Part 34 - "Kalau Begitu, Jangan Menikah Dulu"

Dengan lemas Evan pergi meninggalkan Eva. Dia bisa sedikit santai dua hari ini karena setelahnya dia harus ke Paris selama kurang lebih dua minggu. Membayangkan tidak bisa bertemu langsung selama itu dengan Eva, Evan semakin berat melangkah. 

Sebelumnya dia masih kuat tapi sekarang dia malah tidak yakin bisa berpisah selama itu dengan Eva. Setelah mengantarkan Eva ke apartemennya, Evan menuju ke hotel yang berjarak tiga puluh menit dari sana. Ayahnya mengajaknya bertemu dan akan mengenalkannya dengan seseorang. Entah kenapa Evan sudah bisa menebak siapa yang hendak dia perkenalkan.

Sesampainya disana, Evan sudah melihat Ayahnya datang dan dia sedang berbincang dengan seorang wanita yang waktu itu juga datang kerumahnya.

"Dad," kata Evan masih berat untuk melihat kearah wanita itu, dan dia pun duduk.

"Evan, aku ingin memperkenalkanmu secara resmi dengan Julia," kata Ayahnya.

Evan sempat tertahan karena nama wanita itu. Wanita itu memiliki nama yang sama dengan Ibunya. Julia mengulurkan tangannya yang sedikit terlambat disambut oleh Evan.

"Aku sudah memesankan untukmu kuharap kau tidak keberatan," kata Tony Phillips pada Evan.

"Ya, tidak apa-apa."

"Evan, kau cukup pintar jadi aku yakin kau sudah tahu alasanku mengajakmu kemari," lanjut Tony sambil menggenggam tangan Julia dan memandangnya dengan penuh cinta.

"Aku mencintai Julia dan ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya," Tony berkata sambil masih memandang kearah Julia.

Evan tentu saja sudah bisa menduganya tapi entah kenapa jadi berat baginya untuk berkomentar. Mengetahui bahwa wanita ini memiliki nama yang sama dengan Ibunya saja sudah cukup membuatnya syok. Berbeda dengan wanita-wanita lain yang pernah dibawa Ayahnya kerumah. 

Mereka semua masih sangat muda, berpakaian sangat minim, ber make up tebal, dan bahkan ada yang sangat tidak tahu malu menggoda Evan. Tapi Julia yang ada didepannya berbeda dengan wanita-wanita tadi. Dia memiliki usia yang hampir sama dengan Ayahnya. Walaupun dengan usianya, Julia masih terlihat cantik dan anggun.

Setelah insiden surat kemarin, Evan pun tahu bahwa Ayahnya layak untuk mendapatkan cinta. Cinta yang selama ini dia harapkan dari Ibunya dan bahkan dari Evan sendiri.

"Hai Evan, kudengar dari Ayahmu, namaku sama dengan nama Ibumu. Aku hanya berharap kau bisa menerimaku karena jika tidak, sulit bagiku untuk menerima Tony."

"Sebenarnya Ayah sudah cukup tua untuk meminta ijin dariku," kata-kata Evan sontak membuat Tony dan Julia sama-sama tertawa. Dan benar kata orang, tawa itu menular. Evan pun tanpa sadar ikut tertawa padahal dia sama sekali tidak berniat untuk melucu.

"Jadi, apa kalian berencana menikah?" tanya Evan tanpa basa-basi.

Tony dan Julia saling berpandangan dan hanya membuka mulut namun gagal untuk mengeluarkan kata-kata apapun.

Tony kemudian yang akhirnya buka suara, "Tentu saja aku ingin menikahi Julia. Tapi kami belum membahas masalah itu lebih jauh lagi."

"Oke kalau begitu, jangan menikah dulu," kata Evan yang sontak membuatnya terbelalak.

"Jangan salah paham," kata Evan melanjutkan. "Aku ingin segera melamar Eva. Secara resmi. Aku sudah pernah mengatakan niatku padanya tapi thanks to you Dad dia masih belum percaya padaku. Tapi sepertinya dia sudah mulai bisa menerimaku. Jadi sebelum dia berubah pikiran, aku ingin segera menikahinya tahun ini."

Hal tersebut sontak membuat senyum di wajah Tony bahkan Julia mengembang. Ada kebahagiaan di wajah pria tua itu.

"Ajaklah dia bertemu denganku. Kau belum memperkenalkan kami secara resmi," kata Tony.

Setelah itu semuanya berjalan lancar dan tidak ada kekakuan diantara mereka bertiga. Entah kenapa Evan merasa bahagia. Bisa mengobrol dengan santai dengan Ayahnya dan Julia. 

Mungkin dari kecil, adegan keluarga seperti inilah yang selalu dia harapkan. Dia tidak pernah mendapatkannya namun dia beruntung bisa merasakannya sekarang. Dia sekarang tahu apa itu keluarga. Dia hanya berharap Eva ada disini dengannya, maka semuanya akan sempurna.

