51. Jasminum sambac

Saya ingin memulai bab ini dg ucapan terima kasih dan permintaan maaf.

Terima kasih krn respon Kakak2 utk cerita ini, terutama untuk bab 50 kmrn daebak bgt. Mohon maaf saya blm bs membalas semuanya. Krn biasanya abis klik publish, trus saya huru-hara kembali dg kerjaan.

Terima kasih atas empati Kakak2 utk Ranu/Ayu. Respon dan dukungan dari Kakak2 menunjukkan bahwa masih byk org yg peduli dan berempati thdp korban kekerasan seksual.

Selama ini ada byk masyarakat yang dengan mudah menyalahkan korban kekerasan seksual krn pulang malamlah, krn berpakaian seksi lah, atau karena2 yg lain. Padahal bagaimanapun kondisi korban, yg pny "kendali terhadap penis" kan pelakunya ya. Kalau smp ada kasus kekerasan seksual, bukan krn korbannya "membuka peluang/memberi kesempatan" tapi krn pelakunya yg ngga punya kendali diri.

Selama ini masih banyak juga orang yg kurang bs berempati saat mendengar kasus KDRT.

"Dih, bego banget sih. Masa dipukulin diem aja. Lapor polisi lah. Masa gitu aja ga ngerti."

"Dipelet kali tuh. Masa udah dianiaya kayak gitu masih aja cinta dan ga minta cerai."

"Tiap orang itu ada kekurangannya. Termasuk suami, ada kekurangannya. Sepanjang bertanggung jawab terhadap nafkah keluarga, kl dia agak tempramen ya dimaklumi. Jangan mengumbar aib suami."

Beberapa komentar di atas biasanya membuat korban KDRT makin terpuruk dan merasa makin bego. Kadang ada yg spt Yujin, tahu hrs lapor polisi tp ada keterbatasan2 ttt yg kita ga tahu. Ada juga komentar yg bikin korban KDRT merasa sbg istri durjana krn mengumbar aib suami. Padahal KDRT itu bukan sekedar aib, tp tindakan kriminal.

Tapi membaca komentar Kakak2 semua yg sgt suportif utk Yujin, saya jadi optimis, bahwa disini masih banyak orang2 yg punya hati dan dpt berempati pd para korban.

* * *

Meski saya bisa saja tidak secara eksplisit menuliskan adegan kekerasan, namun saya justru memutuskan sebaliknya. Saya sadar saya menulis adegan kekerasan dan umpatan kasar dg cukup eksplisit (meski tidak sekasar aktual, krn saya jg ga kuat). Tujuannya adl utk memberikan gambaran, seberat itu yg dihadapi korban kekerasan.

Di bab2 perkenalan cerita ini, saya sudah memberi warning bhw cerita ini dark (meskipun tema bunga2an), hny utk dibaca bagi yg sdh dewasa. Di tiap bab yg mengandung adegan sensitif, saya jg memberi warning. Meski demikian, ternyata tetap ada pembaca yg merasa tidak nyaman dan merasa trauma saat membaca cerita ini. Saya jg tdk mengantisipasi ada bbrp pembaca yg memiliki pengalaman dg kasus kekerasan ini (baik pribadi maupun orang terdekat). Untuk itu, saya memohon maaf kepada semua pembaca yg merasa terjebak, tersakiti, trauma dan tidak nyaman krn terlanjur membaca cerita ini 🙏🏻🙏🏻

After all, dengan segala kekurangan cerita ini, terima kasih Kakak2 tetap mendukung cerita ini dengan vote n komen2 yg masyaAllah.

Akhir kata, selamat membaca bab terakhir cerita ini 😘😘

* * *

Sudah banyak penelitian tentang khasiat farmakologis melati. Ada yang meneliti efek antibakteri, antiinfamasi, anti-aging dan antihipertensi. Namun belum ada satupun yang sampai ke tahap uji klinik pada manusia. Meski demikian, aroma melati yang menenangkan terbukti bermanfaat untuk aromaterapi.

Tapi aroma melati yang memasuki indera penciumannya tidak mampu membuat Erlang tenang. Alih-alih tenang, aroma melati yang menguar, bercampur petrichor setelah hujan, dari taman RS justru membuat Erlang teringat suasana di pemakaman. Ia menggelengkan kepalanya, tidak ingin memikirkan kemungkinan itu.

Tapi bagaimanapun menolak memikirkan hal tersebut, Erlang tetap merasa ketakutan. Ini hari ketiga sejak gadis itu dilarikan ke RS, tapi Ayu belum juga sadarkan diri.

