Part 15 - Sekali Lagi
Saat itu sudah hampir jam 10 malam. Ini pertama kalinya Eva menginap di tempat laki-laki dan dia sangat merasa tidak enak sendiri. Beruntung dia tidak perlu menghubungi Sarah karena menjelang pernikahannya dia akan menginap dirumah pamannya jadi dia tidak akan tahu bahwa Eva tidak akan pulang malam ini.
Setelah membereskan cangkir bekas teh yang dia buat tadi, Eva menengok CEOnya sebentar. Dengan langkah yang berat, Eva mendekati Evan. Pria tersebut masih tertidur pulas, kemungkinan besar karena efek obat yang diberikan.
Dia bisa melihat kelelahan yang amat sangat diwajah Evan. Eva masih ingat bahwa dia pernah bercerita betapa dia sangat membenci ayahnya namun kemudian bersyukur bahwa sekarang dia mampu bekerja di perusahaan yang telah dibangun kakek dan ayahnya. Dia masih ingat saat makan pizza bersama sepulang sekolah, Evan pernah berkata bahwa dia akan meninggalkan rumah dan memulai usahanya sendiri. Tidak mau lagi berurusan dengan ayahnya. Dia tidak yakin apa yang telah mengubah pemikirannya tapi Eva cukup bersyukur. Walaupun sekarang, melihatnya terbaring karena kelelahan sedikit menyayat hati Eva.
Melihatnya sedekat ini sekali lagi, Eva yakin bahwa memang dia belum bisa menghapus Evan dari memorinya. Gadis itu bisa melihat lingkaran hitam dibawah mata Evan, membuatnya khawatir lebih lagi. Dan sekali lagi Eva tidak yakin apa yang telah mengubahnya namun dia bisa melihat Evan benar-benar bekerja keras dan dia juga tidak yakin apa Evan benar-benar tidak ingat padanya. Tapi kenangan sesingkat itu, Eva tidak boleh menuntut apa-apa.
"Paling tidak kau harus bahagia dan hidup dengan benar," bisik Eva saat dia sudah berlutut disebelah Evan. "Aku akan selalu berdoa untukmu."
Gadis itu pun bangkit dan merebahkan dirinya di sofa putih yang ada di ruang tamu, berusaha untuk membuat dirinya tertidur. Well, masih memakai gaun cocktail, make up lengkap dan berada di dekat satu-satunya laki-laki yang bisa membuat hatinya berdebar membuat hal tersebut sangat sulit. "Kalau saja ada yang bisa kuperbuat untukmu," Eva berbisik pada dirinya sendiri dan memejamkan mata.
Jam 2 pagi Eva terbangun dan memutuskan untuk kembali mengecek Evan kemudian bersyukur bahwa dia masih tertidur pulas. Gadis itu kembali melakukan hal serupa jam 3 dan 4 pagi.
Dia terbangun lagi jam stengah 6 dan bergegas untuk menyeka wajahnya. Evan masih tertidur.
Karena khawatir bahwa Evan akan segera bangun, Eva bergegas ke dapur dan menyiapkan pancake serta jus apel. Kurang dari satu jam Eva sudah selesai dengan pekerjaannya di dapur. "Ting," Eva sedikit terkaget saat mendengar bel pintu berbunyi dan segera menuju ke pintu.
"Oh William, baguslah kau sudah datang sepagi ini," kata Eva lega saat melihat William sedang berdiri di depan pintu.
"Aku sudah menyiapkan pancake dan jus apel. You can have it too because I make an extras. And I really have to go now," kata Eva akhirnya saat dia dan William sudah berada di dalam penthouse Evan.
"Tapi kan kau tidak perlu ke kantor hari ini. Ini juga masih terlalu pagi untuk pergi," kata William dengan dahi mengernyit.
"Sejujurnya, aku sangat tersiksa harus tidur dengan ini," kata Eva sambil menunjuk ke gaun cantik yang masih melekat di tubuhnya. "I really need to change."
"Astaga aku sama sekali tidak memikirkan hal tersebut. Kenapa tidak memakai kaos Evan saja?" tanya William dengan nada yang teramat biasa membuat Eva bertanya-tanya apa Evan sering memberikan kaosnya ke wanita yang menginap di penthousenya.
