kaget. "Clara maksudmu... Sebastian ....,"
Clara membaca wajah syok Eva dan sepertinya dia menggunakan kata pembuka yang salah.
"Kau ... apa .. Evan belum memberitahumu?" tanya Clara kali ini dia menunduk.
Eva membeku ditempatnya dan hanya bisa melihat Clara dengan pandangan penuh horor.
"Eva .... Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf," kata Clara lagi. "Aku sekarang menyadari apa yang yang sudah aku hilangkan."
Eva masih menatapnya ngeri.
"Eva ..... tolong katakan sesuatu," desak Clara terdengar agak tidak sabar.
"Kita bicara lain kali. Aku belum siap untuk ini," kata Eva dan dia beranjak dari duduknya dan pergi keluar dari restaurant itu. Eva memutuskan berjalan menuju halte bus untuk kembali ke apartemennya.
Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi dengan bagaimana Clara bisa sejahat itu, bagaimana bisa meminta maaf semudah itu, hal yang lebih buruk bisa saja terjadi padanya, kenapa Evan tidak mengatakan apapun padanya, dan Sebastian. Eva sudah berniat untuk memaafkan Sebastian walaupun Evan tidak mengijinkannya.
Eva menatap keluar jendela dan menyandarkan kepalanya di kaca. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi.
"Halo ..," jawab Eva.
"Apa sudah selesai? Aku sudah dibawah," sahut Evan.
"Kutemui kau di apartemen. Ada yang ingin aku tanyakan," jawab Eva singkat dan dengan segera dia menutup telponnya.
*
Evan sampai lebih dulu di apartemen. Saat Eva datang, dia sudah berdiri di depan pintu.
"Kenapa kau tidak menungguku? Bukankah kau sudah janji padaku?" tuntut Evan.
"Masuklah. Kenapa kau tidak ganti baju dulu?" jawab Eva sembari membuka pintunya.
"Lupakan. Apa kau sadar kau sudah membuatku khawatir Eva?!" Evan lantas duduk di sofa yang biasa dia duduki.
Setelah menyimpan tas dan melepaskan mantelnya, Eva bergabung dengan Evan di sofa.
"Tadi Clara menemuiku," kata Eva dan kata-kata yang barusan meluncur membuat mata Evan membelalak.
"Kenapa kau mau menemuinya? Apa maunya? Kenapa kau tidak bilang padaku?" Evan mulai menghujani Eva dengan beberapa pertanyaan.
"Evan ..... kau sudah tahu kan? Kenapa tidak mengatakan padaku?"
Evan terdiam sebentar, kemudian, "Apa ini soal insiden yang menimpamu empat hari yang lalu?"
Eva mengangguk dan kembali diam seakan meminta penjelasan Evan.
"Aku takut kau semakin terluka. Aku berencana memberitahumu, tapi tidak sekarang. Aku juga takut kamu semakin membenciku. Bisa dibilang karena aku hal itu menimpamu," kata Evan sambil menyisir rambut nya dengan kedua tangannya, menunduk terlihat sangat putus asa.
"Aku tidak marah, tapi aku semakin takut melihat bagaimana seseorang bisa berubah menjadi menakutkan seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kondisinya seperti. Aku ..... berpikir cukup sederhana. Dia ... malam itu terlalu mabuk jadi tidak sadar. Hanya itu," jawab Eva dan Evan bisa melihat kengerian di matanya.
"Eva, maafkan aku. Aku berjanji akan selalu menjagamu mulai sekarang," kata Evan sambil menggenggam tangan Eva.
"Dia ... Clara ... memintaku untuk memaafkannya. Sepertinya Clara juga mencintainya. Bagaimana kau bisa meminta hal mengerikan seperti itu pada orang kau cintai," Eva pun terisak dan dia menutupi wajahnya.
Evan mendekat dan memeluk Eva dengan sangat erat.
"Aku bersalah padamu Eva. Banyak. Dan sangat besar. Aku bahkan merasa tidak pantas lagi berada disisimu. Tapi aku tidak sanggup. Aku tidak bisa lagi tanpamu," Evan mengeratkan pelukannya.
*
Setelah memaksa Evan kembali ke apartemennya sendiri, Eva berusaha memejamkan matanya. Dia merasa menjadi orang yang sangat naïf selama ini. Dia pikir orang sejahat itu hanya muncul di televisi.
Setelah dua jam berusaha untuk tertidur, Eva pun akhirnya berhasil memejamkan matanya.
*
Paginya, Eva yang sudah siap berangkat kerja terkejut saat membuka pintu apartemennya karena Evan sudah rapi berdiri di depan pintu apartemennya.
"Sudah siap?" tanya Evan.
"Hmm," jawab Eva sambil tersenyum simpul.
"Apa kau nyaman tinggal di apartemen kecil? Kenapa kau tidak kembali saja? Kau masih bisa mengantar dan menjemputku pulang," tanya Eva saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Bagiku apartemenku sekarang jauh lebih istimewa dibandingkan penthouse. Bahkan jika ukurannya lebih kecil lagi, aku tidak akan mengeluh. Kau ada di dekatku. Itu berjuta-juta kali lebih berharga. Mungkin kau tidak percaya tapi dulu waktu kuliah aku juga memilih untuk tinggal di dorm universitas. Jadi, jangan menganggap aku tidak bisa nyaman disana," terang Evan.
"Bisakah kapan-kapan kau menceritakan masa kuliahmu? Aku penasaran. Aku tidak pernah tahu. Yang kutahu dari Sarah, kau kuliah di tempat yang sama dengan Clara."
Kemudian Evan mencoba untuk menahan tawanya dengan mengatupkan kedua bibirnya.
"Apa?" tanya Eva heran.
"Kenapa kau tidak mencari tahu? Ada kalanya aku sangat penasaran dan tidak bisa menahan diriku. Karena aku memiliki cukup banyak kenalan, aku menanyakan satu dua pertanyaan tentangmu. Tapi sangat jarang. Waktu itu aku tidak ingin Ayahku sampai tahu aku mencari tahu tentang dirimu," jelas Evan dan Eva membuat ekspresi tidak percaya.
"Kau tidak percaya?" tanya Evan
"Iya tentu saja," kata Eva sambil tertawa.
"Sebentar," kata Evan saat dia berhenti karena lampu merah. Evan mengeluarkan ponselnya. "Janji jangan tertawa dan jangan menganggapku aneh," ancam Evan sebelum menunjukkan sesuatu dari ponselnya.
"Ya. Ada apa?" tanya Eva semakin penasaran.
"Aku punya fotomu saat kuliah," kata Evan setengah malu.
Eva melihat fotonya yang masih dengan rambut pendeknya dulu. Dia ingat ingat seorang panitia acara universitas meminta fotonya untuk dokumentasi acara katanya.
Eva memandang foto dirinya dan Evan bergantian dengan bingung.
"Ok, well I'm guess I'm a freak now," jawab Evan kembali memandang kearah depan karena lampu sudah kembali hijau.
*
Thank you for sticking with me and with this story. Send huge hug and kisses to you. Please don't forget to vote. Eva and Evan love you !!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top