Part 41 - Social Media

Eva dengan berat membuka matanya. Dia mengerjap saat tidak ingat berada dimana. Kemudian, dia melihat wajah Evan sedang menatapnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Evan.

Eva berusaha untuk bangun dan ingat bahwa dia sepertinya tertidur di ruangan kantor Evan tadi. "Ini jam berapa?" tanya Eva saat dia sudah duduk dengan Evan masih berlutut di bawah sofa.

"Hampir jam satu malam. Aku khawatir badanmu sakit karena tertidur di sofa. Sepertinya suntikannya sudah bereaksi. Badanmu sudah tidak panas," kata Evan kembali memegang dahinya.

"Suntikan?" tanya Eva bingung.

Evan bangkit dan mengambilkan Eva segelas air putih. "Ya, tadi aku memanggil dokter kesini. Minumlah dulu lalu kuantar kau pulang."

Eva meneguk habis semua air putih yang diberikan Evan dan kemudian bangkit. Evan tampak ragu saat hendak memegang tangan Eva dan Eva melihat pria itu mengurungkan niatnya.

Selama perjalanan, Eva memejamkan matanya. Dia tidak sedang tidur, hanya saja dia pura-pura tertidur untuk menghindari percakapan dengan Evan.

Sesampainya di depan apartemen, Evan turun duluan dan membukakan pintu untuk Eva.

"Apa kau sendirian?" tanya Evan dengan dahi berkerut.

"Hu um. Jangan khawatir aku sudah baikan. Terima kasih. Aku masuk dulu," kata Eva sedingin mungkin, kemudian melangkah menuju kamarnya.

"Eva .... Aku akan memperbaiki semuanya. Tunggulah aku, jangan kemana-kemana," kata Evan di belakang.

Eva tidak berbalik karena yakin bahwa saat melihat tatapan mata Evan, kemungkinan besar dia akan luluh dan ingin memeluk pria itu. Tapi dia tidak ingin melakukannya. Tidak sekarang.

*

Keesokan pagi, saat terbangun Eva sudah merasa baikan. Obat yang diresepkan dokter Evan sangat manjur. Dia meraba-raba tempat tidurnya saat ponselnya berbunyi.

"Eva kau di apartemen kan? Nanti kujemput ya," kata Sarah cepat saat Eva memencet tombol terima di ponselnya.

"Sarah maaf bisakah kita keluarnya lain waktu? Aku baru merasa baikan. Semalam badanku panas," jelas Eva.

"Oh again? Is it because of him?"

"No Sarah, mungkin karena cuaca."

Eva bisa mendengar Sarah mendengus di seberang sana. "Oke, aku kesana sekarang. Ku bawakan banyak makanan supaya kau benar-benar sehat. Kita tidak perlu kemana-mana hari ini. Cukup berbincang yang lama saja. Tunggu aku."

"Berbincang atau menginterogasiku?" Eva sudah paham dengan temannya yang satu ini.

*

Kurang dari satu jam Sarah sudah sampai dan melepas syalnya karena udara diluar memang sedang dingin di bulan November ini.

"Apa kau sudah bertemu lagi dengannya?" tanya Sarah sembari membuka banyak sekali makanan dan minuman dari paper bag besar yang dia bawa tadi.

"Iya kemarin setelah hampir empat hari tanpa komunikasi sama sekali. Anehnya aku masih merasa merindukannya tapi aku masih tidak mau memaafkannya semudah lagi. Lagipula, berita di luar masih ramai. Entahlah," kata Eva sambil menerima salad yang disodorkan Sarah.

"Ya, kubilang juga sebaiknya kau menunggu. Kita lihat dulu langkah dia mengatasi banyaknya rumor yang sudah terlanjur beredar. Dia belum melakukan apapun. Apa kau tau Clara memposting apa di sosial medianya?" tanya Sarah dengan buru-buru mengeluarkan ponsel dari tasnya. Mulai lagi Sarah dan jiwa stalkernya.

"Ini lihatlah. Dia memasang foto beberapa baju pengantin dengan caption cukup pendek tapi sangat cukup untuk membuat sejuta umat salah paham jika memang benar tidak ada apa-apa antara dia dan Evan," Sarah menunjukkan layar ponselnya kepada Eva.

Eva melihat deretan gaun putih cantik dan disana Clara menulis, "Looking for the prettiest one."

Hal tersebut membuat Eva langsung lemas. Karena kemarin pun Evan tidak lagi berusaha menjelaskan apapun padanya dan sepertinya dia membiarkan saja berita yang sedang banyak beredar tentang dirinya dan Clara.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Sarah dengan raut wajah kelewat cemas.

"Astaga Sarah, tenanglah aku tidak akan terpuruk jika itu yang kau khawatirkan. Aku cukup bisa menghandle perasaanku."

"Bagaimana jika kau makan malam dengan Bryan. Aku yakin dia bisa membuatmu tersenyum kembali," usul Sarah yang malah mendapat pelototan mata dari Eva.

