sᴇʙᴇʟᴀs

ǝTHirëǝl
• ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ •

Tidak biasanya.

Setidaknya itu yang ada di pikiran Adriana ketika mendapati kitchen utama kosong tanpa kehadiran Airlangga. Ia celingukan, mengabsen setiap sudut sela, barangkali Airlangga ada di sisi yang tidak terlihat.

"Nyari apa kamu, An?" tanya Aji Saka ketika melihat Adriana serupa orang ling-lung dan menyapukan pandangan seperti yang dilihat perempuan itu.

"Chef Air belum datang?"

"Sudah. Di ruang pendingin." Aji Saka menggeleng pelan. Sedikit tidak habis pikir dengan junior-nya karena sama sekali tidak menunjukkan sikap takut pada Airlangga.

"Sepagi ini?" Hanya itu yang menjadi respons Adriana sebelum memutar safety shoes-nya, menatap Aji Saka. Niur dan Nindya mendekat, mencari tahu topik akan bahasan mereka berdua.

"Kalian bahas apa?" tanya Nindya. Perempuan itu memasang apron di pinggang dan merapikan letak kemejanya.

"Iki loh! Anak wedok isuk-isuk wes golek masalah." Aji Saka menunjuk Adriana.
(Ini loh! Anak gadis pagi-pagi sudah cari masalah.)

"Aku nyari Chef Air. Bukan masalah!"

Adriana mencebik kemudian memukul pelan pundak Aji Saka yang menampilkan wajah mengejek. Menyebalkan sekali.

"Ya awakmu iku! Goleki Chef Air podo karo golek masalah, toh." Aji Saka mencoba mencari pembelaan yang sialnya disambut persetujuan oleh Nindya.
(Ya kamu! Cari Chef Air sama aja cari masalah)

"Sudah selesai bicaranya? Kalau belum saya beri waktu dua menit untuk menyelesaikan apa yang kalian anggap masalah tadi. Karena setelah itu saya tidak mau ada masalah yang mengganggu proses kerja."

Airlangga menggebrak meja stainless stell saat meletakkan wadah berisi bahan sayuran yang tadi ada di station-nya.

"Itu untuk apa, Chef?" tanya Adriana.

"Attention!"

Seruan itu membuat seluruh staf kitchen berbaris di bar utama. Adriana berdiri di samping Aji Saka. Membenarkan posisi penutup kepala dan menyikut seniornya yang tertangkap membicarakan hal buruk tentang Airlangga.

"Untuk continental breakfast seperti biasa akan siap pukul 05.30 pagi dari bagian pastries. Beverage station saya harap sudah ready, terutama bagian substitusi. Ada komplain antrian di station omelette kemarin, saya harap itu tidak terjadi hari ini. Adria, bantu station jika butuh bantuan." Airlangga dengan keras membacakan briefing pagi.

"Iya, Chef!" Gema kembali menyeruak sebelum mereka bergerak ke posisi masing-masing.

Meski sudah berjalan beberapa hari, nyatanya Adriana masih belum terbiasa dengan situasi pagi di D'Amore Kitchen. Ini sungguh berbeda, jelas sekali hotel sekelas D'Amore pasti memiliki tempo kerja yang sangat cepat. Ia menoleh ke kanan ke kiri, memastikan station mana yang paling membutuhkan bantuan.

Ia bergerak pada Aji Saka. Butcher berusia tiga puluh tahun itu tengah memisahkan lembaran daging ke atas alumunium tray.

"Ana, tolong masukan ini ke dalam oven," titah Aji Saka ketika Adriana mendekat.

Adriana sedikit ragu. Pasalnya, terakhir berhubungan dengan alumunium foil dia hampir saja kehilangan pekerjaan.

"I-iya."

Langkahnya memelan ketika semua pekerja bergerak dalam tempo cepat. Perempuan berusia 22 tahun itu sedikit meringis membuka oven besar hingga tangan besar Airlangga membuka pintu itu dan menghimpit Adriana di antara tubuhnya dan pintu oven.

"Alumunium aman untuk oven. Dia bisa membantu proses pemerataan pembakaran, jangan takut." Airlangga mengambil alih alumunium tray yang ada di tangan Adriana.

"Atur pemanasan pada api atas bawah dengan kipas memutar. Putar pengatur suhu hingga dua ratus derajat dan setting untuk waktu lima belas menit." Airlangga mempraktikan cara memanggang daging asap menggunakan oven.

Alisnya bertaut samar, terlihat serius dengan apa yang ia kerjakan.

"Lihat proses pemanggangannya. Saya tidak akan berubah jadi debu hanya karena kamu berkedip sekali." Tiba-tiba suara Airlangga memperingatkan tanpa menoleh ke arah Adriana.

"Ma-maaf, Chef."

Pipi Adriana memerah. Tertangkap memperhatikan wajah seorang laki-laki adalah hal terakhir yang ia ingin alami seumur hidupnya. Sepertinya untuk saat ini ia lebih baik masuk ke dalam oven besar itu ketimbang ditatap oleh Airlangga.


ᴀɴᴀ ