7. Cymbopogon nardus (1)
Halo Kakak2.
Pd bab sebelumnya saat saya membahas tentang efek lemon water atau lemon juice yang tidak dapat menurunkan asam lambung, ada beberapa komen yg menanyakan apakah benar efek lemon water utk menurunkan asam lambung. Oleh krn itu, saya teliti ulang info yg saya peroleh.
Berikut adl skrinsut dari artikel penelitian yg saya baca.
Kalau berdasarkan skrinsut di atas, dijelaskan bahwa telah ada penelitian tentang efek antasida beberapa bahan makanan seperti brokoli, kale, timun, air perasan lemon, dsb. Pada poin 4 tertulis bahwa semua bahan makanan yang diuji (EXCEPT LEMON/ KECUALI LEMON) dapat menetralisir asam lambung. Maka berdasarkan hal itu, saya menulis bab sebelumnya.
Penelitian di atas dipublikasikan pada jurnal Q1, dengan impact factor yang baik. Sehingga saya cukup mempercayai hasil penelitian ini. Meski demikian, jika nanti di kemudian hari saya menemukan fakta lain tentang lemon water/lemon juice, saya akan update lagi info pada bab sebelumnya.
* * *
Seperti yang saya tulis di bab Heyho, bahwa Fitokimia ini bukan bidang keahlian saya.
Saya nggak perlu riset yang dalam saat menulis Formulasi Rasa atau Cerita yang Tidak Dimulai, sebab itu memang bidang yang saya tekuni: teknologi farmasi dan farmasi industri. Namun saat saya menulis Waktu yang Salah, saya perlu melakukan riset lebih banyak, karena seputar farmasi klinik.
Pun begitu saat menulis cerita ini. Fitokimia bukan bidang yang saya tekuni, sehingga saya melakukan riset lebih saat menulis ini. Meski demikian, bisa jadi riset yg saya lakukan atau info yang saya tuliskan tidak terlalu tepat atau kurang dalam, akibat waktu riset yang terbatas (kan supaya bisa update tiap hari, hehehe). Oleh karena itu, jika ada info kesehatan di cerita ini yang dirasa kurang tepat, mohon koreksi Kakak2 ya, spy saya melakukan riset lebih baik lagi.
Terima kasih utk Kakak2 yg setia dg cerita ini, dan makasih utk koreksi atas info2 kesehatan di cerita ini.
* * *
Selama 1 tahun Farah tinggal di Bali, sudah 6 kali Erlang mengunjungi gadis itu. Pada kunjungan pertama, Farah bersedia makan malam bersama dirinya, itupun dengan setengah dipaksa, karena mereka perlu membicarakan hal-hal yang tidak sempat dibicarakan sebelum perpisahan mereka di Jakarta. Tapi setelah itu, Farah biasanya menolak diajak makan bersama di luar. Bahkan dengan memasang wajah kasihanpun, Erlang tidak berhasil membujuk Farah. Baru pada 2 kunjungannya terakhir, Farah mulai luluh dan bersedia menemani Erlang makan bersama.
Meski awalnya kecewa dengan penolakan Farah, tapi ternyata ada hikmahnya juga penolakan Farah tersebut. Saat Erlang makan malam seorang diri, ia justru bertemu dengan Dodi, teman kuliahnya dulu yang kini tinggal di Bali. Hanya berawal dari obrolan santai dan iseng, entah siapa yang memulai, tiba-tiba saja mereka sepakat untuk membuka restoran.
Pada kunjungan-kunjungan Erlang berikutnya ke Bali, Farah masih menolak menghabiskan waktu lama dengan Erlang. Ia hanya menerima Erlang di teras kamar asramanya, atau sebentar saat istirahat siang di hotel. Selebihnya, Erlang memanfaatkan waktu untuk mematangkan rencananya bersama Dodi. Kini sudah 7 bulan restoran itu berdiri. Konsep dan lokasi mereka sepakati bersama. Erlang yang memilih chef, menu, staf dapur dan pemasok bahan. Sementara Dodi yang memilih staf lainnya serta berperan lebih banyak pada aspek manajerialnya.
Setelah restoran itu mulai beroperasi, bukan hanya pemasukan Erlang yang bertambah, tapi Erlang jadi punya alasan tambahan untuk terus berkunjung ke Bali. Meski sebenarnya Erlang tidak perlu sesering itu datang ke Bali untuk memantau restoran itu sendiri, karena toh seluruh urusan manajerial dikelola oleh Dodi, tapi Erlang selalu menggunakan alasan itu untuk menemui Farah. Farah jadi tidak bisa lagi terus menerus mengusir Erlang, karena kini Erlang ke Bali bukan hanya untuk menemuinya, tapi memang karena ada salah satu bisnisnya yang perlu dipantau.
Setelah kedatangannya yang ke-5, barulah Farah mulai luluh. Gadis itu memang masih belum mau diajak makan malam keluar, tapi saat Erlang datang dengan membawa makanan ke kamar asramanya, Farah tidak lagi mengusirnya dan mau makan malam bersama di teras kamar.
Jadi petang hari itu, sekembalinya ia dari restoran Dodi, Erlang datang ke asrama karyawan hotel dengan membawa grilled tuna kesukaan Farah.
