Part 18 - a Business Deal
Eva bersyukur hari itu dia tidak perlu melihat Evan dikantor karena ingat akan kata-kata Evan saat dia meyakinkan Clara untuk segera pergi dari apartemennya kemarin bahwa dia harus ke Paris keesokan harinya dan itu adalah hari ini.
Setelah menyapa seluruh staff pembelian yang telah datang sebelum dia, Eva menyalakan komputer dan kembali berkutat pada pekerjaannya. Bekerja membuatnya melupakan hal-hal yang pribadi. Dia bisa lebih fokus dan yang terpenting dia harus menghentikan otaknya untuk memutar ulang kejadian ciuman kemarin.
Jam 6 sore Sarah menelponnya untuk memberitahu bahwa dia sudah tiba di restoran yang sudah dia pilih untuk janji temunya dengan Eva. Sebagai pecinta pasta, Sarah kembali memilih Italian food restaurant dan Eva sama sekali tidak keberatan karena dia juga menyukainya.
Restoran yang cukup dekat dengan Central park tersebut terkesan lebih nyaman dari restoran mahal yang beberapa kali dia dan Sarah kunjungi. Dengan kursi warna merah, dengan desain seperti tempat duduk di kereta api dan beberapa pelayan mengenakan warna seragam yang senada.
Saat Eva masuk ke dalam restaurant, dia bisa melihat beberapa orang disana mencuri pandang pada Sarah. Sarah yang malam itu mengenakan dress berwarna royal blue dan rambutnya yang tergerai indah walaupun dia harus menghabiskan waktu hampir satu jam untuk membuatnya terlihat indah memang terlihat sangat cantik.
Eva langsung duduk di kursi yang berada di depan Sarah dan dia bisa melihat Sarah masih belum memesan apa-apa, membuatnya ragu apakah tatapan tajam itu ditujukan untuk dirinya atau hanya karena dia sedang lapar.
"Kau belum memesan apa-apa?" tanya Eva sambil melepas scraf abu-abunya. Sarah menggeleng pelan sebelum akhirnya memanggil pelayan dan memesankan untuk mereka berdua. Karena sudah bersahabat cukup lama, baik Sarah maupun Eva sudah hapal betul menu favorit masing-masing.
"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Sarah langsung saat pelayan sudah meninggalkan meja mereka setelah mencatat pesanan.
"Well I'm not really sure myself. Bisa jadi apa yang terjadi kemarin bukanlah apa-apa. Saat aku tersadar aku langsung meninggalkannya dan hari ini aku tidak bertemu dengannya. Mungkin dia akan minta maaf saat kita bertemu nanti," jawab Eva santai namun hatinya sedikit sakit saat mengatakan kalimat yang terakhir.
"Dan kenapa kau membalas ciumannya?" tanya Sarah lagi sambil mengibaskan rambut panjangnya kebelakang.
Eva menutup mukanya dengan kedua telapak tangan membuat erangannya teredam. "Aku juga tidak tahu dan percayalah aku berharap aku tidak melakukannya. I don't know, I really don't know."
"You told me many times that you've already done with him," kata Sarah sambil mengerutkan dahinya.
"Well maybe some tiny part of me still misses him. Entahlah Sarah. But trust me I'm not expecting anything. Bukankah orang sekarang sering berciuman dengan orang yang baru mereka kenal? Let's consider it that way," kata Eva mencoba meyakinkan Sarah. Eva sendiri juga yakin bahwa dengan apa yang terjadi di Singapura, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia masih mencintai Evan namun disaat yang sama, ironisnya dia juga tersadar bahwa sudah benar-benar waktu yang tepat untuknya untuk melupakan Evan dan segala kenangan manis bersamanya.
"Are convincing me or yourself?"
Eva terdiam mendengar pertanyaan Sarah. Sudah ratusan kali memang dia meyakinkan Sarah bahwa dia tidak lagi memiliki perasaan terhadap Evan, pria yang ternyata masih tersimpan special didalam hatinya.
Tidak mendengar jawaban apapun dari Eva, Sarah kembali bertanya, "And why keep rejecting Bryan's invitation?"
Eva hanya terbelalak kaget mendengar pertanyaan dari Sarah. Memang 2 kali ini Eva menolak ajakan makan Bryan namun yang membuat dia kecewa adalah bagaimana Sarah mengetahui hal ini. Menyadari perubahan ekspresi pada Eva, Sarah cepat-cepat meralat, "Bukan Bryan yang dengan sengaja menceritakan penolakanmu pada Dave, tapi Dave yang bertanya duluan. Bryan is such a sweet person. I've told you many times that you should give him a chance."
Kali ini Eva sudah merasa jengkel dengan desakan temannya ini.
"Sarah, stop telling me that. Lama-lama kau terdengar seperti Ibuku. Ada hal penting lain yang harus kupikirkan. Pekerjaanku misalnya," tiba-tiba Eva menyesal mengapa dia mengatakan pada Sarah mengenai Evan.
"Karena kau tidak memberitahuku dengan jujur. Apakah sulit mengatakan bahwa kau masih menyimpan Evan dihatimu?" tanya Sarah.
"Apa gunanya lantas?" jawab Eva lemas. "And Sarah, if you want me to be really honest to you aku harus jujur kepada Bryan. Not about the kiss I mean. About how I really felt about him. Aku cukup merasa bersalah kalau harus menemuinya lagi dengan kelakuanku kemarin."
"Kau merasa bersalah atau karena kau benar-benar tidak bisa bersamanya? Karena jika yang pertama adalah jawabannya kau bisa memperbaikinya."
