Part 37 - Berita Bohong
Sesampainya di di Prancis, Evan dan William langsung menemui Mr Curtis di gedung perkantoran miliknya dan mengadakan meeting dengannya serta beberapa staff terpercaya mereka sampai sore hari.
Dan hal tersebut berulang selama lima enam hari. Ada hari dimana mereka melihat ke lokasi proyek dan ada hari dimana mereka bertemu beberapa klien lagi. Evan bahkan tidak sempat menelpon Eva karena sesampainya di hotel dan mandi, dia tanpa sadar langsung tertidur.
*
Evan baik-baik saja? Dia belum menghubungiku.
Aku ingin menghubunginya tapi takut mengganggunya.
Klik send. Eva mengirim pesan pada William. Beberapa saat ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.
Dia sangat sibuk. Aku akan memberitahunya kalau kau menanyakan kabarnya.
Maafkan dia sepertinya cukup kelelahan
Tidak perlu William. Aku hanya memastikan semuanya baik. Tidak perlu memberitahunya. Aku khawatir akan membebaninya. Jangan lupa makan ya kalian berdua.
Eva menutup ponselnya dan kembali fokus pada pekerjaannya. Beberapa menit kemudian, Eva kembali mengecek ponselnya saat nada tanda pesan masuk berbunyi.
Aku mencintaimu. Aku merindukanmu. Dan kau sudah bersedia menikahiku.
Eva tersenyum membaca pesan masuk dari Evan. Eva memencet kamera ponselnya dan memotret dirinya dengan singkat kemudian mengirimkan foto tadi pada Evan dengan kata-kata.
Kapan aku bilang ya?
Eva terkaget saat tiba-tiba ponselnya berbunyi.
"Thank you for the picture you look beautiful as always. Ok, I'm in the middle of meeting right right dan aku harus ijin sebentar saat aku membaca pesanmu. Kau tidak bisa menarik lagi kata-katamu Eva," jelas Evan di seberang sana.
Eva tersenyum, "Karena aku memang tidak pernah ingat mengatakan ya padamu."
"Eva you clearly said uh hum saat kau menginap di tempatku. Aku tidak terima, kau jelas-jelas setuju," kata Evan terdengar jengkel.
"Aku tidak ingat mengatakan itu. Kau harus mempertimbangkan aku tidak sadar saat menjawabnya mungkin? Karena aku sudah sangat mengantuk saat itu?"
Evan tertawa cukup keras, "Alasan apa itu. Oke, aku pergi dulu aku harus kembali ke ruang meeting. Jangan lupa saat aku kembali ke New York kita akan membeli cincin pertunangan."
Dan klik, Evan memutuskan sambungan telponnya, meninggalkan Eva tersenyum-senyum sendiri.
*
Malam ini Evan harus menghadiri gala dinner yang akan dihadiri banyak orang penting dari petinggi, pebisnis, dan kalangan artis. William sudah menyiapkan jas terbaik untuk Evan dan dirinya malam ini.
"Astaga, kalau aku perempuan, mungkin aku pun bisa langsung jatuh cinta padamu dan tergila-gila padamu saat ini," kata William saat melihat Evan sudah lengkap dalam balutan jas mahal dan rambutnya yang dirapikan ke belakang.
"Itu menjijikkan kau tahu. Seharusnya kau cepat mencari pacar aku khawatir lama-lama pesonaku benar-benar bisa membiusmu."
"Hahahahhaha ..." William tertawa cukup keras. "Aku tidak seperti mu teman, yang hanya tergila-gila pada satu wanita sepanjang hidupnya. Sudah banyak wanita yang aku taklukkan kau tahu? Dan aku menikmati semua hubunganku."
"Berarti kau belum menemukan seseorang yang benar-benar tepat untukmu. Suatu saat kau akan menemukannya dan tidak akan rela menukarnya dengan wanita cantik manapun," jelas Evan.
"Cih. Kau sekarang berbicara seakan kau lebih berpengalaman dari diriku," kata William dengan nada jengkel. "Ayo kita berangkat. Aku tidak suka ceramahmu."
Tidak berapa lama keduanya tiba di The Westin Paris Vendome yang berlokasi di Place Vendome and the Jardin des Tuleries, salah satu hotel termewah yang menyediakan ballroom super megah. Evan tidak terlalu menyukai pesta namun penting baginya untuk menghadiri acara-acara seperti ini.
Setibanya disana, Evan dan William disambut oleh Tony Phillips.
"Hai nak, kau sudah datang?" tanya Ayahnya
"Apa kau bersama Julia?" tanya Evan.
"Ya, dia sedang mengobrol dengan koleganya. Kemarilah aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang."
Dan hampir sepanjang pesta tersebut, Evan harus menemani Ayahnya berbincang dengan banyak orang penting yang dikenalnya. Beberapa bahkan meminta Tony untuk menjodohkannya dengan anak mereka. Dan ada sebuah kebahagian setiap kali Ayahnya menjawab.
"Dia kemungkinan besar sudah akan menikah tahun ini."
Dan kebanyakan dari mereka selalu penasaran dengan gadis beruntung tersebut. Namun baik Evan maupun Tony sama-sama tidak merasa perlu menjelaskan hal tersebut. Dan sepertinya mereka tidak menyadari bahwa mereka melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan nama Eva.