Dengan gemetar tangan Erlang terulur menyentuh lengan Ayu. Bahkan setelah 3 hari melihat Ayu dari dekat, Erlang tetap gemetar melihat kondisi Ayu saat ini.

Erlang pernah melihat Ayu hanya dengan tanktop atau handuknya. Kulitnya lembut dan bersih. Tapi gadis di hadapannya ini, kulitnya penuh dengan luka lebam, memar, lecet dan luka bakar. Lebam yang sama juga terlihat di wajah gadis itu. Sebagian luka sudah mengering dan membaik. Tapi yang lebih mengerikan pasti adalah luka di dalamnya.

Ayu mengalami pendarahan hebat ketika tiba di RS, akibat keguguran. Kombinasi penganiayaan di tubuhnya, dan pendarahan yang dialaminya menyebabkan Ayu belum juga sadar sampai saat ini.

"Saya nggak kuat lagi, Pak."

Erlang menjatuhkan kepalanya ke ranjang, tempat tubuh Ayu terbaring tidak bergerak. Ia mengenggam tangan Ayu dengan erat dan kembali menangis.

"Peluk saya, Pak."

Harusnya sore itu ia memeluk gadis itu. Dengan erat, seperti yang dirinya sendiri menginginkannya. Memberikannya kekuatan yang dibutuhkannya. Bukannya sibuk mempedulikan pendapat orang jika ia memeluk istri orang. Bukannya sibuk mengkhawatirkan tanggapan suami Ayu jika melihat istrinya dipeluk lelaki lain.

Sore itu, melihat wajah Ayu yang lelah, Erlang sangat ingin memeluknya, menguatkannya. Tapi ketika melihat wajah suami Ayu yang menatap dari balik punggung gadis itu, Erlang menahan diri. Ia takut sikapnya akan membuat suami Ayu akan marah dan kembali memukul Ayu.

Siapa sangka, bahkan meski Erlang sudah menahan diri untuk tidak memeluk Ayu, si Bayu Bangsat itu tetap saja memukuli Ayu. Kalau tahu kejadiannya akan seperti ini, harusnya sore itu ia membawa pergi gadis itu, merebutnya dari lelaki itu.

Dan kini Erlang sangat menyesali keputusannya yang pengecut.

Erlang menegakkan tubuhnya, menghapus air matanya dan melepaskan tangan Ayu ketika pintu ruang rawat Ayu terbuka. Enggar masuk, dan meski Erlang sudah menghapus air matanya, Enggar tetap melihat bekas sembabnya di sekitar mata Erlang.

"Makan siang dulu, Pak," kata Enggar, sambil meletakkan dua kotak nasi goreng dan dua botol air mineral di meja yang berada di depan sofa bed, yang berada di sisi kamar rawat itu.

Erlang bangkit dari duduknya dan menghampiri Enggar yang telah lebih dahulu duduk di sofa bed dan membuka bungkus nasi gorengnya. Mereka kemudian duduk bersisian, memakan nasi gorengnya masing-masing dalam diam.

"Pak Erlang, saya boleh tanya?" tanya Enggar, memecah keheningan diantara mereka.

"Ya?" Erlang menoleh. Masih sambil mengunyah.

"Saya boleh tahu, sebenarnya Bapak dan Mbak Ranu ada hubungan apa?" tanya Enggar hati-hati.

"Kami nggak ada hubungan apa-apa," jawab Erlang.

"Oh..." Enggar tidak benar-benar tahu ia mengharapkan jawaban seperti apa. Jadi hanya respon itu yang diberikannya. "Maaf ya Pak, kalau pertanyaan saya menyinggung. Saya ndak bermak___"

"Tapi saya sayang sama kakak kamu," potong Erlang. Suaranya tenang, tapi yakin.

Sudah terlalu lama ia denial. Sudah terlalu banyak ia membuang waktu hingga kini tidak ada lagi waktu yang tersisa untuknya dan Ayu. Jadi kini, meski tidak tahu akhir kisah ini seperti apa, ia tidak mau lagi menafikkan perasaannya pada gadis itu.

Tidak mungkin ia sengaja mencari alamat Ayu dan jauh-jauh dari Jakarta ke Surabaya kalau hanya untuk mengembalikan hoodie yang ketinggalan dan membayarkan gaji kan? Tidak mungkin ia segera memesan penerbangan ke Malang saat tahu ibu Ayu meninggal, kalau hanya karena sekedar peduli pada karyawan kan?

Enggar menghentikan makannya dan menatap serius pada Erlang.

"Bapak sayang sama Mbak Ranu?" tanya Enggar memastikan. "Maksudnya apa? Sayang sebagai..."

"Sebagai perempuan yang saya cintai."