Eva sontak menunduk lesu. "Aku tidak bisa."
"Apa rencanamu?" tanya Sarah lagi.
"Right now I really need time to fix my heart," jawab Eva sambil tersenyum simpul.
Saat itu pelayan mengantarkan pesanan mereka ke meja dan keduanya sepakat dalam diam keduanya tidak lagi membahas masalah Evan. Saat keduanya hampir selesai dengan pasta mereka, Eva berkata, "Aku minta maaf. Seharusnya aku tidak merepotkanmu lagi saat kau sendiri sudah cukup sibuk dengan persiapan pernikahanmu yang sudah dekat."
"Aku akan memaafkanmu kalau kau memberiku kado yang mahal," jawab Sarah ketus dan keduanya kemudian tertawa.
Malam itu Sarah kembali pulang ke rumah pamannya dan Eva harus kembali ke apartemen mereka berdua sendirian. Eva berpikir untuk menyewakan kamar apartemennya agar dia tidak harus menanggung biaya sewanya sendirian.
*
Evan kembali merasakan kelelahan menghampirinya lagi. Sudah 4 hari ini di Paris banyak sekali jadwal yang harus dia lakukan. Sesampainya di hotel pun dia tidak bisa benar-benar beristirahat melainkan berkutat kembali dengan laptopnya. Sesekali dalam kesibukannya Evan membuka ponselnya dan melihat foto Eva yang dia simpan.
Evan penasaran apa yang kira-kira Eva pikirkan mengenai pertemuan terakhir mereka. Dia sadar bahwa ciuman tersebut adalah sesuatu yang jauh dari yang dia rencanakan. Dia berencana untuk mendekatinya Eva kembali dengan hati-hati karena yakin Eva mungkin sangat marah padanya. Dia belum berani mengungkit kenapa dia tiba-tiba menghilang dulu.
Namun dia sama sekali tidak menyesali ciuman tersebut. Ada perasaan menggelitik di dadanya saat dia kembali mengulang kembali kejadian dia apartemennya.
Dia masih harus di kota ini 2 hari kedepan dan berencana langsung menemui Eva Saat dia sudah kembali ke New York.
Hari kedua saat dia tiba di Paris, dia bertemu ayahnya yang memang dijadwalkan untuk menemui klien besar mereka dengannya. Dia masih ingat saat SMA dulu begitu salah seorang pengawal ayahnya melihatnya mencium Eva dirumahnya, ayahnya mengancamnya bahwa dia bisa melakukan hal yang buruk pada gadis itu dan Ibunya.
Mr Phillips yang dari awal sudah tahu bahwa Evan sama sekali tidak tertarik dengan urusan perusahaan yang dia bangun sangat menyayangkan kecerdasan Evan dan berniat melakukan segala upaya agar Evan mau menggantikan posisinya.
Evan yang Mr Phillips tahu saat itu tidak pernah tertarik pada teman wanitanya sama sekali bahkan Clara yang digadang-gadang menjadi istrinya dengan kecantikannya pun tidak membuat Evan tertarik. Jadi saat Mr Phillips tahu bahwa Evan mencium teman wanitanya yang kemudian dia tahu bahwa anak tersebut hanya memiliki orang tua tunggal, mencoba peruntungannya dengan menjadikan Eva untuk mengancamnya.
Mr Phillips awalnya tidak yakin bahwa Evan akan peduli karena perkara menjatuhkan teman wanita itu dan Ibunya bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Namun Mr Phillips diam-diam tersenyum lega saat Evan mengambil umpannya dan bersedia melakukan perjanjian dengannya. Ya begitulah hubungan Mr Phillips dan anaknya Evan. Hanya sebatas perjanjian seperti perjanjian kerja dia lainnya.
Jadi disanalah Evan berakhir. Mr Phillips menjanjikan dia bisa mendapatkan wanita itu jika Evan bisa menjadikan Phillips Corp perusahaan no satu di Amerika. Syarat lain yang diajukan ayahnya adalah dia harus menjaga jarak dari Eva sebelum apa yang dijanjikannya tercapai. Jika tidak, dia harus berakhir menikah dengan Clara.
Sejak saat itu Evan bekerja dengan sangat keras. Sesekali dia mencari tahu tentang Eva khawatir kalau gadis itu akan menikahi seseorang. Evan yang awalnya tidak mempertimbangkan resiko dari syarat kedua dari ayahnya terus berdoa bahwa Eva masih menyimpan ingatan akan dirinya.
Saat mencari tahu tentang Eva, beberapa kali Evan tahu bahwa banyak pria yang mengincarnya dikampus namun gadis itu terkenal sangat sulit untuk didapatkan. Evan tidak lagi mencari tahu saat dia sudah lulus S1 dan fokus dengan S2nya.
Dan kemarin saat Evan menemui ayahnya, Evan mengingatkan perjanjiannya dan mengatakan pada ayahnya dengan tegas, "Sekarang aku akan melakukan apa yang kumau dengan hidupku. Kau jangan ikut campur lagi kalau tidak ingin melihat perusahaanmu hancur."
Evan yang awalnya terpaksa meneruskan perusahaan ayahnya sekarang mulai merasakan berharganya perusahaan ayahnya ini.
Mr Phillips itu tersenyum lebar saat mendengar ancaman anaknya itu.
*
this man misses Eva so badly
Thank you sooooo muuucchhh buat yang masih setia baca Eva(N). Please please please ... jangan lupa kasih bintang dan komen ya kalau sudah baca. Klik bentar aja kok *kedipkedip
Eva dan Evan cinta kalian !!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top