Part 17 - Sweet Mistake

Evan menahan tawanya saat dia dan Eva akhirnya berakhir dengan keadaaan tarik menarik ini. 'Gadis ini masih tidak berubah,' pikir Evan dalam hati.

Dia hanya menahan gadis tersebut namun gadis itu sepertinya dengan hebohnya berniat melepasnya genggaman tangannya. Jadi saat Evan sedikit menarik lengan Eva, dengan cepat tiba-tiba keduanya terpelanting kebawah, membuat keduanya berakhir di posisi yang sangat canggung.

Keduanya terdiam kaku saat Eva sudah terjatuh di lantai dan Evan menindihnya tepat diatasnya. Sadar bahwa Eva kemungkinan besar akan segera kehilangan nafasnya, Evan menahan tubuhnya dengan lengan kanannya. Dia memperhatikan gadis itu menatapnnya dan tidak bergerak sama sekali. Berada sedekat itu dengan Eva, Evan tidak bisa mengontrol dirinya walaupun dia berusaha mengingatkan dirinya berulang kali untuk berhati-hati. Mencium wangi rambut Eva dan melihat bibir mungil merah mudanya membuat darah Evan semakin memuncak.

Tanpa berpikir panjang dan mengabaikan peringatannya sendiri, Evan mendekatkan wajahnya ke wajah Eva. Saat hidung mereka hampir bersentuhan Evan berhenti sejenak, menunggu reaksi Eva. Tapi gadis itu masih terbujur kaku disana. Dia tidak bisa mengendalikan lagi dirinya dan menempelkan bibirnya pada Eva. 

Evan menikmati sensasi tersendiri saat dia mencium dengan halus bibir Eva. Evan tahu bahwa dia seharusnya berhenti namun pada kenyataannya dia tidak mau berhenti. Dia kembali menikmati bibir Eva dan jantungnya serasa berhenti saat merasakan bahwa Eva membalas ciumannya. Merasakan reaksi Eva, Evan semakin tidak bisa mengontrol dirinya.

Dia kembali mencium bibir Eva kali ini sedikit ingin menguasai dari sebelumnya dan menikmati balasan Eva. Dia sudah menahan dirinya selama ini jadi Evan benar-benar tidak bisa berhenti. Evan tidak bisa menggambarkan betapa bahagia dirinya. Entah berapa lama keduanya menikmati ciuman tersebut.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan Evan bisa merasakan bahwa Eva tidak lagi membalas ciumannya. Dia pun dengan terpaksa berhenti, mengutuk siapapun yang menelponnya saat itu. Mereka saling tatap sejenak kemudian Evan berdiri dan mengambil ponsel yang dia letakkan di sofanya.

*

Menyadari bahwa Evan tidak lagi berada diatas tubuhnya dan menciuminya dengan membabi buta, serta kenyataan bahwa dia juga turut andil dalam ciuman tersebut, Eva ikut bangkit dan secepat kilat berlari keluar dari apartemen Evan.

Dalam perjalanan pulang dia baru benar-benar sadar dengan apa yang baru saja dilakukannya dan mengerang sendiri. Saat sudah berada didalam bus, dia mengacak-acak rambutnya sendiri, membuat wanita tua yang duduk disebelahnya kebingungan dan tampak ketakutan. Eva pun hanya mengangguk pelan, tersenyum kecut sambil merapikan lagi rambutnya.

'What have I done. Bagaimana aku bisa larut seperti itu. Aku tidak seperti diriku sendiri,' Eva menangis dalam hati.

Malam itu Eva menatap ponselnya cukup lama sembari duduk bersila diatas tempat tidurnya. Berbagai macam pikiran berkelebatan di otaknya. Kali ini Eva ragu apakah Evan benar-benar tidak mengenalinya.

Tapi kalaupun iya, kenapa pria itu tidak menyapanya langsung seperti biasa. Apakah karena posisinya yang sekarang. Atau karena dia tidak ingin Eva mengharapkan untuk mengingatnya. Tapi kalau pun memang kasusnya adalah yang kedua, mengapa tadi dia menciumnya dengan sangat dalam tadi. 

