17. Myristica fragrans (2)

"Kata orang, kalo abis keringetan, jadi gampang tidur, Pak. Mau dibikin keringetan nggak?"

HAH?!
Asdfghjkl!

Belum juga reda kekagetan Erlang atas tawaran Ayu, gadis itu sudah ngeloyor pergi. Erlang pikir gadis itu menuju kamarnya. Tapi ternyata justru melangkah ke arah dapur.

Sial! Cuma ditanya seperti itu saja, jantungnya sudah deg-degan. Sungguh memalukan!

Tadinya Erlang ingin mengabaikan apapun yang dilakukan Ayu di dapur. Tapi ketika setelah lewat beberapa menit gadis itu tidak keluar juga dari dapur, Erlang jadi heran. Apakah membuat segelas susu butuh waktu selama itu? Atau jangan-jangan gadis itu kesulitan mencari barang dan bahan di dapur?

Akhirnya Erlang memutuskan untuk menyusul Ayu ke dapur. Dan ternyata gadis itu sedang berdiri di depan kompor yang menyala, dengan sebuah panci di atasnya.

"Kamu masak?" tanya Erlang sambil melangkah mendekat. "Masak apa malam-malam begini?"

Erlang pulang malam hari ini dalam keadaan sudah makan di luar. Tapi tadi ia sudah bertanya pada Ayu, dan gadis itu bilang bahwa dirinya sudah makan malam. Jadi kenapa sekarang gadis itu memasak lagi?

Erlang berdiri di samping Ayu dan mendapati gadis itu sedang mengaduk sepanci sayur sop.

Meski pulang malam, sore tadi ia sempat mampir ke supermarket untuk membeli sayur, buah, daging dan telur untuk mengisi kulkasnya yang tadi pagi sudah kosong.

"Tunggu sebentar ya Pak. Biar wortelnya matang dulu," kata Ayu.

"Sop ini buat saya?"

"Iya. Kan tadi katanya Bapak susah tidur. Jadi saya bikinin ini."

"Sejak kapan sayur sop bisa membantu orang tidur? Saya belum pernah denger tuh," tanya Erlang, tersenyum mengejek.

"Ini bukan sayur sop biasa Pak."

"Hmm?"

"Tungguin aja. Hush, hush, sana! Tunggu aja di ruang makan!"

Erlang mengernyitkan dahi. Anak ini baru berada di rumah ini 30 jam yang lalu, tapi kenapa sudah berani-beraninya mengusir Erlang dari dapurnya sendiri?

Tapi karena sedang malas berdebat malam-malam, Erlangpun menurut. Ia menunggu di ruang makan sampai beberapa menit kemudian Ayu menyajikan semangkuk sop panas di hadapannya.

"Masih panas, Pak. Tunggu sebentar lagi, baru dimakan," kata Ayu ketika menyajikan sop itu.

Gadis itu kembali ke dapur dan setelahnya, Erlang mendengar suara seseorang mencuci peralatan masak.

Erlang mengambil sendok yang disiapkan Ayu di sebelah mangkuk, lalu mulai mengaduk pelan sayur sop yang masih mengepulkan uap panas itu. Aroma sejumlah rempah memasuki indera penciumannya. Dan meski Erlang bukan chef profesional, tapi karena kegemarannya memasak, ia mengenali aroma rempah-rempah ini.

Erlang bertanya-tanya, apa istimewanya sop ini? Memang ada aroma lada yang kuat dari sop ini, tapi itu sesuatu yang biasa. Maksudnya, ada beberapa orang yang memang menambahkan lada agak banyak pada sayur sop yang dimasaknya. Isi sop berupa wortel, buncis, jagung pipil, kol dan sedikit tomat, juga merupakan komposisi yang biasa saja. Jadi apa istimewanya?

Setelah kuah sop itu tidak terlalu panas lagi, Erlang mulai mencicipinya. Rasa hangat langsung menyebar mulai dari mulut hingga perutnya. Seperti yang diprediksinya dari aromanya, Ayu menambahkan banyak bubuk lada pada sop itu. Tapi pada suapan kedua, Erlang menyadari, bukan hanya banyaknya bubuk lada yang berbeda pada sayur sop ini.

Saat itulah Erlang melihat Ayu keluar dari dapur.

"Kamu pakai bubuk pala?" tanya Erlang.

Ayu mengangguk sambil meletakkan segelas air putih di hadapan Erlang.

