Part 16 - Awkward

Evan masih kesal jadi saat dia mendengar pintu bel apartemenya berbunyi, dia dengan malas menuju pintu. 'Apa mungkin itu William,' Evan bertanya-tanya.

Jantungnya langsung berhenti saat melihat Eva berdiri disana sama bingungnya dengan dirinya. Gadis itu kelihatan kesulitan mencari kata-kata jadi tanpa berpikir panjang Evan menarik dirinya dan dengan sigap menutup pintu karena khawatir gadis itu akan pergi jika dia tidak melakukan itu.

Evan sudah memenuhi janji pada ayahnya jadi dia akan mulai mendekati Eva lagi namun dia sadar dia harus melakukannya dengan perlahan. Evan cukup yakin bahwa Eva masih mengingatnya dan karena itu dia juga cukup yakin bahwa Eva pasti sangat membencinya karena pertemuan terakhir mereka adalah saat Evan menciumnya sebelum akhirnya dia menghilang tanpa pamit dari kehidupannya dulu.

"Duduklah," kata Evan menunjuk pada sofa mempersilahkan Eva.

Gadis itu tidak langsung duduk, "Sebenarnya saya kesini hanya ingin memastikan anda baik-baik saja. Sepertinya anda sudah baikan sekarang, saya sebaiknya pergi jadi Mr Phillips bisa kembali beristirahat."

"Sebenarnya aku sangat lapar dan aku belum meminum obatku. Sarapan yang kau buatkan tadi pagi, William menghabiskannya sendiri. Sekarang aku masih sangat pusing. Apa kau bisa memesankan sesuatu untukku sebelum pulang?" kata Evan.

"Sebaiknya saya membuatkan sesuatu untuk anda itu jika anda tidak keberatan," kata Eva ada keraguan pada suaranya.

Bingo. 'Aku berhasil,' batin Evan.

"Ya, tentu saja. Kau bisa gunakan apapun yang kau perlukan," kata Evan sebelum menempatkan dirinya disofa, bersandar dan menyalakan televisi didepannya. Dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya dan bertekad tidak akan membiarkan Eva pulang secepat itu.

*

Eva mengumpat sendiri, mengutuk William yang membiarkannya terjebak disini karena kata-kata bohongnya. Dia juga menyesal sendiri kenapa malah menawarkan dirinya untuk memasakkan sesuatu untuk Evan. Hanya saja saat dia sakit dia selalu rindu masakan rumah ibunya dan terlalu menyedihkan kalau harus memesan makanan dan membiarkannya makan sendirian saat dia tidak enak badan.

Eva membuat cream soup dan teh madu untuk Evan dengan cepat. Dia masih tidak percaya William menghabiskan semua pancake yg tadi pagi dia sengaja buat untuk Evan. Setelah selesai dengan soupnya, dia menempatkan semua makanan tadi diatas nampan, membawa ke Evan yang sedang serius menonton televisi didepannya.

Evan tersontak saat melihatnya menaruh makanan tersebut di meja kecil didepannya.

"Makanlah selagi hangat Mr Phillips. Aku tidak membuat dapur anda berantakan jadi jangan khawatir. Selesai makan anda harus segera meminum obatnya. Aku akan pamit pulang sekarang," kata Eva.

"Apa kau bisa menemaniku makan?" tanya Evan tanpa memandangnya dan mengambil cream soup didepannya.

Eva ragu sejenak. Sebagian dirinya sangat merindukan Evan jadi bisa menghabiskan waktu didekatnya bisa memberikan kebahagiaan tersendiri untuknya. Tapi sebagian dari dirinya juga ragu apakah dia sanggup melakukan itu. Laki-laki didepannya itu pernah memberi harapan pada Eva yang dengan bodohnya masih dia simpan sekarang. Namun nyatanya dia tidak menganggap penting apapun itu yang terjadi diantara mereka di waktu silam. Ditambah lagi gambaran tentang Clara semalam dan perjalanan mereka di Singapura yang menyisakan keyakinan pada Eva bahwa Evan sama sekali tidak mengingatnya.

Namun Eva tidak mampu marah walaupun dia sepenuhnya berhak atas hal itu. Dia hanya kecewa dan berusaha sekuat mungkin menjaga dirinya agar tidak membiarkan dirinya larut lagi.

Eva kesulitan menerima niat baik pria manapun yang sudah berusaha untuk mendekatinya. Itu semua karena Evan dan menyedihkannya dia tidak bisa menyalahkan Evan.

"Sebaiknya saya pergi," kata Eva mantap.

"Bukankah kau harus melakukan apa yang atasanmu minta?"

