Part 10 - Sitting Next to You


Ini pertama kalinya Eva bepergian jauh dan ini pertama kalinya juga Eva naik kelas bisnis. Tempat duduknya sangat nyaman dari bahan kulit berwarna abu-abu muda dan cukup luas. Ada sandaran untuk kakinya. Eva melihat tiketnya dan menunjukkan ke pramugari. Pramugari cantik yang tidak pernah lupa untuk tersenyum tersebut menunjukkan tempat duduk Eva. Dua baris tempat duduk dan seat dia berada disamping jendela. Eva bersyukur dalam hati.

Eva terlalu sibuk membaca majalah yang disediakan disana saat Evan tiba-tiba duduk disampingnya. Dia menoleh sebentar sebelum memaksakan dirinya kembali ke halaman majalah tadi. Kali ini tidak fokus dengan apa yang dia baca tapi lebih fokus dengan debaran jantungnya sendiri. Tidak lama, Evan bangkit entah kemana. Saat itulah Eva berusaha untuk kembali mengatur nafasnya, meyakinkan diri sendiri bahwa dia akan baik-baik saja. Bahwa dia akan bisa bersikap wajar. Bersikap normal.

Saat itulah Christine tiba-tiba duduk di tempat duduk Evan disebelahnya.

"Eva, bisakah kau bertukar tempat duduk denganku?" tanyanya. 

Eva mengenal Christine walaupun mereka hampir tidak pernah berbicara saat berada di kantor. Christine cukup terkenal sebagai primadona perusahaan. Dia dikenal cantik, kaya dan pintar. Perpaduan yang tidak semua orang bisa punya. Dan kali ini tatapan Christine cukup mengintimidasi, membuat Eva tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakannya.

Gadis berambut merah itu memekik kegirangan saat Eva dengan pelan mengangguk. Eva pun bangkit dari duduknya dan menempati kursi Christine setelah gadis itu mengatakan bahwa dia duduk disamping William.

William tampak kebingunan saat Eva tiba-tiba duduk disebelahnya.

"Christine yang memintaku," kata Eva tanpa menunggunya bertanya.

William menjawab "Oh" pelan.

Beberapa saat kemudian Evan muncul dan Eva memperhatikan bahwa dia menuju kursinya yang berada di barisan belakang tempat duduknya sekarang.

"Sudah pernah ke Singapura sebelumnya?" tanya William ramah.

"Belum. Lebih tepatnya aku belum pernah keluar U.S. sebelumnya," jawabnya sambil mengangkat bahunya. Eva sedikit tersinggung dengan ekspresi kaget William.

"Kau hanya perlu tidur selama perjalanan panjang ini."

"Entahlah, ... sebenarnya aku berniat untuk benar-benar menikmati semuanya. Pemandangan di luar jendela, dan layanan kelas bisnis," jawab Eva tidak bisa menyembunyikan sedikit tawa di nada bicaranya.

"Baiklah, aku akan menemanimu sebisa mung .." William tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat Evan sudah berdiri disampingnya. Evan tidak mengatakan apa-apa namun William tiba-tiba mengerang. Eva nampak kebingungan namun keduanya seolah lupa bahwa Eva ada disana. Seolah mereka sedang berbicara dengan mata mereka yang hanya mereka berdua tahu apa yang mereka bicarakan.

William akhirnya dengan gontai beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kebelakang yang Eva sendiri tidak yakin kemana. Evan sendiri kembali ke tempat duduknya.

Eva masih tidak yakin namun memutuskan untuk mengambil ponselnya dan mengambil beberapa foto selfie. 


Beberapa menit kemudian, Christine sudah berdiri di sebelahnya dengan tampang cemberut.

"Eva, kembalilah ke tempat dudukmu," katanya sedih.

"Kenapa? Kau tahu aku tidak keberatan," jawab Eva bingung.

Dengan mengambil nafas panjang, Christine menjawab, "Tolong kembali saja. Aku tidak ingin menimbulkan masalah."