Menambahkan bubuk pala pada sayur sop juga bukan hal yang spesial. Banyak juga orang yang suka menambahkan bubuk pala pada resep sayur sopnya. Tapi masakan Ayu ini menggunakan cukup banyak bubuk pala.

Memakan semangkuk sup kaya rempah ini sudah jelas akan membuat tubuhnya merasa hangat dan berkeringat. Jadi ini maksud Ayu tentang usaha membuatnya berkeringat? Huh! Padahal otak Erlang sudah melanglang buana. Erlang jadi malu pada otaknya sendiri.

"Bubuk biji pala mengandung myristicin yang bersifat sedatif ringan. Jadi bisa membantu orang yang susah tidur," kata Ayu menjelaskan.

Erlang terkesima sesaat, tapi entah mengapa ia kemudian tertawa.

"Kamu lucu ya," kata Erlang. "Beberapa kali saya perhatiin, kamu tahu banyak tentang tanaman yang berkhasiat obat ya? Kamu bercita-cita jadi tabib apa gimana?"

Tapi alih-alih menjawab pertanyaan Erlang, Ayu malah mengalihkan jawabannya. "Jangan terlalu perhatian, Pak. Nanti naksir."

Erlang mendelik. Tapi Ayu mengabaikannya, seolah tidak peduli pada respon lelaki itu.

"Oiya, makasih sudah beresin rumah ini," kata Erlang.

Setelah selesai mandi dan bersantai di ruang tengah, ia baru memerhatikan bahwa rumahnya jadi lebih bersih dan rapi. Pakaian-pakaiannya juga sudah dicuci dan disetrika rapi. Sejak Mbok Nah, ARTnya yang sebelumnya mudik, Erlang terbiasa membawa pakaiannya ke tempat laundry. Tapi karena sekarang sudah ada Ayu, ia tidak perlu melakukannya lagi.

"Kan memang kerjaan saya, Pak," jawab Ayu. "Saya balik ke kamar ya Pak."

Ayu baru akan berbalik, ketika suara Erlang menghentikannya. "Kamu memang belum tidur, atau kebangun?"

Ayu menahan langkahnya. "Memang belum tidur Pak."

"Kenapa belum tidur?"

"Tadi bikin surat lamaran kerja, Pak."

Erlang meletakkan sendok di tangannya, lalu menatap Ayu. "Ngelamar kerja dimana?"

"Belum tahu, Pak. Saya bikin surat lamarannya dulu aja sih," jawab Ayu. "Oiya, Pak, sekalian saya mau minta ijin. Besok pagi, kalau kerjaan rumah udah beres, saya ijin keluar, boleh ya Pak?"

"Mau kemana?"

"Ya coba-coba nyari kerjaan, Pak."

"Coba-coba kemana?"

"Saya coba cari lowongan online, belum ketemu. Jadi mungkin saya perlu langsung nyari sendiri. Mungkin mau nyoba tanya-tanya lowongan ke hotel atau restoran. Atau ke minimarket juga. Dulu saya pernah kerja di minimarket sebentar, sebelum kerja di hotel."

"Mana surat lamarannya?"

"Eh?"

Erlang menyodorkan tangannya. "Mana surat lamaran kamu? Saya mau lihat."

Ayu menatap Erlang dengan tatapan bingung selama beberapa saat, sebelum menjawab, "Ada di hape saya Pak. Belum saya print. Besok rencananya mau saya print di rent__"

"Boleh saya lihat?"

"Oh? Boleh, Pak. Sebentar."

Gadis itu kemudian berlalu, masuk ke kamar, lalu kembali tidak lama kemudian. Ia berdiri di hadapan Erlang yang masih menikmati sopnya pelan-pelan, sambil mengutak-atik ponselnya. Beberapa detik kemudian Erlang mendengar denting dari ponselnya yang tergeletak di meja makan, di samping mangkuknya.

Tadi pagi sebelum pergi, Erlang memang sudah bertukar nomer ponsel dengan Ayu. Agar gadis itu bisa mengabari jika ada sesuatu di rumah.

Erlang membuka pesan dari Ayu dan membaca file yang terlampir disana, masih sambil menyuap sopnya.

"Kamu dulu SMA? Bukan SMK?" Erlang mengangkat kepalanya dari ponselnya, untuk menatap Ayu.

"Iya Pak, saya lulusan SMA. Makanya nggak punya skill khusus."

