Eugenika

Prompt No. 11: Kamu berusaha untuk mencurangi permainan musik Beethoven, sahabatmu.

***

Ada dua jenis manusia; berkualitas dan tidak berkualitas. Agar menghasilkan individu unggul, eugenika hadir untuk menjembatani hanya manusia berkualitas yang berhak mendapat pasangan. Ideologi tersebut lebih ditekankan kepada bangsawan. Alhasil, Pramoedya menanggung duka Keluarga Utama atas Beethoven sebagai putra mahkota yang berkebutuhan khusus.

"Kau idiot!" umpat Pramoedya kala diperintahkan memakai identitas Beethoven saat dijodohkan dengan Putri Elise, karena hanya dirinya yang menjalin hubungan dekat dengan Beethoven. Demikianlah, nasib dilahirkan pada Keluarga Cabang dari selir berdarah asia.

Pramoedya terus melontarkan sumpah-serapah tanpa perlu risau, sebab Beethoven seorang tunarungu. Satu-satunya tempat yang bisa menerimanya, adalah sebuah pentas pertunjukan para manusia nirkualitas.

Dari atas podium penuh gemerlap lampu sorot, seorang pria berdiri dengan postur tinggi semampai. Sebuah daging tumbuh membuat kulit wajahnya mengerut dan bahkan menghalangi gerak bibirnya saat berbicara. "Sambutan yang meriah untuk malam ini."

Para penonton merasa ngeri dengan wajah pria itu, tetapi pakaian formal dan rambut klimisnya menimbulkan kesan berwibawa. Mereka pun bertepuk tangan menyambut pembawa acara. "Baiklah, tunjukan kekurangan kalian, kemudian perkenalkan kelebihan kalian agar terlihat bernilai di mata manusia berkualitas."

Satu per satu dari mereka pun maju. Seorang wanita muncul sebagai peserta berikutnya. Dari kartu yang tersemat di dada, namanya Marry Ann Bevan. "Saat ini, umurku 33 tahun," ungkap wanita dengan paras lebih tua dari usianya itu.

Pertumbuhan hormon wanita itu tidak normal. Hidungnya mancung dan sangat menjorok. Dia memiliki mata panda yang ekstrem. Proporsi wajah persegi panjang disertai keriput semakin mendukung kesan penuaan dini. Marry Ann Bevan membiarkan dirinya ditertawakan sebagai wanita terjelek di dunia.

"Bukankah dia berbohong?" tanya Elise pada sang kekasih dari balik kursi penonton, tanpa tahu bahwa dirinya sebagai wanita tercantik pun dibohongi oleh Pramoedya yang menyamar menjadi Beethoven. Di sela-sela tawa, dia berkata, "Keduanya terlihat kembar. Miss. Bevan dan pembawa acara itu."

"Hati-hati dengan tawamu, Elise. Kau bisa menangis karenanya." Oleh sebab itulah Pramoedya mengajak Elise menghadiri acara ini untuk mengacaukannya. Beethoven hanya akan menjadi bahan tertawaan seperti Marry Ann Bevan jika seseorang tanpa pendengaran membawa konser musikal.

Keberadaan Elise pastilah membuat Beethoven urung melakukannya, karena ingin menjaga harga diri. Sebagaimana pun Pramoedya merasa kesal, dia tidak mau pria itu mencoreng status kebangsawanan jika melakukan kekonyolan semacam ini. Namun, ketika gilirannya tiba, Beethoven duduk dengan tenang di bangku piano.

Dia justru melempar senyum, saat menangkap sosok Pramoedya dan Elise tengah duduk di baris terdepan. "Kupersembahkan Sonata Nomor 31, Opus 110 untuk Elise," ucap Beethoven melalui mikrofon. Sementara sang pemilik nama dibingungkan, perihal pemuda asing yang lancang menyebut namanya.

Ketika tuts pertama ditekan, Beethoven merasa dia benar-benar menjadi pianis seutuhnya. Dinamika mezzo-piano nan lembut, bak pepohonan meluruhkan dedaunan saat musim gugur. Jatuh dengan halus terbawa angin sepoi-sepoi.

Tubuh Pramoedya seolah tergerak sesuai alunan musik. Dia memperpanjang kaki dari ubin lantai, kemudian mengulurkan tangan ke hadapan Elise untuk membawanya berkolaborasi menari balet. Elise lantas melompat kecil ke arahnya seraya menyambut uluran tangan. Keduanya bersama-sama melakukan gerakan assemble menuju podium, menari selaras Sonata No. 31.

Pada pertengahan movement, dinamika yang dihasilkan terdengar jenaka. Kontras dengan pasangan balet mendominasi lantai studio, membuat atmosfer membosankan beralih menjadi penuh euforia.

Sampai di penghujung pertunjukan, instrumen berubah menjadi crescendo, suara pelan itu berangsur nyaring. Seolah menggambarkan kekurangan Beethoven, ketulian dan ketidakberdayaannya. Hingga semua orang tahu bahwa dia adalah tunarungu yang tidak menyerah pada impian.

Beethoven memang takbisa mendengar, tetapi dia memainkan sonata dengan kekuatan pikiran. Beethoven bukan pula sosok berkualitas, tetapi dia berhak mendapat pengakuan dari khalayak. Begitu pun para manusia berkebutuhan khusus lainnya.

Meski mulanya Pramoedya mencoba menggagalkan konser dengan kedatangan Elise, pada akhirnya dia membantu membuka lebih lebar mata orang-orang. Atas itu, Beethoven menganggap Pramoedya laik keluarga sekaligus sahabat dan ingin melihatnya melepas penyamaran selama ini. "Tolong jaga Elise, Pram."

Sejak dulu, Pramoedya terkesima dengan kecantikan serta tarian balet Elise, karena itulah dia tetap menjalani hubungan dengan sang gadis meski 'atas nama orang lain'. Di podium yang disaksikan berbagai pasang mata, Pramoedya sekali lagi berlutut di hadapannya. "Izinkan aku menjagamu, Elise."

Elise berpaling untuk menyembunyikan rona di pipi. "Jika kauingin memekarkan sebuah bunga di hatiku, kauperlu memberikan benihnya untuk disemai. Biarkan ia tumbuh secara natural, lalu berguguran pada waktunya."

"Akan kubawa kau ke negara kelahiranku, Indonesia. Tidak ada musim gugur di sana dan bunga itu akan bermekaran dengan indah."

***

Jumlah Kata: 700

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top