Apakah Evan hanya terbawa perasaan. Apakah ciuman tadi tidak berarti apa-apa. Kemungkinan besar Evan sering berciuman dengan wanita-wanita yang rela melemparkan diri mereka sendiri padanya. Tapi Eva bukan satu dari wanita-wanita tersebut. Namun pada kenyatannya tadi Eva membalas ciuman Evan. Gadis itu kembali mengerang keras.

Dia menimbang-nimbang apakah perlu memberitahu Sarah masalah ini, khawatir temannya itu sudah cukup disibukkan dengan rencana pernikahannya. Tapi Eva benar-benar bisa meledak jika tidak membicarakannya dengan seseorang. Kemudian dia teringat kembali bibir Evan dibibirnya, tidak bisa menyangkal bahwa dia menikmatinya. Entah kenapa dia merasa ciuman tadi sangat indah.

Sadar bahwa pikirannya salah, dia kembali menggeleng-gelengkan kepalanya cukup keras sebelumnya akhirnya memutuskan menekan angka 2, speed dial untuk sahabatnya tersebut.

"Ya Eva," jawab Sarah diseberang sana.

"Apa kau sibuk?" tanya Eva hati-hati.

Eva bisa mendengar tawa anak kecil dan suara lirih Sarah, "Come on girls, aunt Sarah is on the phone."

Eva bersabar mendengarkan sahabatnya tersebut. "Oh tidak Eva aku tidak sibuk. Hanya menonton tayangan kartun bersama keponakan-keponakanku yang cantik. Ada apa Eva? Do you miss me?"

Eva tersenyum simpul, "Ya, I miss you. But that's not why I'm calling you right now. Evan kissed me this afternoon. Well lebih tepatnya kami berciuman hari ini."

"WHAT?!!!" Sarah berteriak cukup keras diujung sana membuat Eva sontak menjauhkan ponselnya beberapa centimeter dari telinganya. Entah reaksi apa yang diberikan keponakan kembarnya hingga Eva bisa mendengarnya bicara, "Sorry dear, I'm not yelling at you."

Eva bisa merasakan seketika itu tubuhnya kaku dan merasa takut. Kenapa dia harus takut pada Sarah. Tapi kenyataannya Eva sekarang sedikit menyesal kenapa dia harus menceritakannya pada Sarah.

"ARE YOU INSANE?!" begitu reaksi kedua Sarah. Tidak sekeras teriakannya yang pertama tapi Sarah masih tetap berteriak.

Eva pun menceritakan detil ceritanya mulai dari dia ikut Evan ke apartemennya saat Evan tiba-tiba hampir pingsan di pesta ulang tahun perusahaan, dan mengenai Clara hingga dia terjebak kembali didalam apartemen Evan dan akhirnya kehilangan kesadaran dirinya saat dia dengan penuh hasrat membalas ciuman Evan.

"I'll meet you tomorrow after work. I really need to look at your eyes when talking to you about this," kata Sarah kelewat tegas.

Eva ketakutan sendiri tapi dia memang tidak berniat menyembunyikan hal seperti ini dari Sarah. "Ok, jika kau memang ada waktu luang."

Eva bisa mendengar Sarah mendengus diseberang sana seketika membuatnya menyesal kenapa dia bisa jatuh semudah itu pada tipu daya Evan. Ya, Eva menamakannya tipu daya karena terakhir Evan menciumnya, pria tersebut tiba-tiba hilang. Entah apa yang kali ini akan terjadi. Apapun itu, Eva tidak mengharapkan apapun yang indah.

*

Malam itu Evan benar-benar tidak bisa tidur. Masih jelas terasa bibir lembut Eva dan wangi harum tubuhnya. Dia bisa gila kalau harus menahan dirinya lagi. Kali ini Evan yakin bahwa Eva masih menyimpan dirinya didalam hatinya. Namun kali ini dia sadar bahwa dia harus lebih hati-hati. Karena kesalahan tadi, yang sedikit pun tidak dia sesali, Evan tidak bisa tiba-tiba menelponnya. Dia harus bertemu langsung dengan gadis itu.

Tapi dia tidak akan bisa melakukannya dalam 5 hari kedepan karena besok dia harus terbang ke Paris. Evan pun mengerang dan menutup mukanya dengan bantal karena tidur sepertinya akan sangat sulit malam ini.

*


<3 <3 <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top