*

William harus sangat bersabar dengan Evan akhir-akhir ini. Setelah mendapatkan tatapan mata mematikan dari teman yang sekaligusnya bosnya itu, William menemui pramugari dan menceritakan apa yang terjadi, memintanya melakukan sesuatu. Detik berikutnya pramugari cantik tersebut pergi ke tempat duduk Evan dan Christine dan dengan sangat sopan memberikan penjelasan kepada Christine membuat staff keuangan cantik itu kembali ke tempat duduknya semula. William bisa melihat Christine sangat malu dengan kejadian tersebut.

*

Melihat William yang melihat kearahnya dan menganggukkan kepala padanya, Eva pun menurut dan kembali ke tempat duduknya. Evan saat itu sedang memejamkan matanya. Eva sedikit lega. Dengan perlahan dia duduk, berusaha sebisa mungkin tidak membuat suara.

*

Walaupun lebih banyak tidur, selama penerbangan mereka Evan juga banyak memperhatikan Eva. Gadis itu banyak sekali menikmati melihat keluar jendela dan beberapa kali memekik kegirangan sendiri dengan entah apa yang dia lihat, membuat Evan tersenyum sendiri. 

Beberapa kali mengambil ponselnya dan mengambil foto pemandangan dari luar jendela pesawat. Kadang gadis itu juga melihat film yang disediakan maskapai penerbangan walaupun sepertinya dia lebih banyak menghabiskan waktu memilih-milih film yang akan dia tonton dan tidak selesai menontonnya.

Namun yang paling disukai Evan adalah saat gadis itu tertidur dengan headset masih terpasang. Sepertinya Eva tertidur sambil mendengarkan alunan musik. Evan sangat menyukai saat Eva tertidur. Hanya saat itulah Evan bisa melihat Eva selama yang dia mau. Dia masih saja terlihat cantik seperti dulu. Make up tipis yang dia kenakan membuatnya jauh lebih cantik. Evan berusaha keras menahan diri saat pandangan matanya terhenti di bibir Eva. Laki-laki tampan itu pun mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar Eva yang sedang tertidur pulas tanpa Eva sadari.

*

Setelah perjalanan yang cukup panjang, mereka sampai di bandara Changi sekitar pukul tiga sore. Keenam orang dari Phillips Corp menginap di hotel bintang ternama yang juga menjadi salah satu icon Negara tersebut. Begitu sampai di hotel, William membagikan kartu kamar mereka. 

Eva berbagi kamar dengan Christine. Sedangkan Mr kim berbagi kamar dengan Mr Stuart. Dan sepertinya Evan menolak sekamar dengan siapapun karena dia yang lebih dulu naik menuju kamar hotelnya tanpa menunggu yang lain. William mengatakan bahwa mereka akan berkumpul kembali di restoran hotel untuk makan malam sehingga mereka memiliki cukup waktu untuk beristirahat. "Malam nanti silahkan menikmati kota karena besok agenda kita akan cukup padat," kata William sebelum akhirnya semuanya menuju kamar masing-masing.

Eva ingin segera mandi air panas namun Christine sepertinya memikirkan hal yang sama. Begitu masuk ke kamar hotel, Christine langsung bergegas menuju kamar mandi tanpa berkata apapun. Eva pun mau tidak mau memutuskan untuk menunggu. Selama di pesawat, Eva banyak sekali tidur namun entah kenapa dia masih saja merasa mengantuk. Dia pun memutuskan untuk merebahkan diri sebentar dan tanpa sadar dia pun tertidur. Kepalanya terasa sangat berat.

*

Evan sampai di restoran lebih awal dari yang lain. Setelah mengambil makan malamnya, dia memutuskan untuk duduk dikursi kosong yang terlihat di pojok. Kursi tersebut menghadap ke jendela, memberikan gambaran cantik kota Singapura malam itu. Di meja yang dia tempati, ada 3 kursi lain yang kosong. Dia merasa sangat kelelahan walaupun sudah mencoba tidur setibanya di hotel tadi. Kemudian pikirannya melayang ke Eva. Dia sangat tidak sabar menantikan gadis itu. "Gadisku," gumamnya sendiri sambil tersenyum malu.

