02. Haru wa?
Disclaimer:
I didn't own the characters, they belong to Kōji Ōji sensei. Mato cuma pinjem nama orang-orang ganteng di Free! Pokoknya. Happy reading, guys~~
Kamus (unfaedah) Jepang:
Sate = well then / kalau begitu
Haru wa? = Bagaimana dengan Haru?
-Euphoria-
Nyatanya Haru salah.
Perihal antara dirinya dengan Makoto yang akan kembali normal setelah pengakuan Makoto tempo hari tidak terjadi. Baik kemarin mau pun hari ini, mereka tidak lagi sama seperti dulu.
Pagi ini lagi-lagi tidak ada tangan yang terjulur yang selalu membantu Haru untuk keluar dari bath up kesayangan. Tidak ada tangan yang terjulur berarti tidak ada pula sapaan selamat pagi dengan embel '-chan' di akhir namanya. Pula hari ini, lagi-lagi pemilik surai hijau tersebut tak mengindahkan kehadirannya selama di sekolah. Bahkan Haru harus bersua terlebih dahulu untuk meminta Makoto mengambil penghapus miliknya yang tidak sengaja jatuh tepat di bawah kaki Makoto. Biasanya, tanpa bersuara sekali pun Makoto akan dengan sigap mengambil penghapus atau barang Haru yang jatuh di dekatnya.
Makoto juga tidak lagi bergabung di rooftop pada jam makan siang bersama dengannya, Nagisa, dan Rei dengan berbagai alibinya. Selama waktu latihan pun Makoto lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nagisa dan Rei. Seolah kehadiran Haru tidak terlihat oleh emerald-nya. Dan segalanya sudah dilakukan Makoto selama seminggu lebih.
Makoto benar-benar melepaskan Haru.
Membiarkan dirinya yang pergi dari hidup Haru.
Dan mengapa justru Haru yang tersakiti? Mengapa Haru yang harus merasakan perasaan bersalah ini? Bukan kah semua salah Makoto yang membuat rumit segalanya? Bukan kah Makoto yang membuat Haru mau tidak mau memperjelas garis perbatasan di antara mereka?
Haru benci Makoto yang membuatnya harus merasakan perasaan menyebalkan ini. Haru benci Makoto yang harus membuatnya memilih. Kenapa mereka tidak bisa seperti dulu? Kenapa Haru tidak bisa memiliki Makoto untuk tetap berada di sampingnya sebagai sahabat masa kecilnya? Haru tidak mengerti dengan segala yang terjadi. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia ketahui jawabannya.
"—Ru."
"Haru,"
Haru terkesiap tatkala tangannya di sentuh oleh seseorang. Membuatnya kembali dari lamunannya. "Oh, Rin. Ada apa?"
"Kau tidak mendengarkan?"
"Gomen." Lirih Haru. Seketika merasa bersalah karena mengabaikan Rin disaat mereka tengah melakukan kencan yang sudah direncanakan dari berminggu-minggu sebelumnya. Padahal, baik Rin maupun Haru sudah menanti momen kencan hari ini. Tapi yang terjadi, Haru malah memikirkan Makoto dan seperti tidak menikmati kencan hari ini.
"Apa kau sakit?" Tanya Rin dengan raut wajah khawatir. Meletakkan telapak tangannya di kening Haru, membandingkan suhu tubuh Haru dengan dirinya.
Sedangkan Haru hanya menggeleng. "Aku tidak sakit, Rin. Hanya saja..."
"Hanya saja kau sedang memikirkan pertengkaran antara dirimu dengan Makoto?" Wajah yang sedari tadi menunduk menatap hampa makanan di hadapannya kali ini terangkat. Menatap Rin terkejut. Kilatan mata Haru seolah bertanya 'bagaimana kau bisa mengetahui kami bertengkar?'
"Aku hanya menebak." Rin mengangkat bahunya santai. "Dan lagi, kalian berdua sangat mudah untuk dibaca. Sate, aku mendengarkan." Lanjut Rin yang membuat Haru menghela nafas.
"Makoto no baka." Kali ini manik kemerahan Rin yang membulat kaget. Baginya, ini adalah kali pertama ia mendengarkan Haru mengutuk Makoto, setidaknya dihadapan Rin.
"Pfft... Aku tidak menyangka bahwa kalimat pertama yang terlontar darimu adalah mengatai Makoto, Haru." Kekeh Rin.
"Rin!"
"Hai hai gomenasai." Rin mengelus rambut Haru lembut. "Kau boleh melanjutkan."
"Makoto bodoh itu... bagaimana bisa ia menyembunyikan rencana untuk kuliah di Tokyo dariku?! Padahal kami sudah berjanji untuk tidak menyembunyikan rahasia apapun sejak kami masih kecil. Dan sekarang ia mengingkari janji tersebut ditambah lagi yang ia sembunyikan adalah perihal penting. Menyebalkan."
"Haru, kau tidak berpikir bahwa kalian berdua akan selalu memegang janji sewaktu kalian kecil tersebut bukan?"
"Tentu saja aku akan terus memegang janji tersebut, Rin! Bukankah seorang laki-laki harus selalu memegang teguh janji mereka? Tidak peduli kapan dan dimana janji tersebut dibuat." Kali ini nada bicara Haru sedikit naik. Sapphire blue yang biasanya terlihat tenang sedikit terpercik kemarahan dan kekecewaan disana.