Erlang baru saja memasuki gerbang asrama dan akan berbelok ke selasar menuju kamar Farah ketika ia tidak sengaja melihat sepasang muda-mudi yang sedang bercakap ---ralat, berdebat--- di depan pintu kamar, di sebelah kamar Farah. Karena hal itu terjadi tepat di samping kamar Farah, Erlang jadi sungkan mengganggu, sehingga ia memutuskan untuk berhenti dan menunggu di balik dinding.
"Kalau gitu, minggu depan ya? Sebentar doang, Ayu." Erlang mendengar suara seorang pemuda.
"Maaf, Adam. Minggu depan juga nggak bisa." Kali ini terdengar suara seorang gadis.
"Gimana kalau abis kamu pulang kerja, jam 4? Makan atau nonton aja, cuma sampai jam 8 malam. Masih ada waktu sebelum kamu mulai kerja lagi."
Hanya terdengar hening yang menjawab. Erlang juga tidak bisa melihat ekspresi Ayu karena terhalang pintu kamar yang sedikit terbuka.
"Makan aja deh kalau gitu?"
Hening lagi.
"Nonton deh kalau gitu. Kamu suka film apa?"
"Maaf ya, Dam," akhirnya Erlang mendengar suara gadis itu. "Aku capek banget kerja nonstop jam 9 malem sampai jam 4 sore. Jadi kalau ada waktu kosong di sore hari, aku lebih pilih buat tidur."
"Hari Minggu, Yu. Masa kamu nggak bisa libur kerja, sehari aja?" Suara pemuda itu tidak seperti sedang marah. Justru, lebih terdengar seperti putus asa.
"Sori, Dam. Tapi aku udah bilang kan, aku kerja tiap hari." Dan suara gadis itu terdengar dingin.
"Kenapa nggak berhenti aja dari kelab itu sih? Kerja sore di restoran aja Yu. Aku coba tanya temen-temenku ya, kali aja ada lowongan di restoran mana gitu. Aku khawatir sama kamu. Nggak aman buat gadis secantik kamu kerja di night club gitu. Pasti banyak laki-laki mata keranjang yang menggoda kamu."
Lalu Erlang mendengar hening lagi.
"Aku__sayang sama kamu, Yu," kata pemuda itu kemudian. Erlang yang sudah menduga bahwa pemuda itu memiliki perasaan khusus pada Ayu, sudah tidak kaget lagi. "Jangan kerja disana lagi ya."
"Tapi di kelab itu aku bisa dapat lebih banyak uang tip," Ayu akhirnya merespon.
"Tapi mereka ngasih kamu tip, supaya mereka bisa pegang-pegang kamu!"
Erlang tersentak dengan pernyataan pemuda itu yang sangat frontal. Tapi lelaki itu hanya bisa geleng-geleng kepala dari balik dinding.
"Kamu tahu, Yu? Beberapa temen ada yang suka ngomongin kerjaan kamu di club. Beberapa temen cewek malah bilang bahwa kamu...."
Terjadi jeda selama beberapa detik. Erlang menduga bahwa pemuda itu tidak sampai hati melanjutkan kata-katanya. Erlang sih sudah menduga bahwa yang akan dikatakan pemuda itu selanjutnya akan menyakiti hati Ayu.
"Perempuan nggak bener? Cewek murahan? Pelacur? Yang mau dipegang-pegang atau ditidurin demi uang?" Sekonyong-konyong Erlang mendengar kata-kata itu dari sebuah suara perempuan. Kenapa justru Ayu sendiri yang mengatakan hal itu tentang dirinya sendiri?
"Yu, please, jangan ngomong kayak gitu. Aku tahu kamu nggak kayak gitu." Suara sang pemuda terdengar kikuk dan salah tingkah.
"Tapi aku emang perempuan kayak gitu, Dam," potong Ayu cepat.
Setelahnya hening kembali selama sepersekian detik. Erlang tidak akan heran jika sang pemuda bernama Adam itu syok.
"Kamu... bilang gitu, cuma supaya aku mundur kan? Supaya aku pergi dan nggak deketin kamu lagi?" tanya Adam, terdengar hati-hati.
"Bilang gitu gimana?"
"Bilang bahwa kamu..."
"Perempuan nggak bener? Cewek murahan? Pelacur?" Ayu mengulang kata-kata itu dengan enteng. Erlang kemudian mendengar suara Ayu terkekeh kecil. "Apa kamu bakal mundur setelah tahu itu?"
Tidak terdengar jawaban Adam.
"Aku memang perempuan yang mementingkan uang, Dam," kata Ayu, dengan suara yang terdengar tegas. "Kalau kamu kecewa dan mau pergi, silakan, Dam."
"...kamu sengaja bohong, supaya aku pergi kan, Yu?" Kali ini suara Adam terdengar seperti orang yang meragukan dirinya sendiri.
"Menurut kamu, aku bohong?" Ayu balik bertanya. Suaranya terdengar santai.
Adam hanya merespon dengan diam.
"Kalau kamu mau anggap aku bohong, silakan aja, Dam. Yang penting aku nggak bohongin kamu."
* * *
Nah, makin jelas kan si Ayu seperti apa.
Baru kali ini saya bikin cerita, male lead nya brengsek, female lead nya bukan cewek manis. Bagi pembaca lama yg udah ngikutin bbrp cerita saya yg lain, mungkin kaget atau nggak nyaman dengan karakter2 di cerita ini. Tp semoga ga kapok bacanya ya Kak. Smg terus mengikuti cerita ini 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top