"Sayangnya ini hari minggu jadi saya tidak harus melakukan permintaan anda. Karyawan berhak atas hari libur mereka."

"Astaga, aku kan hanya memintamu menemaniku sebentar bukannya menyuruhmu membuat laporan kerja," kata Evan kesal.

Saat itu bel apartemen berbunyi dan baik Eva dan Evan menoleh kearah pintu. Akhirnya Evan beranjak dari duduknya dan menuju ke pintu.


"Clara, apa yang kau lakukan disini?" suara Evan bisa terdengar oleh Eva. Ah ya, ini juga salah satu alasan Eva harus benar-benar menghindari Evan. Clara. Wanita yang dengan prosentase tinggi memilki kemungkinan akan menjadi istri Evan.

"Aku tidak bisa menemukanmu semalam setelah kau pamit ke toilet. Aku meneleponmu beberapa kali tapi kau tidak menjawab telponmu," tanya Clara dengan suara yang lumayan kencang.

Oke, Eva sekarang benar-benar di tempat dan waktu yang salah. Dia tidak ingin drama masa SMA terulang. Tapi kalaupun terulang kali ini dia bersumpah tidak akan membiarkan Clara menyentuhnya. Akhirnya dengan mantap Eva melangkah ke arah mereka.

Saat Eva sudah berdiri didepan keduanya, Clara sontak berteriak, "Eva !! ... apa yang kau lakukan disini?"

Eva terlalu malas untuk menjawab dan menoleh kearah Evan walaupun dia kaget karena Clara masih mengingatnya jadi kenapa Evan tidak, "Aku pamit dulu Mr Phillips. Sudah ada yang menjaga anda sekarang."

Clara tampak lebih marah karena Eva menghiraukan pertanyaannya, "Apa kau tidak mendengarku? Aku bertanya padamu!!"

"Kuingatkan padamu berhenti berteriak," kata Evan tegas tidak kalah kerasnya dari teriakan Sarah tadi.

Eva berlalu dan berjalan dengan cepat meninggalkan pasangan yang sekarang secara resmi dia benci.

Eva masuk kedalam lift dan saat pintu lift hendak tertutup, tiba-tiba Evan menerobos kesana dan memencet tombol tutup dengan mantap.

"Apa yang Mr Phillips lakukan disini? Anda harus kembali. Anda perlu istirahat," kata Eva jengkel.

"Kenapa kau marah-marah begitu. Percayalah kalau ada dia aku tidak akan bisa beristirahat," Evan menatap Eva dengan lekat membuat Eva gugup seketika.

"Sangat tidak sopan meninggalkan tunangan anda yang jelas-jelas mencemaskan anda," kata Eva.

"Satu dia tidak mencemaskanku percayalah. Dan kedua dia bukan tunanganku," kata Evan kali ini ada senyum mengembang di wajahnya membuat Eva heran.

Saat keduanya sudah keluar dari gedung apartemen, Evan menepuk punggung Eva.

"Hei kau mau kemana? Aku tadi terlalu tergesa-gesa jadi hanya membawa mantelku yang tergantung didekat pintu. Aku ikut denganmu ya," kata Evan terlampau akrab.

Eva tidak percaya apa yang baru saja didengarnya kemudian tertawa sinis, "Kita masih didepan gedung penthouse anda Mr Phillips. Kenapa tidak kembali saja ke apartemen anda."

Anehnya Evan malah membuat wajah memelas layaknya anak kecil yang minta dibelikan ice cream ke orang tua mereka. "Aku tidak mau. Entah kau akan memperdulikanku atau tidak yang pasti aku tidak akan kembali disana. Aku benar-benar ... " Evan tidak meneruskan kata-katanya karena ponselnya berbunyi.

"Apa?! Apa kau gila?! Terserah. Sebaiknya kau cepat pergi jadi aku bisa cepat kembali. Kau benar-benar merepotkan!"

Teriak Evan sambil mengumpat. "Lihat kan?" kata Evan pada Eva sambil menyodorkan ponselnya. "Perempuan itu masih ditempatku dan menolak untuk pergi."

"Apa anda benar-benar ingin dia pergi?" tanya Eva.

"Ya tentu saja. Dia benar-benar mengganggu. Aku paling tidak suka ada orang berada di penthouseku."

Eva menghela nafas panjang dan terlalu lelah harus berada, lagi, diantara kedua orang kaya dan manja ini. Jadi akhirnya dia memutuskan.

"Ayo," kata Eva dan melangkah mantap membuat Evan mengikuti dibelakangnya. Tapi bukannya keluar menjauh dari gedung penthouse tersebut seperti rencananya di awal, Eva malah kembali masuk ke gedung tersebut dan naik kedalam lift diikuti Evan dibelakangnya.

