16. Myristica fragrans (1)
Yuhuuuu,,, siapa yg nungguin mereka nih Kak.
* * *
Erlang punya kebiasaan yang tak lazim. Tiap berpergian, jika dia berencana membawakan oleh-oleh untuk keluarga atau seseorang, maka begitu sampai lokasi tujuan ia akan membeli oleh-oleh terlebih dahulu. Berbeda dengan orang lain yang membeli oleh-oleh di akhir masa kunjungan.
Kebiasaan ini aneh, dan pernah dikomentari Farah. Tapi untungnya berkat kebiasaan itu, kali ini Erlang tidak mengingkari janjinya untuk membawakan oleh-oleh untuk Farah. Meski Erlang harus mengakhiri kunjungan ke Bali lebih awal, karena mendadak membantu Ayu ke Jakarta, tapi Erlang sudah sempat membelikan oleh-oleh untuk Farah, seperti yang dijanjikannya. Farah sebenarnya tidak meminta oleh-oleh sih, hanya saja Erlang yang berkeras membawakan oleh-oleh agar punya alibi untuk bertemu gadis itu.
Hari itu Erlang cukup sibuk seharian sehingga ia baru bisa menghubungi Farah di malam hari. Sudah hampir jam 10 malam ketika Erlang menelepon Farah sambil duduk santai di ruang tengah di depan televisi.
"Halo, Om," sapa Farah singkat di seberang sana. Suaranya lembut seperti biasa, tapi juga dingin.
"Hai, Farah! Lagi apa?" balas Erlang dengan antusias.
"Nggak lagi ngapa-ngapain. Kenapa Om?"
"Aku udah di Jakarta lagi nih."
"Oh, iya, Om," jawab Farah singkat.
Dulu, duluuuu sekali, sebelum kejadian itu terjadi, tiap Erlang pulang dari luar kota, Farah akan menyambutnya dengan girang dan meminta oleh-oleh. Alibi oleh-oleh tidak pernah gagal memberinya kesempatan untuk bertemu Farah. Tapi kini semua sudah berubah.
"Aku bawa oleh-oleh," kata Erlang kemudian, karena setelah beberapa detik Farah tidak juga menagih oleh-oleh, jadi dia yang berinisiatif duluan.
"Nggak perlu repot-repot, Om," jawab Farah, terdengar kering.
Erlang mendesah rendah. Kecewa dengan respon Farah yang datar, yang tidak lagi menggebu-gebu ingin bertemu dengannya.
"Udah terlanjur dibeli," jawab Erlang. "Aku bawain ke rumahmu hari Sabtu besok ya?"
"Nggak usah, Om!" refleks Farah menjawab cepat.
"Eh? Kenapa?" tanya Erlang, kaget dengan respon Farah yang terlalu cepat.
"Aku weekend ini nggak di rumah, Om."
"Lho? Kemana?"
Saat itu dari sudut matanya, Erlang melihat Ayu keluar dari kamar tidurnya menuju ke kamar mandi. Di rumahnya, kamar mandi di dalam kamar hanya ada di kamar mendiang orangtuanya dan di kamar Erlang. Selain itu, tamu atau ART menggunakan kamar mandi bersama yang berada di dekat dapur. Dan karena letak ruang tengah yang berada sebelum ruang makan dan dapur, maka Erlang bisa melihat gadis itu lewat.
"Nginep di tempat lain." Terdengar jawaban Farah dari seberang telepon, yang mengembalikan fokus Erlang pada Farah.
"Nginep?"
"Gathering kantor."
Refleks saja dahi Erlang berkerut. "Kamu karyawan baru, tapi udah diajak gathering kantor?"
"Hmmm." Farah cuma menjawab dengan gumaman. "Oleh-olehnya dikirim pake ojek online aja, Om."
Tentu saja itu bukan ide bagus! Bukan itu tujuan Erlang membawakan oleh-oleh. "Nggak mau! Aku mau ketemu kamu."
