Part 26 - Staying Over

Eva tidak melihat Evan saat dia sudah lepas dari Sarah selepas Dave memintanya untuk berdansa dengan dirinya. Setelah mencari ke beberapa tempat, dia menemukan Evan sedang berada di bawah gazebo dan lagi-lagi berbicara lewat ponselnya. Eva pun berjalan mendekatinya dan menunggu Evan menyelesaikan percakapannya di telepon.

"Kau sudah selesai?" tanya Eva saat Evan kembali memasukkan ponselnya ke saku jas.

"Miss me?" goda Evan sambil menarik tangan Eva dan membiarkan tubuhnya merapat ke tubuh Evan dan mengajaknya berdansa pelan mengikuti alunan lagu yang masih terdengar dari tempat mereka berada.

"So ... ada apa denganmu dan Bryan. Kenapa dia nampak seperti ... a protective boyfriend when it comes tou you," tanya Evan dengan nada sedikit berbisik di telinga Eva, membuat Eva geli karena gerakan dan pertanyaanya. Eva tersenyum kecil mendengarnya.

"Memangnya apa yang dia katakan?" tanya Eva penasaran tetap dengan kikikannya.

"Well ... dia bilang aku belum sepenuhnya mendapatmu .."

"Bukankah dia mengatakan yang sebenarnya?" tanya Eva sontak membuat Evan menghentikan kakinya dan menatap Eva dengan sangat lekat. "Kenapa wajahmu harus seserius itu Mr Phillips?"

"Eva, apakah kau masih tidak mempercayaiku?"

Eva jadi merasa bersalah dengan candaannya. Jika saja dia benar-benar bisa mempercayai Evan atas segala upaya yang dia lakukan untuk mendapatkannya Eva pasti akan sangat terharu. Hanya saja masih sulit baginya untuk benar-benar percaya bahwa dia sepenting itu bagi Evan. Hal-hal seperti itu hanya ada di sinetron.

"Entahlah," jawab Eva.

"Bagaimana agar kau bisa percaya padaku?" tanya Evan. Namun belum sempat Eva membuka mulut, Evan kembali berkata, "Maafkan aku. Aku kurang bisa bersabar. Aku yang meninggalkanmu lebih dulu. Aku minta maaf. Yang pasti mulai saat ini aku tidak akan kemana-mana. Aku akan terus menunggumu." Kemudian menambahkan dengan nada menggoda, "Dan percayalah aku akan terus menempel padamu."

Eva bisa melihat kesungguhan di mata Evan dan hal tersebut semakin membuatnya merasa bersalah. Evan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Eva dan mengecup kening gadis itu.

*

2 hari sebelum keberangkatannya ke Australia, Evan dan William benar-benar sibuk dengan berbagai rapat dengan dewan direksi. Saat itu sudah pukul sepuluh malam saat Evan menutup rapat malam itu dan semuanya meninggalkan ruangan rapat kecuali dirinya, William dan Erica sekretaris mereka. 

William tampak serius memberikan beberapa instruksi dan tugas kepada Erica sedangkan Evan menyandarkan badannya dan menutup mata sejenak berharap rasa lelahnya bisa hilang hanya dengan memejamkan mata barang beberapa detik saja.

Evan kembali menegakkan duduknya menyadari dia akan sangat merindukan Eva saat dia harus ke Australia selama sepekan. Pria itu pun mengambil ponselnya dan menekan speed dial 1.

"Apa kau sudah tidur?" tanya Evan saat sambungan telponnya sudah tersambung.

"Kau terdengar sangat lelah," tanya Eva dengan nada khawatir. Seminggu semenjak hari pernikahan Sarah, Evan tidak benar-benar bisa bertemu dengan Eva karena dia hanya bisa melihatnya dari kejauhan disela-sela kesibukannya. Namun hal itu tidak membuat Evan melupakan untuk mengirim pesan-pesan singkat ke Eva, bahkan hanya untuk mengatakan bahwa dia merindukannya.

"Ya, aku sangat lelah. Andai kau ada disini mugkin aku bisa sedikit mendapatkan kembali energiku," jawab Evan dan dia bisa mendengar Eva tertawa geli diujung sana.

"Apakah kau masih lama?"

"Tidak. Setelah ini sopirku akan mengantarkanku kembali ke penthouse. Atau .... Kalau kau mengijinkanku ke apartemenmu?" tanya Evan sedikit ragu dalam mencoba peruntungannya.

Jeda sejenak dan Evan tidak kunjung mendapatkan jawaban dari Eva. Dia tahu dia terlalu berharap jika memimpikan Eva membiarkan masuk ke apartemennya.

"Baiklah ... jika kau menginginkannya."

Evan langsung berdiri dari duduknya, tidak mempercayai apa yang dia dengar.

"Maksudmu, aku boleh kesana sekarang?" Eva mencoba meyakinkan dirinya sendiri kembali.

"Hanya jika kau menginginkannya."

*

"Hanya jika kau menginginkannya," jawab Eva mencoba terdengar santai walaupun gemuruh di dadanya mampu membuatnya meloncat-loncat sendiri.

Dan, "tuuuuuutttt ..." sambungan telpon terputus.

'Apa-apaan itu tadi?' pikir Eva bingung sendiri. Dia tidak yakin apakah ada sesuatu yang mendesak yang membuat Evan menutup telponnya.

Eva yakin bahwa Evan tidak datang malam itu. Jadi dia ke kamar mandi dan membasuh muka dan memoles krim malam pada wajahnya. Saat hendak menuju ke tempat tidur, dia mendengar suara intercom dari luar.

Eva pun melonjak kaget saat mendengar bel dan melihat wajah Evan di layar kemudian buru-buru membuka pintunya. Eva bahkan lupa kalau dia masih memakai tank top dan celana pendek ketat yang melekat pada tubuhnya.