"Sebenarnya apa yang akan kau lakukan?" tanya Evan bingung.

Ting. Lift berhenti dan terbuka dan Eva keluar dulu dari lift, berjalan mantap kearah penthouse Evan.

Saat sudah berada didepan pintu, Eva memencet belnya. Tidak begitu lama menunggu Clara membuka pintu dan syok karena melihat Eva kembali bersama Evan.

Tanpa menunggu dipersilahkan oleh Clara, Eva masuk ke dalam apartemen diikuti oleh Evan. Eva heran kenapa bosnya ini menurut sekali.

"Apa yang kau lakukan," kata Clara tidak percaya.

"Sebenarnya Mr Phillips sedang tidak enak badan dan dia benar-benar harus istirahat. Tapi dibawah tadi dia mengatakan bahwa dia tidak akan bisa beristirahat kalau anda disini. Jadi sebaiknya kita pergi sekarang."

Kemarahan sangat terlihat jelas diwajah Clara, "Memangnya siapa kau berani bicara atas nama Evan. Apa kau pikir kau masih punya kesempatan seperti dulu?" teriak Clara.

Eva tersontak dengan perkataan Clara. Dia tidak bisa mempercayai apa yang barusan dia dengar. Dia bisa merasakan mukanya memerah mendengar kata-kata Clara barusan.

"Sebaiknya kau pergi. Besok aku harus terbang ke Paris dan aku benar-benar harus beristirahat sekarang," kata Evan akhirnya. Evan membukakan pintu dan berdiri menunggu diambang pintu.

"Tapi ..." kata Clara berusaha protes dan kata-katanya dipotong oleh Evan.

"Kumohon pergilah."

Clara tampak tidak terima. Menoleh kearah Eva dan akhirnya melangkah keluar. Eva mengikutinya dibelakang.

Saat Eva berada di ambang pintu, tiba-tiba Evan kembali memegang tangannya. "Aku membutuhkan kau disini," kata Evan dan dengan cepat menariknya dan menutup pintu tanpa peduli dengan reaksi Clara yang kemungkinan berdiri membeku didepan pintu.

Tanpa menoleh kearah Eva, Evan kembali duduk kembali di sofa dan menyantap cream soup yang sudah dingin didepannya dengan lahap kemudian menegak obat yang juga sudah disiapkan Eva tadi dan dia letakkan disamping nampan makanan.

Evan mungkin tidak menyadari bahwa setiap sentuhan Evan membuatnya kaku, benar-benar membuatnya susah bergerak. Jadi saat Evan sudah selesai melahap semangkuk cream soup itu, Eva masih berdiri disana. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi setelah kata-kata Clara barusan.

"Apa yang kau lakukan berdiri disana? Duduklah," kata Evan baru menyadari bahwa Eva masih berdiri sedari tadi.

Tampak ragu sejenak namun Eva akhirnya duduk disebelah Evan. "Kenapa anda menyuruhku tetap disini?"

Evan menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Bisakah kau menemaniku hari ini? Hanya bersantai disini?" tanyanya sambil menyalakan televisi dengan remote control.

Eva ingin bertanya kenapa tapi dia sadar bahwa dia hanya sedang mengulang-ulang pertanyaanya jadi dia memutuskan untuk diam dan berbalik menuju pintu.

Saat sudah dekat dan tangan kanannya sudah memegang gagang pintu. Tiba-tiba dia mendengar Evan sedikit berteriak padanya, "Tunggu!"

Eva memutuskan tidak menoleh berharap dia bisa segera keluar dari kamar tersebut. Namun sekali lagi dia merasakan tangan Evan mencengkeramnya kali ini di lengannya.

"Lepaskan aku Mr Phillips," kata Eva berusaha menarik dengan paksa tangannya namun sepertinya Evan yang tentu saja tenaganya jauh lebih kuat dari Eva juga sepertinya tidak berniat untuk mengalah. Dia bisa merasakan Evan menariknya lebih keras.

"Apa-apaan Anda ini," kata Eva memberikan tatapannya yang paling mematikan namun Evan tidak bergeming. Walaupun Evan hanya berdiri disana dan menahan pegangan tangannya pada lengan Eva, gadis itu masih kesulitan untuk lari dari situ. Tapi Eva masih menolak untuk menyerah. Kalau orang melihat pergumulan kecil mereka, pasti terlihat sangat aneh.

*

Thank you soooo much buat yang masih stick with this story. Jangan lupa kasih dukungan kalian buat penulis pemula ini ya biar tambah semangat nulisnya dengan vote atau kasih bintang dan juga komen yang banyak. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top