Saat asyik mengobrol, seorang laki-laki dan wanita tua menghampiri mereka bertiga.

"Tony, tidak kusangka akan bertemu denganmu disini," kata pria tua tadi.

"Richard? Oh Diana. Kalian juga pagi-pagi sudah disini?" kata Tony. Mereka semua pun bersalaman termasuk Evan. Dia mengenal keduanya.

"Oh hai Evan, beruntung kau juga ada disini. Clara sedang memarkir mobilnya. Dia akan kesini sebentar lagi. Apa boleh kalau kita bergabung?" kata pria tua bernama Richard tadi.

Ya, Richard dan Diana adalah orang tua Clara. Evan mengenalnya karena mereka berdua cukup dekat dengan Ayahnya.

"Tentu saja, duduklah duduklah. Perkenalkan ini Julia," kata Tony.

"Oh, sepertinya kau serius kali ini," Richard dan Tony sama-sama tertawa keras. Entah kenapa Evan rasanya ingin segera pergi dari sana.

Tidak lama Clara datang. Dan seperti biasa, dia adalah wanita yang penuh percaya diri dan yakin bahwa dialah pusat perhatian dimanapun dia berada.

"Well well ... siapa yang ada disini. Aku susah sekali menghubungimu akhir-akhir ini Evan," kata Clara setelah memberi salam pada Ayahnya dan Julia. Clara memang akhir-akhir ini, dan sejak dulu juga, sering kali menghubungi Evan dan mengiriminya pesan. Namun tidak satu pun yang direspon oleh Evan.

Sebenarnya bukan akhir-akhir ini saja Evan selalu menghindari Clara. Dari dulu pun dia selalu berusaha untuk tidak berurusan dengan Clara. Masalah pertunangan yang sempat dikatakan oleh Ayahnya waktu mereka sama-sama duduk di bangku sma dulu sampai sekarang belum ada yang memperjelas tentang hal itu. Dan Evan berencana untuk memperjelasnya sekarang.

"Evan, kau harus sering-sering mengajak Clara keluar berdua," kata Richard, Ayah Clara.

"Maaf Mr Richard, aku tidak melihat ada keharusan untuk mengajaknya keluar berdua," kata Evan sudah berniat untuk memperjelas segalanya karena kapan lagi momen semuanya berkumpul seperti sekarang ada. "Aku tidak ingin pacarku salah paham kalau aku mengajak Clara keluar," lanjut Evan.

Evan melihat Ayahnya mengernyitkan dahinya tidak menyangka bahwa Evan akan mengkonfrontosi Richard sekarang.

Richard tertawa keras, "Astaga Tony, tidak kusangka anakmu mirip denganmu. Padahal aku tidak pernah mendengar gossip tentangnya dengan gadis manapun. Dia cukup pintar menyembunyikan mereka."

Tony hanya berdeham sepertinya berniat memberikan Evan kesempatan untuk menjawab.

"Aku benar-benar tidak paham dengan maksud anda Mr Richard, tapi aku sudah berencana melamar pacarku ini sejak lama. Dan Clara juga tahu siapa dia," kata Evan kali ini melihat kearah Clara.

"Maksudmu Eva? Oh please Evan, apa tidak cukup kau bermain-main dengannya. Jangan lupa kita sudah bertunangan sejak kita sma. Aku tidak keberatan kau bermain-main dengannya tapi kau juga harus ingat posisimu," kata Clara sambil tersenyum sinis.

"Aku tidak pernah memakai cincin pertunangan dan aku tidak pernah merasa bertunangan denganmu. Belumkah cukup kau mengatakan hal tidak benar itu selama kita sma dan kuliah? Terlalu banyak yang kau bohongi sampai aku tidak memiliki waktu untuk membenarkannya ke semua orang."

Clara tampak menahan emosi dan Diana tidak tahan anak gadisnya diperlakukan seperti itu.

"Apakah kau tidak bisa berhati-hati saat bicara!" bentak Diana.

"Maaf nyonya, aku hanya lelah menghadapi anakmu. Kalau kau bijaksana, kau tentu juga tahu bahwa kita berdua tidak bertunangan dan tidak pernah sekalipun aku mengajaknya kencan. Tidakkah anda bisa membaca situasinya sejak lama. Dan Clara," kata Evan kali ini kembali menoleh kearah Clara.

"Aku tidak pernah main-main dengan Eva. Kau akan mendapatkan undangan kami berdua segera," kata Evan lantas beranjak pergi dan meninggalkan mereka semua terpaku disana.

*

Tidak jauh dari ke enamorang terpandang tadi berada, seorang forotografer dengan sangat gencarmemotret keberadaan mereka dengan sangat sigap seakan-akan dia akan kehilanganmomen penting jika sedetik saja tidak memencet tombol kameranya.

*

Please jangan lupa vote ya. Author cinta kalian :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top