Eva baru menyadarinya saat Evan melihatnya dengan mata melebar.

"Astaga, maafkan aku. Kau duduk dulu," kata Eva seraya berlari ke dalam kamarnya dan memakai kaos super oversize yang menutupi tubuh hingga bagian atas lututnya sebelum kembali menemui Evan.

"Sebenarnya aku tidak keberatan dengan yang tadi," kikik Evan saat melihat Eva sudah keluar dengan pakaian yang berbeda dengan yang dia kenakan tadi.

"Oh, diamlah," kata Eva sambil melemparkan bantal sofa kearah wajah Evan.

"Astaga Ms Anderson, tidak ada seorang pun yang berani melempar sesuatu padaku. Kau orang pertama tahu."

"Oh terima kasih Mr Phillips. Aku tersanjung," jawab Eva sambil mengerlingkan sebelah matanya sebelum berjalan menuju dapur dan membuatkan Evan teh hijau hangat.

Setelah selesai menyeduh teh, Eva membawanya ke meja di depan sofa yang diduduki Evan dan bergabung dengannya.

"Aku merindukanmu," kata Evan langsung memeluk Eva yang sudah duduk disebelahnya menghadap dirinya dan menyandarkan kepalanya di bahu Eva, sedikit menghisap aroma vanilla yang bisa dia cium dari leher gadis itu.

Eva pun yang sudah mendapati dirinya berada erat di pelukan Evan, melingkarkan kedua tangannya dibahu Evan dan dengan masih agak kikuk menyisir rambut Evan yang terlihat sedikit berantakan namun malah membuatnya seratus kali lipat lebih sexy. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa jantung Eva saat ini berdebar sangat kencang saking bahagianya karena dia bisa kembali memeluk Evan dan mendapat pelukan dari satu-satunya pria yang selama ini menolak untuk pergi dari dalam hatinya.

Setelah selama dua menit berada di posisi tersebut, Evan akhirnya menegakkan tubuhnya dan menatap Eva dengan lekat.

"Kau cantik sekali," kata Evan dengan wajah lelahnya. Pria itu pun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Eva, menyisir bentuk bibirnya dan diam sejenak. Saat yakin Eva tidak menolak bagaimana dia mendekatkan wajahnya, Evan pun mengecup bibir Eva perlahan sebelum akhirnya melumat bibir Eva dengan lembut namun cukup intens.

*

Evan tidak bisa berhenti. Dia benar-benar menikmati sensasi manis dan sengatan listrik yang menjalari seluruh tubuhnya saat berciuman dengan Eva. Semakin lama Evan semakin menggila dan seolah binatang buas yang selama ini terkurung aman dalam dirinya keluar, Evan mengarahkan tangannya ke tengkuk Eva dan mengarahkan kepala Eva sebelum kembali mengulum bibirnya tanpa ampun. Keduanya tanpa disadari sudah terbaring di sofa yang mereka duduki dengan posisi Evan menindih tubuh Eva.

Evan yang mendengar lenguhan pelan dari Eva merasa semakin tidak bisa menahan dirinya sendiri namun dia mencintai Eva. Dia harus berhenti. Dengan sedikit makian dalam hati yang dia tujukan pada dirinya sendiri, dia menarik dirinya dan kemudian badan Eva sehingga keduanya kembali pada posisi duduk berhadapan.

Evan menempelkan keningnya pada kening Eva dan berkata, "Aku tidak akan menyentuhmu lebih dari ini. Tidak sebelum kau resmi menjadi Mrs Phillips." Kata Evan sambil mengerutkan dahinya kemudian mencium kening Eva.

*

Eva yang juga menikmati segala sentuhan Evan mengutuk dirinya sendiri saat dia menginginkan Evan tidak berhenti di saat Evan berusaha untuk menahan dirinya sendiri. Namun sesuatu membuat Eva merasa melayang saat menyadari apa yang dikatakan Evan tadi.

"Mrs Phillips?" tanya Eva dengan mata sedikit tidak percaya.

"Apa arti dari ekspresi wajahmu itu Ms Anderson? Apa kau kira aku akan berhenti hanya saat kau menerimaku jadi pacarmu?"

Eva tidak bisa berkata apa-apa. Dia merasa sangat bahagia dengan ucapan Evan barusan dan masih tidak mempercayainya.

"By the way, we've kissed three times dan yang baru saja cukup hot. Jadi apa kita kalau bukan pacar?" tanya Evan dengan mata menggoda kearah Eva.

Eva hanya mengangkat bahunya isyarat yang umum diberikan orang saat mengatakan bahwa mereka tidak tahu.

"Ok, mungkin saat ini aku belum bisa mengatakan bahwa kau milikku. Tapi, kupastikan bahwa Evan Phillips sepenuhnya milikmu Eva Anderson," kata Evan dengan tatapan serius.

Malam itu mungkin karena lelah yang amat sangat, Evan tertidur sangat cepat di pangkuan Eva setelah menghabiskan teh hangat yang tadi dibuatkan Eva.

Dengan perlahan Eva beranjak dari tempat duduknya dan dengan sangat hati-hati meletakkan kepala Evan pada bantal dan menyelimuti seluruh badan Evan. Dia merasa kasihan pada laki-laki yang berada didepannya yang tampak sangat kelelahan. Kakinya yang panjang menggantung di sofa. Setelah memberi kecupan singkat di pipi Evan, Eva masuk ke kamarnya.

*

Duh maaf ya kalau part ini agak hot. Sudah diperhalus sedikit si author takut  dosa... jangan batal ya puasanyaaaa. Eva dan Evan cinta kalian. Oiya vote vote vote !!! 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top