Erlang mengernyit. Lalu kembali membaca surat lamaran di layar ponselnya. "Tapi kamu bisa mengoperasikan komputer?"

"Word, excel, powerpoint? Bisa, Pak. Edit foto, edit video juga bisa."

Erlang menengadah kembali. "Itu artinya kamu punya skill."

"Ya tapi skill gitu-gitu aja Pak. Banyak orang yang juga bisa semua."

Meski pernyataan Ayu tidak salah, tapi Erlang tidak sepenuhnya setuju. Tapi ia malas mendebat.

Ia melanjutkan membaca surat lamaran itu. File yang dibacanya hanya terdiri dari 1 halaman surat lamaran dan 1 halaman CV, berisi background pendidikan, pengalaman kerja dan keahlian Ayu. Tapi meski hanya 2 halaman, Erlang menekurinya cukup lama. Ada beberapa hal yang mengganggu Erlang ketika membaca surat lamaran dan CV itu.

"Pak, saya balik ke kamar ya Pak."

"Kamu mau kerja sama saya?"

Ayu dan Erlang mengatakan hal tersebut bersamaan. Membuat keduanya sama-sama kaget.

"Gimana Pak?" tanya Ayu, karena tadi ia tidak bisa mendengar dengan jelas.

"Mau kerja di restoran saya?" tanya Erlang. Ia menatap Ayu yang berdiri di hadapannya, menangkupkan kedua tangannya di meja makan.

"Di restoran Bapak?"

"Saya punya restoran."

"Pemilik restoran? Bapak pengusaha?"

"Kind of."

"Yang di Bali?"

"Saya punya 3 lainnya di Jakarta dan Depok. Satu di Bandung. Satu wedding catering."

"Wow! Wicked!" gumam Ayu refleks, dengan mata membulat antusias. Hanya dua detik, sebelum gadis itu menyadari dirinya sudah keceplosan, dan akhirnya kembali memasang wajah datarnya.

Erlang menatap gadis itu, makin menelisik.

"Jadi yang barusan, wawancara kerja?" tanya Ayu.

Sebenarnya tidak ada yang lucu dengan pertanyaan itu. Tapi entah kenapa Erlang refleks saja tertawa.

"Saya tahu ada lowongan di salah satu restoran saya. Tapi yang menerima atau menolak pegawai, tetap Manajer Resto-nya," jawab Erlang sambil mengulum senyum. "Jadi kalau kamu mau mencoba, besok kamu tetap akan diwawancarai lagi."

Ayu mengangguk-angguk.

"Gimana? Mau?" tanya Erlang, memastikan.

Seperti halnya ketika Erlang menawarinya tinggal di rumah Erlang sampai mendapat kos yang cocok, Ayu juga tidak segera menjawab ketika kini mendapat tawaran pekerjaan di restoran milik lelaki itu.

"Bapak kok baik banget sama saya?" tanya Ayu tiba-tiba. "Apa karena masih merasa bersalah? Kalau iya, mendingan jangan Pak. Saya nggak mau lagi ada urusan lampau. Saya nggak mau nerima kerjaan atas dasar kasihan atau rasa bersalah. Saya masih bisa cari kerjaan sendiri."

"Bukan," jawab Erlang cepat. "Itu karena...."

Barangkali karena gadis itu mengingatkan Erlang kepada sosok Farah yang hangat dan ceria... sosok Farah yang di hadapannya kini sudah berubah. Membuat Erlang jadi simpati, peduli dan tidak tega terhadap Ayu.

"Saya kan orang asing. Tapi kenapa Bapak mau bantu saya ke Jakarta? Kenapa Bapak langsung percaya, ngasih saya kerjaan dan bolehin saya tinggal disinim? Kalau saya orang jahat, gimana?"

"Farah beberapa kali cerita. Katanya kamu baik. Kamu banyak bantu Farah pas awal dia di Bali."

Ayu mengangguk-angguk. Sekarang dia mengerti alasan Erlang.

"Bapak cinta banget ya sama Mbak Farah?"

Erlang tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Membuat ia terdiam lama pada posisi duduknya. Ia menengadah, membalas tatapan berani dari gadis yang berdiri di hadapannya.

"Segitu cintanya Bapak sama Mbak Farah, sampai Bapak bersikap baik sama saya hanya karena saya baik sama Mbak Farah?"

* * *

Jawab, Om!

Btw, siapa yg tebakannya kemarin benar, ttg hal yg bikin Om berkeringat malam2? Uhuk!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top