"Are you insane? What will Mr Phillips say if he finds out?" tanya Eva tidak percaya.
Anehnya William malah tertawa, "Aku sangat yakin dia akan sangat menyukainya."
"Maaf William tapi aku bukan wanita-wanita yang pernah dia ajak kesini," jawab Eva lemas.
"Hah?! Dia tidak pernah mengajak wanita manapun kesini. Dia akan sangat marah kalau ada satu saja wanita yang tahu dimana dia tinggal," jawab William tidak percaya dengan kata-kata Eva.
Eva seketika menoleh, dan tiba-tiba ada wajah cemas di wajahnya.
"Kenapa kau?" tanya William akhirnya karena Eva tidak berkata apa-apa dengan ekspresi anehnya.
"Kalau kau sudah tahu Mr Phillips bakal marah kalau ada wanita yang mengetahui penthousenya kenapa kau malah menyuruhku menjaganya semalam," kata Eva sedikit terbata.
William tampak sedikit bingung, sadar, sebelum akhirnya berkata, "Selalu ada kondisi khusus."
Eva mengasumsikan bahwa kondisi khusus tersebut adalah Evan semalam benar-benar kehabisan daya sehingga dia tidak melawan saat tahu William mengajak Eva ke apartemen tersebut.
"Ya semoga saja. Lagi pula dibandingkan diriku, kau yang lebih bersalah tentang ini. Jadi kemungkinan besar saat dia terbangun dia tidak akan menyalahkanku tapi kau. Kau yang menyeretku kesini," Eva berusaha tidak lagi masuk kedalam hidup Evan bahkan untuk menjadi orang yang akan dia benci sekalipun. Eva sudah cukup kesulitan menghilangkan Evan dari pikirannya jadi memikirkan Evan akan membencinya karena hal ini, akan menguras cukup banyak ruang di otaknya.
Namun anehnya, William bahkan tampak kebingungan bukannya khawatir Evan akan mengomelinya habis-habisan karena menyuruh Eva menemaninya semalam.
"Maksudmu semalaman dia tidak bagun sama sekali? Jadi dia tidak tahu kau ada disini semalaman untuk menjaganya?" katanya terkejut sebelum akhirnya tertawa cukup keras sampai Eva takut suara tawa tersebut akan membangunkan bosnya.
Eva sama sekali tidak memahami William. Namun dia tidak mau ambil pusing soal itu, dan gadis itu akhirnya pamit dan segera meninggalkan tempat tersebut.
*
Evan bangun dengan susah payah karena merasa badannya sangat lemah namun bersyukur sakit kepalanya sudah hilang. Dia ingin kembali memejamkan matanya dan perlahan memutar kembali kejadian di pesta semalam saat dia benar-benar merasa tidak enak badan, saat dia menelpon William untuk mengantarnya pulang dan saat Eva juga ikut naik ke mobil bahkan sampai mengantarnya ke penthousenya.
Seketika dia mendapatkan kembali kesadarannya dan melompat turun dari ranjang. Dia melihat William sedang duduk malas di sofanya sedang sibuk dengan ponselnya. Dia melihat kesekeliling apartemennya namun tidak melihat siapa pun disana selain William.
"Kau sendiri!?" tanya Evan sedikit berteriak membuat William tersontak dan menjatuhkan ponselnya.
"Astaga bisa tidak kau pelankan suaramu. Lihat, aku baru saja membelinya minggu lalu," gerutu William sambil memungut ponselnya yang terjatuh di lantai.
"Apa kau sendirian?" Evan mencoba mengulang pertanyaanya.
"Ya aku sendirian," jawab William ketus masih merasa kesal.
"Bukankah Eva ikut dengan kita semalam?" tanya Evan pelan tidak bisa menyembunyikan rasa malu atas pertanyaannya.
Detik berikutnya Evan harus menerima olokan William diikuti tawanya yang cukup keras karena semalaman Evan memilih tidur dan mengabaikan satu-satunya wanita yang benar-benar bisa menyita perhatiannya walaupun William sudah memberikan kesempatan pada Evan semalam.
