24. Allium Sativum (1)


"Saya suka postingan instagram kafe kita beberapa hari ini." Erlang mengunyah ramyun-nya sambil terus menggulir ponselnya yang menampilkan akun instagram kafenya.

Saat ini Erlang sedang berada di ruangan Windy, sang Manajer Kafe. Beberapa hari ini ia tertarik pada perubahan di IG kafenya, sehingga hari itu ia memutuskan untuk datanf ke kafe dan ngobrol dengan Windy.

Ia merasa postingan IG kafe nya beberapa hari ini terlihat lebih menarik. Bukan hanya fotonya yang terlihat lebih estetik. Tapi captionnya juga lebih menarik. Kalau selama ini foto-foto menu kafe mereka hanya menyertakan komposisi bahan, kalori dan harga menu, pada beberapa postingan terakhir, caption foto IG tersebut berupa healthy facts menu-menu mereka. Dan karena ditulis dengan gaya bahasa yang luwes, info kesehatan tersebut tetap terasa menarik untuk para follower mereka yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pekerja muda.

Udah pada tahu kan, Chingu, kalau kimchi itu bukan cuma enak, tapi juga sehat? Kandungan Lactobacillus sp. sebagai hasil fermentasi kimchi sehat untuk pencernaan lho! Say no to inflamasi saluran cerna, say no to sembelit deh kalau rajin makan kimchi.

Pada postingan lain, menampilkan foto seorang pria muda yang sedang menyantap menu korean barbeque. Erlang tidak mengenalnya, tapi dia tahu bahwa pemuda itu adalah salah satu waitress di kafenya. Wajah pemuda itu memang cukup menarik, sehingga wajar saja kalau postingan itu mendapat banyak love.

Di bawah foto itu, Erlang membaca caption menarik lainnya.

Annyeong, Chingu! Udah pada tahu kan, kalau makan grilled meat ala Korea ini dibungkus dalam Ssam? Tambah cabe atau bawang putih dan sausnya, dibungkus selada atau perilla, trus langsung di-hap! Kayak Oppa kita yang satu ini.

Eh? Chingu ga suka makan bawang putihnya? Padahal bawang putih banyak manfaatnya lho. Bisa mengencerkan darah dan menurunkan tekanan darah. Jadi kita nggak perlu khawatir hipertensi setelah makan grilled meat sepuasnya. Mungkin juga bisa meredakan hipertensi ngadepin dosen atau bos yang ngegas mulu.

Oppa, mau dong di-hap! Ups, maksudnya, mau dong disuapin 😘

"Saya suka info di setiap foto. Follower jadi tahu healthy facts menu-menu kita. Saya rasa itu bagus, Mbak."

Erlang meletakkan chopstick nya dan mengangkat wajah dari ponselnya, menatap perempuan di hadapannya.

"Mbak Windy pakai jasa fotografer dan content writer profesional sekarang? Tapi nggak mengganggu keuangan kafe kan?"

"Nggak kok Pak," jawab Windy. "Saya nggak mungkin pakai jasa profesional tanpa ijin dulu ke Pak Angga kan."

"Jadi ini?"

"Keponakan Bapak."

"Hah?" Erlang tampak bingung sesaat.

"Si Ayu, Pak," jawab Windy. "Keponakan Bapak kan?"

Erlang mengerjap. "Eh, oh, iya. Ayu," Erlang tergeragap.

"Dia pinter ambil angle dan ngatur pencahayaan yang pas buat foto menu. Pakai ponsel saya doang padahal. Trus dia iseng nulis caption yang lucu-lucu. Mungkin karena dia masih muda ya, jadi bahasanya nyambung sama customer kita yang mahasiswa dan pekerja muda. Sejak itu, tiap dia dapet ide yang lucu, dia minta ijin saya update akun IG. Dan melihat jumlah love yang naik terus, ya saya ijinin, Pak. Jadi itu gratisan sih, Pak."

Erlang termenung sesaat. Ternyata Ayu bisa fotografi juga.

"Dan ini menambah jumlah pengunjung?" tanya Erlang.

"Ada penambahan, tapi nggak signifikan Pak," jawab Windy. "Tapi order gofood/grabfood jadi naik banget."

Erlang mengangguk-angguk. Ternyata gadis itu punya kemampuan lebih. Tidak rugi ia mempekerjakan anak itu.

Erlang kembali menunduk dan menggulir profil IG di ponselnya.

"Anak ini waitress kita kan?" tanya Erlang, sambil menunjuk wajah pemuda yang terpampang di salah satu status IG tersebut.

"Iya, Pak," Windy mengangguk sambil tersenyum. "Si Andri. Kata Ayu, ganteng. Ya saya juga mikir dia ganteng sih. Hehehe. Trus Ayu bilang, kalau kita pakai Andri sebagai model, pasti cewek-cewek mahasiswa bakal banyak yang love. Dan ternyata bener, Pak. Apalagi ditambah caption yang ditulis Ayu, bahasanya centil gitu. Jadi follower kita banyak yang komen juga."