"Siapa gadisku yang anda maksud Sir?"

Evan tersontak dan melihat Christine sudah berdiri disebelahnya. Piring penuh dengan makanan sudah ada ditangannya dan tanpa permisi, Christine langsung duduk di kursi kosong disebelah Evan. Evan tidak menjawab pertanyaannya. Dia mencoba tanpa kentara untuk melihat ke sekeliling namun tidak melihat Eva ada disana.

"Saya sudah mendengar bahwa anda sudah memiliki gadis yang special saat anda makan malam dengan bagian pembelian. Gosip itu tersebar dengan sangat cepat. Kukira itu hanya berita bohong tapi mendengar anda bergumam sendiri seperti itu, sepertinya hal itu memang benar," lanjut Christine lagi.

Evan masih memutuskan untuk tidak menjawab apa-apa. Beruntung saat itu William, Mr Kim dan Mr Stuart datang di saat yang bersamaan. Dan lagi-lagi dia tidak melihat Eva.

"Oh kalian sudah ada disini? Apa Evan mengganggumu Christine?" sapa William dengan nada cerianya.

"Dimana Eva? Apakah dia sudah makan malam duluan?" tanya Mr Kim.

'Aku harus memberikan orang ini kenaikan gaji. Dia menanyakan hal yang sudah mengusikku dari tadi,' batin Evan dalam hati.

"Dia masih tidur. Tadi aku membangunkannya tapi dia bilang untuk turun duluan. Dia bilang dia sakit kepala dan sepertinya tidur bisa menghilangkan pusingnya," jawab Christine dengan lancar.

*

Eva terbangun dan sepertinya sakit kepalanya sudah hilang berkat obat yang dia minum tadi. Tapi sekarang dia sangat lapar dan dia melihat Christine sudah tertidur disebelahnya. Eva pun beranjak dari tempat tidur dan mengecek ponselnya. Dia sempat kaget karena saat itu sudah jam 11 malam dan kembali kaget saat ada 20 panggilan tidak terjawab dari Sarah. Astaga anak itu benar-benar mencintaiku, pikir Eva.

Karena merasa sangat kelaparan, Eva mengambil cardigan dan dompetnya, perlahan keluar kamar. Dia turun dari lift dan saat itu lobby masih ramai dengan orang. Saat keluar lobby hotel, jalanan juga masih dipenuhi dengan orang. Eva tidak benar-benar bisa membedakan mana yang turis dan mana yang warga Singapura karena semuanya berwajah asia jadi dia berasumsi sendiri kalau saat itu masih banyak turis berkeliaran karena kebanyakan dari mereka senang sekali mengambil foto.

Eva berjalan disekitaran hotel dan menemukan masih banyak tempat makan yang buka sehingga dengan acak dia memilih salah satunya. 

Eva melihat ke menu yang terpampang diatas kasir yang dijaga oleh tiga orang dan memutuskan membeli pizza dan cappuccino. Sepertinya dia akan sanggup menghabiskan satu pan pizza malam itu. Setelah memesan, Eva mencari tempat duduk yang kosong. Dia sangat bersyukur karena orang Singapura bisa berbahasa Inggris dengan sangat lancar. Saat dia memainkan ponsel sambil menunggu pesanannya datang, tiba-tiba dia mendengar suara berat menyapanya.

"Aku boleh duduk disini?" 


Thank youuuuu soooo mucchhh for sticking with me. Maaf berapa hari ya sudah tidak update (sambil hitung jari). Bukan karena sok sibuk tapi karena benar-benar harus bagi waktu. Janji deh less than two days bakal update kelanjutannya.

Jangan lupa kasih bintang dan komen ya. Terima kasiiihhhh banyak. Eva dan Evan cinta kalian !!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top