"Tapi pacar Bapak gimana?" refleks Enggar bertanya. Ia teringat ketika tiga hari lalu melihat Erlang dengan seorang wanita di toko pakaian di pusat perbelanjaan.

"Pacar siapa?" Erlang balik bertanya, bingung.

Enggarpun menceritakan kejadian tiga hari lalu di mall kepada Erlang. Dan cerita itu sukses membuat Erlang membalas tatapan Enggar dengan ngeri.

"Saya memang pernah punya masa lalu dengan perempuan itu. Tapi jauh sebelum ini, hubungan kami sudah benar-benar berakhir," kata Erlang. "Kakak kamu salah paham. Kemarin Farah sedang gathering kantor ke daerah Batu. Kebetulan saja kami ketemu."

Enggar meneliti wajah Erlang, apakah lelaki itu bohong atau tidak. Tiba-tiba saja perasaan Erlang tidak enak.

"Ayu nekat memancing kemarahan Bayu ini, bukan karena melihat saya dan Farah kan?"

Enggar juga berpikir hal yang sama. Tapi ia memilih tidak menjawab.

"Shit!" Erlang memaki pelan. Sebenarnya ia sedang memaki dirinya sendiri.

Lalu entah mengapa, tiba-tiba saja monitor denyut jantung Ayu memperdengarkan bunyi aneh yang panjang. Enggar segera waspada dan bangkit dari duduknya, menekan tombol emergency di samping ranjang Ayu. Sementara Erlang, tidak sabar menunggu dokter datang, ia segera keluar ruang rawat dan memanggil sendiri para perawat dan dokter.

Kedua lelaki itu berdiri bersisian di sofa, menyaksikan paramedis dengan cekatan menangani Ayu. Dalam hati masing-masing mereka berdoa. Harap dan putus asa tumpang tindih dalam doa mereka.

"Saya jatuh cinta sama Pak Erlang." Kalimat itu kini menghujam Erlang tepat di ulu hati. Rasanya sakit sekali.

Aku juga cinta kamu, Yu! Jangan pergi dulu! Aku belum bilang ini ke kamu!

Erlang terus-menerus meneriakkan hal itu di dalam hatinya, sambil terus menatap Ayu tanpa putus. Ia berharap, dalam keadaan koma seperti itu jiwa Ayu dapat mendengar jiwanya.

Keadaan berangsur tenang ketika suara monitor denyut jantung Ayu kembali terdengar teratur, dan kesibukan paramedis mereda. Setelah memberikan informasi kepada Erlang dan Enggar, dan meminta keluarga pasien untuk membantu memantau kondisi pasien, dokter penanggung jawab pamit keluar ruangan.

Setelahnya Erlang langsung kembali ke sisi ranjang Ayu dan meraih tangan gadis itu.

"Jangan bikin kaget! Ayo cepat bangun!" kata Erlang sambil menciumi punggung tangan Ayu yang tidak terhubung dengan selang infus.

Enggar menghela nafas lega, berdiri di sisi lain ranjang Ayu. Memerhatikan sikap lelaki itu kepada Ayu.

"Malam ini, biar saya yang jaga Ayu," kata Erlang kemudian, mengangkat kepalanya, menatap Enggar.

Enggar tahu ia tidak bisa menggugat keputusan lelaki itu. Lagipula sejauh ini lelaki itu terlihat cukup dapat dipercaya dan diandalkan. Jadi Enggar hanya mengangguk.

"Aku sayang kamu, Ayu." Kembali Enggar mendengar Erlang mengajak bicara kakaknya. "Kamu salah paham. Aku sama sekali nggak berhubungan lagi sama Farah. Kemarin kami cuma nggak sengaja ketemu. Aku udah sadar, aku sayang sama kamu. Kamu dengar kan Yu? Bangun ya. Supaya aku bisa ngomong langsung ke kamu. Kamu juga sayang sama aku kan?"

"... ge-er... jangan... naksir..."

Kecupan di punggung tangan Ayu terhenti. Erlang mengangkat kepalanya yang semenjak tadi tertunduk menciumi tangan Ayu. Lalu menoleh pada wajah gadis itu.

Mengerjap, Erlang berusaha memfokuskan pandangannya. Ia menghapus air matanya. Dan kini lebih jernih, ia melihat sepasang mata kecil menatapnya dengan lemah.

"Jangan GR!" suara itu berbisik lemah. "Saya nggak naksir Bapak."

Diantara air mata yang menggenang, kabut yang menutupi penglihatannya, bibir Erlang tertarik lebar. "Iya, kamu nggak naksir aku. Tapi aku sudah terlanjur jatuh cinta sama kamu."