Rin menghela nafas kemudian membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. "Mungkin yang Haru katakan benar. Seorang laki-laki memang harus memegang teguh janji mereka. Tapi Haru, tidakkah Haru berpikir bahwa ada saatnya kalian tidak lagi bisa bertukar rahasia seiring dengan bertambahnya usia?"
"Rin, apa maksudnya?"
"Begini, suatu hari nanti baik kau atau pun Makoto akan menemukan pendamping hidup masing-masing. Kalian akan memiliki rumah tangga masing-masing, bukankah sudah sewajarnya kalian sudah berhenti menceritakan rahasia kalian dan lebih memilih untuk membaginya dengan orang yang kalian pilih sebagai pendamping hidup?"
Haru meneguk saliva-nya. Ketika mendengar pendamping hidup atau memiliki rumah tangga masing-masing, entah mengapa terasa mengganjal untuk Haru. Selama hampir seluruh masa hidupnya ia habiskan bersama Makoto. Mungkin yang ingin disampaikan Rin bahwa kepergian Makoto ke Tokyo adalah satu dari kemungkinan kenyataan yang lainnya, bahwa setelah mendewasa nanti, Haru tidak akan memiliki banyak waktu bersama dengan Makoto seperti saat mereka kecil.
Haru tau dan menyadari hal tersebut. Hanya saja...
Hanya saja tanpa Makoto ia...
"Maa, tidak usah dipikirkan. Beri Makoto waktu untuk menenangkan dirinya." Suara Rin untuk kesekian kalinya membuyarkan pemikiran Haru. "Lagi pula, bukankah sudah sangat wajar dalam sebuah hubungan ada pertikaian? Baik hubungan pertemanan, kekeluargaan, atau pun hubungan percintaan. Aku dan Sosuke, sejak dulu sampai saat ini kami sering bertengkar."
"Tapi ini pertengkaran pertama kami."
"Hounto?! Jaa kalau begitu ini adalah pengalaman bertengkar pertama kalian." Haru mengangguk sedangkan Rin mengernyit bingung. Padahal Haru sudah mengeluarkan isi hatinya, tapi mengapa seperti tidak terlihat beban yang terangkat sedikit pun?
"Haru, kau bisa menceritakan apapun padaku. Aku tau kau resah bukan hanya karena keputusan Makoto yang berkuliah di Tokyo tanpa membicarakannya padamu terlebih dahulu."
Menurut Haru, manik merah Rin seperti dapat melihat isi pikiran dan hati Haru. Laki-laki bersurai semi-long bewarna merah maroon tersebut selalu berhasil membaca dirinya. Sama seperti Makoto.
Haru meneguk saliva-nya. Ia ragu dengan keputusannya untuk menceritakan hal yang satu ini. Haru takut menyakiti dan merusak pertemanan mereka bertiga. Tapi rasanya berat sekali jika harus menanggung seorang diri. Setidaknya, Haru butuh seseorang yang dapat membantunya menyelesaikan permasalahan ini.
"Haru?" Rin mengelus punggung tangan Haru lembut.
"Ma-makoto..." Haru memberi jeda, membuat Rin menaikkan sebelah alisnya. Menunggu Haru melanjutkan kalimatnya. "Makoto... bilang bahwa ia menyukaiku."
Elusan Rin pada tangan Haru terhenti. Seperti ada udara dingin yang tiba-tiba berhembus dan membekukan dirinya. "S-souka?" Rin memaksakan seulas senyum sedangkan Haru mengangguk lemah. Haru mengangkat wajahnya ketika tangan Rin menjauh dari tangannya. Betapa terkejutnya Haru ketika melihat ekspresi yang sebelumnya tidak pernah ia lihat.
"Demo Rin, aku bilang ke Makoto bahwa aku sudah memiliki Rin. Dan seharusnya Makoto sudah meng—"
"Haru wa?"
"Huh?"
Manik kemerahan Rin menatap tepat mengenai sapphire blue Haru. "Bagaimana dengan Haru?"
"R-rin... apa mak—"
"Apakah... Haru juga menyukai Makoto?"
-Euphoria-
-To Be Continued-
HALO SEMUANYAAA~~~ WOAH LONG TIME NO SEE YA KITA~~ Terlebih setelah aku rilis ini FF dan baru bisa aku lanjutin sekarang huee gomenasai T.T semoga kalian masih menikmati chapter kedua ini dan masih penasaran dengan kelanjutan ceritanya hehehe.
Kalau begitu, Mato ga bakalan banyak cincong deh! Berhubung PR Mato masih banyak ke kalian, jadi Mato coba buat nyicil FF-FF yang lainnya juga hehehe. SEPERTI BIASA DAN TIDAK KETINGGALAN! BIG THANKS UNTUK KALIAN SEMUA~~~ TERIMAKASIH UNTUK TABURAN BINTANG DAN KOMENTAR YANG UDAH KALIAN TINGGALIN SETELAH MEMBACA!!!! Mato juga sangat terbuka atas kritik dan saran yang membangun dari kalian semua! HOUNTONI ARIGATO MINA-SAN T.T DAH LAH POKOKNYA MATO SAYANG SAMA KALIAN SEMUA MUAH MUAH MUAH *bow* *poof*
-Matokinite76
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top