Erlang mengangguk-angguk. Pemuda ini memang tampan. Dan kalimat pada caption yang dibuat Ayu memang cukup centil.

Selain mendiskusikan perubahan gaya promosi pada IG kafe mereka, Erlang juga membicarakan beberapa hal tentang manajemen kafe dengan Windy hingga menjelang sore.

Setelah keluar dari ruangan Windy, Erlang mampir ke toilet, sebelum benar-benar keluar dari kafe. Saat keluar dari toilet itulah Erlang tidak sengaja melihat Ayu sedang bicara dengan seorang lelaki di koridor kecil dekat toilet.

Lelaki yang sedang bicara dengan Ayu itu, Erlang mengenali wajahnya sebagai pemuda yang menjadi model di akun IG kafe. Seingat Erlang pemuda itu sudah setahun ini bekerja di kafe. Beberapa kali bertemu, Erlang mendapat kesan bahwa pemuda yang sepertinya juga berusia 20 tahunan ini cepat dekat dan akrab dengan banyak pegawai perempuan. Mungkin juga seorang playboy. Melihat wajahnya yang tampan, wajar saja sebenarnya. Selama ini Erlang tidak mempermasalahkannya, selama kinerjanya di kafe baik. Apalagi sikap pemuda itu yang juga ramah kepada para pengunjung, barangkali sudah berhasil membuat banyak pengunjung (perempuan) sering kembali ke kafe ini. Tapi kali ini melihat pemuda itu berbincang dengan Ayu, Erlang jadi merasa waspada, entah mengapa.

"Nanti pulang kerja, jadi kan Yu?" Begitu kata-kata Andri yang tidak sengaja tertangkap oleh telinga Erlang.

"Kalau nggak ngerepotin kamu, boleh Ndri," terdengar suara Ayu.

"Nggak repot lah. Buat kamu."

Erlang mendengus mendengar percakapan kedua orang itu. Tapi saat melangkah melalui kedua orang itu, Erlang memasang wajah datarnya.

"Sore, Pak Angga," sapa Andri sopan sambil tersenyum lebar pada Erlang.

"Sore, Pak Angga," sapa Ayu juga. Tapi tanpa senyum.

Angga?

Erlang menatap tajam pada Ayu. Tapi gadis itu membalasnya dengan tatapan datar. Tenang. Sama sekali tidak terlihat menantang. Tapi Erlang tetap merasa gadis itu sedang menantangnya.

Apa-apaan anak ini, sok manggil Angga?

* * *

Sore hari, setelah tiba di rumah, dan menerima pesan dari Ayu, barulah Erlang memahami maksud percakapan Ayu dan Andri di koridor kafe tadi.

Eugenia: Sore, Pak. Maaf sy ijin pulang malam. Kl Bapak makan malam di rumah, sy sdh siapin sayur n lauk di kulkas, Pak.

Erlang tentu saja tidak merasa perlu membalas pesan itu. Ayu tidak meminta ijin, dia hanya memberi informasi. Diberi ijin atau tidak, toh Ayu tetap akan pulang malam kan.

Ngapain coba, berduaan sama laki-laki, pulang malam?

* * *

Ayu baru tiba di rumah jam 8 malam. Memang belum terlalu malam, tapi mengingat Ayu biasa tiba di rumah jam 5 sore, Erlang jadi punya alasan untuk mengomentari.

"Ngapain aja, sampai baru pulang jam segini?" sapa Erlang, yang sedang duduk di ruang tengah, ketika melihat Ayu melangkah menuju kamarnya.

Ayu yang mendengar sapaan itu, langsung menghentikan langkahnya dan menoleh pada sumber suara.

"Pergi kemana kamu?"

"Tadi pergi sama temen, Pak, lihat____"

"Temen, siapa?" potong Erlang, dengan nada interogatif.

"Emmm, Andri. Temen di kafe. Yang tadi ketemu Bapak juga."

"Sudah makan?"

Ayu sempat terdiam sesaat, mungkin bingung dengan pertanyaan tiba-tiba belok tanpa lampu sen, sebelum menjawab pertanyaan Erlang. "Sudah, Pak."

"Enak ya, makan malam di luar berdua bareng cowok. Sampai nggak mikirin saya udah makan atau belum."

Ayu menatap Erlang, makin bingung.
"Bapak belum makan? Kan saya udah siapin sayur dan lauk di kulkas."

"Jadi saya sendiri yang harus menyiapkan sampai siap makan?"

"Kan tinggal masukin microwave, Pak. Lagian, kata Bapak, tugas saya cuma ngurusin rumah. Bapak sendiri yang bilang, saya nggak usah ngurusin Bapak."

"Kamu berani bantah saya ya?!" geram Erlang.

* * *

Apaan sih Om, ngegas mulu? Makan bawang putih gih!

* * *

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top