Saat Evan menyendiri dan berusaha untuk menelpon Eva, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundaknya dengan akrabnya.
"Aku sudah melihatmu daritadi tapi kau sibuk sekali dengan banyak orang berbeda jadi aku memutuskan untuk menunggu," kata wanita itu.
'Clara' batin Evan bahkan sebelum dia menoleh dia sudah tahu siapa wanita dibelakangnya itu.
"Aku permisi dulu," kata Evan namun saat dia hendak pergi, tiba-tiba Clara menempelkan bibirnya ke bibir Evan dan hal tersebut sontak membuatnya mendapat dorongan dari Evan.
"Kau pikir apa yang kau lakukan!" teriak Evan tapi teriakan tersebut tidak akan terdengar oleh para tamu pesta karena mereka cukup jauh dari keramaian dan suara musik meredam suara mereka.
"Apa kau tidak merasakan sesuatu Evan? Tidakkah hatimu sedikit luluh dengan perhatianku selama ini?" rengek Clara
"Ya, sekarang aku merasakan sesuatu padamu! Aku merasa lebih muak padamu daripada yang biasanya kurasakan! Jadi tolong menjauh dariku," kata Evan dengan tegas dan keras dengan wajah penuh amarah, meninggalkan Clara terisak sendirian disana.
*
Clara merasa hancur. Dia sadar bahwa selama ini Evan tidak pernah sedikit pun memberikan perhatian padanya. Namun dia selalu yakin dialah pendamping paling tepat dan paling ideal untuk Evan. Mereka sama-sama pintar dan sama-sama dari keluarga terpandang.
Di saat kekalutannya, tiba-tiba seorang pria dengan pakaian yang sangat biasa dibandingkan tamu undangan lain mendatanginya dengan membawa alat perekam yang disodorkan kepadanya.
"Miss Clara, kudengar dari beberapa tamu disini bahwa Mr Evan Phillips akan menikah tahun ini. Apakahh wanita tersebut adalah Anda yang selama ini diberitakan sebagai tunangan Mr Phillips?"
Dengan penuh amarah, Clara menjawab cukup lantang, "Ya!! Aku akan menikahi Evan Phillips!!"
Dan wanita itu pun berlalu dengan emosi yang sangat kentara.
*
Dua hari setelah pesta tersebut, saat Evan sedang menikmati makan siang dengan Mr Curtis, tiba-tiba William menyodorkan ponselnya dan menunjukkan beberapa headline berita yang tertera disana.
Pewaris Tunggal Phillips Corporation & Pebisnis Sukses Clara Ferguson: Keduanya Sudah Bertunangan Sejak SMA
Pewaris Phillips Corp. dan Pemilik Usaha Pakaian Dalam Sukses Segera Menikah; Kedua Keluarga Sudah Bertemu dan Menentukan Tanggal
Evan Phillips dan Clara Ferguson Caught Sharing Hot Kisses, Wedding Issue Confirmed
Pebisnis Sukses Clara Ferguson Saat Ditanya tentang Rencana Pernikahan dengan Evan Phillips: "Ya, Aku Akan Menikahinya."
Long-Term Teenage Couple Finally to Tie the Knot: Billyarder Evan Phillips dan Pemilik Line Pakaian Dalam Clara Ferguson
Banyak Pihak Menyatakan Pewaris Tunggal Phillips Corp Akan Menikah Tahun Ini. Tunangan Confirm: "Ya, Aku Akan Menikahinya"
The Biggest Wedding To Be This Year, Evan Phillips and Clara Ferguson
Evan menatap tajam pada William yang menunjukkan beberapa headline berita tadi dengan tatapan tajam. Seolah-oleh paham maksud tatapan Evan, William pun kembali memainkan ponselnya dan menunjukkannya lagi kepada atasannya.
Mata Evan melebar saat melihat foto-foto dirinya memenuhi layar ponsel William. Ada foto saat dia dan Ayahnya secara tidak sengaja bertemu dengan keluarga Clara duduk bersama di restoran.
Hanya saja pada foto tersebut mereka semua nampak bahagia walaupun wajah Evan tidak terlalu terlihat, namun baik Ayahnya, orang tua Clara, dan Clara sendiri nampak tersenyum lebar. Penulis berita tersebut juga menyebutkan secara detail lokasi dan tanggal kapan kejadian tersebut diambil.
Namun foto lainnya yang membuatnya merasa cukup geram. Di foto-foto yang diambil secara licik dan pintar seolah-olah Evan dan Clara berciuman secara mesra. Foto dengan kejadian dua hari yang lalu saat Clara tiba-tiba menciumnya.
Dia memijat pelipisnya merasa pusing secara tiba-tiba.
"Mr Phillips, are you okay?" tanya Mr Curtis.
"Aku baik-baik saja," jawab Evan singkat dengan banyak sekali pikiran di kepalanya. Dia harus menelpon Eva dengan segera.
Kurang lebih tiga jam meeting selesai dan Evan dengan segera menelpon Eva.
Dahinya berkerut saat nomer telpon Eva tidak bisa dijangkau. Dan seharian itu hingga tengah malam, Evan masih tidak berhasil menghubungi Eva. Dia mulai cemas.
*
Udah mulai konflik. Jangan lupa vote yaaa... love you all !!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top