Kali ini Evan memilih diam dan kembali masuk kedalam kamarnya, membanting pintu kamar cukup keras karena dibandingkan pada William, dia lebih marah pada dirinya sendiri.
*
Setelah sampai di apartemennya Eva segera mandi dan seketika merasa lega karena berhasil melepas gaun yang memeluknya dengan erat semalaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia masih mencemaskan kondisi Evan. Jadi setelah menghabiskan sarapannya, dia memutuskan menelpon William.
"Hai, ini aku Eva," sapa Eva saat sambungan telponnya diterima.
"Iya Eva aku menyimpan nomermu. Ada apa?" tanya William diseberang sana.
"Hhmm.. apa Mr Phillips sudah bangun? Bagaimana keadaannya?" tanya Eva sedikit ragu terlalu khawatir bahwa William akan berpikir macam-macam.
"Iya sudah bangun tapi seketika masuk kamar lagi. Keadaannya .... Kuasumsikan sangat buruk," jawab William kelewat datar dan santai.
"Apa? Apa kau yakin?," tanya Eva semakin khawatir.
"Iya sangat yakin. Hei aku tutup dulu ya. Aku harus pergi sebentar lagi. Ada hal penting yang harus kuurus segera," jelas William.
"Kau pergi? Bagaimana dengan Mr Phillips?" tanya Eva tidak bisa menyembunyikan kecemasan dalam suaranya.
"Ya, dia akan baik-baik saja. Sudah dulu ya Eva. Oh ya terima kasih semalam," jawab William dan seketika menutup telponnya.
*
William masih kesal soal ponsel barunya tapi juga merasa lucu pada Evan. Kemungkinan laki-laki itu mengerang sendirian di kamar saat tahu Eva menjaganya semalaman tapi dia tidak menyadarinya. Dia tidak bisa berhenti tertawa memikirkannya.
Jadi saat Eva menelponnya dan menanyakan kabar Evan dengan enteng dia menjawab kemungkinan keadaan teman sekaligus bosnya tersebut sangat buruk. Saat menutup telponnya dan menyadari nada cemas pada suara Eva, William baru menyadari bahwa Eva mungkin menangkap lain kata-katanya.
Tapi dia kemudian teringat janjinya dengan rekan bisnis sehingga dia bergegas pergi.
*
Eva dengan terburu-buru mengganti pakaiannya dan menyisir rambutnya dengan kasar. Segera dia mengenakan mantel dan menyambar tasnya. Dia tidak lagi berpikir terlalu panjang.
Sekitar 20 menit dia sampai di 172 Madison Avenue.
Saat sampai di depan apartemen Evan, dia memencet bel sekali dan menunggu jawaban. Pikirannya cukup kalut bagaimana jika Evan tidak membukakan pintunya. Apa dia harus mengganggu William lagi tapi beruntung tidak cukup lama pintu terbuka dan dia melihat Evan berdiri didepannya, sama-sama tampak kagetnya.
Tiba-tiba saja dia merasakan detak jantungnya bekerja sepuluh kali lebih cepat dan Eva tidak mampu berkata-kata.
"Eva," kata Evan yang saat itu sudah berganti kaos putih lengan panjang.
Sedikit sudah payah mengumpulkan kesadarannya, Eva akhirnya berhasil menjawab, "Ah maaf Mr Phillips mengganggu istirahat anda. Sebenarnya saya ... "
Dia benar-benar kesulitan mencari kalimat selanjutnya. Tidak mungkin dia mengaku sendiri bahwa semalam dia disini dan sekarang dia mencemaskan dirinya jadi memutuskan untuk datang. Itu sama saja dengan pencuri mengaku pada hakim kalau dia bersalah tanpa mengatakan bahwa ada dalang dibalik itu semua.
"Saya ... ," Eva masih bingung namun seketika itu Evan tiba-tiba menarik tangannya dan melepaskannya setelah menutup pintu.
*
Nah looo ... ditarik tangan Eva. Semoga kalian masih suka sama cerita mereka yaa. Ikuti terus kelanjutannya. Please please please jangan lupa vote / kasih bintang ya. Eva dan Evan cinta kalian <3
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top