"Mbak Ranu..."

"Panggil dokter lagi, Nggar!" perintah Erlang, sebelum Enggar melangkah mendekat. "Bilang Mbak Ranu sudah sadar."

Dengan cekatan Enggar menuruti perintah Erlang. Ia keluar kamar rawat untuk memanggil dokter kembali.

Dan begitu pintu kamar ditutup, Erlang dengan cepat menjatuhkan diri di atas tubuh Ayu. Memeluknya dengan sepenuh perasaan.

"Aku sayang kamu, Ayu. Makasih sudah kembali. Makasih. Makasih."

Dengan gerakan lemah dan perlahan, tangan Ayu terangkat ke punggung Erlang. Lembut Erlang merasakan belaian di punggungnya. Dan ia berjanji tidak akan melepaskan tangan itu lagi.

* * * END * * *

Yeay! Akhirnya!
Happy ending kan Kak. Hehehe.

Minimal, Ayu ga meninggal kan. Krn di luar sana byk korban kekerasan seksual dan KDRT yang masih struggle untuk mendapatkan happy ending, maka melalui cerita ini, saya mendoakan happy ending untuk mereka semua.


Cerita ini sudah diterbitkan oleh Karos Publisher. Untuk Kakak2 yg ingin pesan bukunya, bisa menghubungi admin Karos Publisher di 087777936463.

Bagi Kakak2 yg males nyimpen buku fisik dan prefer baca buku di hp, bisa beli bukunya di google playbook di bit.ly/EugeniaPS

Kakak2 juga bisa baca di Karyakarsa akun karospublisher. Tersedia 3 pilihan:
- extra part bab 31-35
- extra part bab 36-40
- seluruh buku bab 1-40

"Lho, di WP udh smp bab 51, kok di KK cm smp bab 40?"

Sebab setelah proses editing, keseluruhan buku Eugenia ini jadinya total 40 bab. Dan bab 51 di WP ini equal dengan bab 30 di buku/e-book. Oleh krn itu, yg ingin baca extra part aja, monggo pilih bab 31-35 dan bab 36-40.

Ada byk pertanyaan yg belum terungkap smp disini. Dan bbrp pertanyaan tsb akan terjawab di extra part bab 31-35 dan bab 36-40:
- siapa yg bawa Ranu ke RS?
- nasib Bayu (atau ada yg penasaran sm Rudi? Haha)
- perjuangan Ranu untuk pulih
- perjuangan Erlang untuk mendapatkan Ranu (oh iya, dia bakal jd bucin!)
- perjalanan Ranu selanjutnya (lanjut kuliah ga, kerja dmn, nikah sama siapa)
- ayah dan ibu kandung Ranu
- scene uwuwuwu? Tentu ada juga.

Apa lagi ya hal2 yg Kakak2 ingin baca di extrapart?

Oiya, seperti juga CYTD dan WYS, ada agenda khusus jg yg ingin saya bawa dlm cerita Eugenia ini. Nah, utk cek apakah misi saya tsb tersampaikan atau ga, saya mau survey dong, smg Kakak2 berkenan menjawab: Hal/manfaat apa yg Kakak2 dapatkan stlh membaca cerita ini?

Oiya, utk perbaikan cerita saya berikutnya, monggo kalau ada kritik/saran utk cerita ini. Spy cerita saya berikutnya bs lbh baik.

Akhir kata, terima kasih byk atas dukungan Kakak2 semua utk cerita ini selama 51 bab ini. Mohon maaf atas byk kekurangan dlm cerita ini.

* * *

Selanjutnya, setelah cerita dark romance yg menguras hati ini, berikutnya saya akan republish, sekaligus berusaha menamatkan cerita lain berjudul EKSIPIEN.

EKSIPIEN ini merupakan project Zodiac Series Karos Publisher tahun 2023. Tapi saya belum berhasil menamatkannya. Jadi setelah ini saya akan republish dan menyelesaikan cerita ini.

Berbeda dg Eugenia yg menguras hati, EKSIPIEN ini genrenya comedy-romace. Saat membaca, ga perlu mikir berat. Receh2 manis aja gitu. Cocok buat healing2 setelah baca Eugenia.

Siapa Kakak2 yang udah pernah baca EKSIPIEN dan nunggu kelanjutannya?

Oiya, selain nungguin EKSIPIEN, Kakak2 juga mampir ke cerita saya yg lain:
- Cerita yang Tidak Dimulai
- Waktu yang Salah
- Formulasi Rasa
- Segitiga Bermuda
- Season of Love
- Slice of Love

Sampai jumpa di cerita lain, Kak 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top