"Kalau gitu nanti aku aja yang ngambil oleh-oleh ke rumah Om Erlang, sekalian pulang kantor."
"Eh, jangan!" jawab Erlang cepat. Matanya menatap ke pintu kamar mandi dengan waspada. "Jangan ke rumahku."
"Emang kenapa?" tanya Farah bingung.
"Emm, nggak apa-apa." Erlang tidak mungkin bilang bahwa ia menampung Ayu di rumahnya kan?
Eh? Tapi apa salahnya kan? Toh Ayu tinggal di rumahnya karena pekerjaan kan. Jadi tidak masalah kan?
Tapi bagaimana kalau Farah justru akan marah kalau Erlang memperlakukan Ayu, teman baiknya, sebagai pembantu rumah tangga?
"Gimana kalau kamu ambil ke restoranku aja?" Erlang menawarkan akhirnya.
"Oh, oke, Om," jawab Farah, setuju dengan cepat.
Sebuah nadasela memecah percakapan mereka, menandakan ada telepon lain yang masuk ke ponsel Farah.
"Om, ada yang telepon aku nih. Aku tutup dulu telepon Om ya," kata Farah cepat.
"Telepon kamu malam-malam begini? Siapa?" Suara Erlang terdengar curiga.
"Nggak tahu, Om. Udah dulu ya." Farah menjawab cepat. Kemudian tanpa menunggu jawaban Erlang, Farah memutus panggilan teleponnya dengan lelaki itu.
Erlang menatap ponselnya yang sambungan teleponnya sudah terputus. Entah kenapa dia merasa curiga pada sikap Farah. Belakangan ini ia merasa Farah merahasiakan sesuatu darinya. Tapi apa? Apakah alasan gathering kantor hanya alasan Farah untuk melarang Erlang datang ke rumahnya? Tapi kenapa? Bukankah selama beberapa waktu terakhir, ibu Farah sudah bisa menerima kehadiran Erlang di rumahnya? Bukankah itu berarti Farah tidak perlu khawatir lagi jika Erlang berkunjung ke rumahnya?
"Bapak belum tidur?"
Erlang menoleh ke arah suara lembut itu. Ternyata Ayu sudah keluar dari kamar mandi.
"Belum."
"Lagi banyak pikiran?"
"Hmm?"
Ayu mengerling meja di hadapan Erlang. "Nggak ada laptop. Berarti Bapak belum tidur bukan karena lagi banyak kerjaan." Gadis itu lalu mengendikkan pundaknya pada televisi, beberapa meter di hadapan Erlang. "Bapak kayak nonton tivi, tapi bengong. Mungkin karena lagi banyak pikiran, makanya nggak bisa tidur?"
Erlang tidak segera menjawab. Selama beberapa detik ia mengamati wajah gadis di hadapannya. Gadis ini bagus juga daya analisisnya, pikir Erlang.
"Mau saya bikinin sesuatu supaya bisa tidur?" tanya Ayu kemudian.
"Apa?"
Mau bikinin apa? Bikinin susu?, terka Erlang, sambil menggelengkan kepala.
Susu bukan solusi tepat untuk masalah sulit tidurnya. Meski orang lain bilang minum segelas susu hangat akan membantu tidur, tapi bagi Erlang, ia tidak akan menjadi lebih mudah tidur meski sudah minum susu.
"Bapak mau apa?"
"Nggak usah. Kamu istirahat aja."
"Atau Bapak mau..."
"Hmm?" Dahi Erlang berkerut menunggu kata-kata Ayu selanjutnya.
"Kata orang, kalo abis keringetan, jadi gampang tidur, Pak. Bapak mau dibikin keringetan nggak?"
HAH?!
Asdfghjkl!
* * *
Apa sih Om?! Ngagetin aja! 🤭
Kuis:
1. Kemana kah Farah pergi gathering hari Sabtu besok? Dan bersama siapa?
2. Hal seru apa yg Farah alami saat gathering?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top