"Astaga jahat sekali kau ini Sarah. Aku tidak akan membiarkannya salah paham lagi. Dia orang yang baik dan dia tidak pantas untuk itu," kata Eva sambil mengaduk-aduk salad di tangannya.

"Ya, kau benar. Kalau saja kau mau benar-benar serius dengannya," kata Sarah. "Tapi beberapa kali Dave berkata padaku Bryan sering menanyakan dirimu."

"Kenapa dia tidak bertanya langsung padaku," kata Eva santai.

Sarah berada disana sampai sore dan mereka banyak mengobrol dan sesekali mengomentari film yang mereka lihat bersama. Eva juga banyak menanyakan perannya yang baru sebagai seorang istri. 

Eva merindukan masa-masa menghabiskan waktu dengan Sarah di apartemen yang dulu mereka tinggali bersama. Walaupun Sarah sering keluar kota atau negeri tapi rasanya dulu berbeda dengan sekarang.

Kalau dulu Eva hanya menunggu kapan Sarah akan pulang. Namun sekarang dia tidak bisa mengharapkan pulang ke apartemen dengan seorang teman menemaninya. Karena itu juga, lebih baik jika dia kembali ke LA bersama Ibunya.

*

Di lain pihak, William yang sedang berada di penthouse Evan, tertawa geli melihat akun media sosial Clara dan dengan segera menunjukkannya pada Evan.

"Lihat, dia berulah lagi," kata William.

Evan terlihat geram dan mencengkeram ponsel Willian dengan keras.

"Buatkan aku akun media sosial," kata Evan serius pada William.

"Astaga, memangnya kau ini apa? Anak sekolah? Mau membalasnya lewat media sosial?" tanya William geli.

"Aku tidak bisa menunggu hari Sabtu depan untuk menjelaskan semuanya. Bagaimana kalau Eva sudah pergi sebelum itu?" tanya Evan cemas.

"Tidak akan, jangan khawatir. Lagian memangnya kau tidak akan bisa menemukannya jika Eva benar-benar pergi dari NY?"

"Cepatlah William, buatkan aku akun media sosial. Aku memerintahkanmu secara professional!"

"Kau hanya akan membuat segalanya lebih runyam. Bersabarlah."

"Tenang saja, aku tidak akan memposting yang macam-macam," desak Evan.

"Oh diamlah," kata William jengah.

Setengah jam kemudian, William akhirnya menyerah dan membuatkan Evan sebuah akun dengan nama @EvanPhillips.

"Will, aku posting foto Eva yang mana ya. Aku punya banyak fotonya di galeriku. Saat dia tertidur di sini, atau saat kita jalan-jalan di Australia, atau foto candidnya. Ada cukup banyak. Aku cukup menulis, cintaku dan selesai sudah masalah," kata Evan terkikik sendiri sambil memilih-milih foto Eva di ponselnya.

"You sick man. Jangan lakukan itu, kau tahu sendiri hal itu tidak akan memperbaiki masalah. Masalahnya akan menjadi semakin besar," tegas William sambil meneguk minumannya.

"Wawancaraku Sabtu depan sudah deal kan?" tanya Evan.

"Ya tentu saja. Mereka yang malah berkali-kali memastikan kita tidak mundur. Mereka hampir meloncat kegirangan saat kita meminta mereka untuk melakukan wawancara denganmu. Ini wawancara pertamamu di televisi dan mereka yakin rating mereka akan melonjak tinggi," jelas William.

"Ya tentu saja ratingnya harus tinggi jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi pada orang-orang yang sebenarnya tidak ada hubungannya."

William kemudian bertanya, "Bagaimana dengan orang tua Clara?"

"Aku dan Tony akan menemui mereka malam ini. Di tempat yang tertutup. Jangan sampai ada salah paham lagi. Bisa gila aku melihat bagaimana dinginnya Eva menatapku," kata Evan sambil mengusap wajahnya.

"Ya, bersabarlah bung," kata William dan keduanya pun melakukan toast.

Evan pun kembali sibuk dengan ponselnya, sedangkan William masih serius dengan acara kuis di televisi.

"Ah aku tahu!!!" pekik Evan tiba-tiba dan hal tersebut membuat William tersentak dari duduknya.

"Apa?!!" tanya William bingung.

"Aku tahu apa yang harus aku posting pertama kali di media sosialku," kata Evan dengan mata berkaca-kaca dan senyum merekah kemudian kembali sibuk kembali dengan ponselnya.

"Evan don't mess around," peringatan William tidak menghilangkan senyum dari wajah Evan.

"No I won't. Don't worry."

William mengintip sebentar, duduk di lengan kursi yang diduduki Evan. "Aku bisa menjelaskan tentang ini di wawancaraku nanti."

Evan masih tidak bisa berhenti tersenyum dan William hanya menghela nafas panjang melihat bos dan temannya ini yang tergila-gila dengan satu wanita.

Evan hanya mempublish satu foto tanpa kata-kata.

*

Terima kasih buat yang masih setia disini .... author ini berusaha untuk bisa tetap update tiap hari buat kalian. Please jangan lupa vote ya biar lebih kenceng nulisnya. Cinta kalian !!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top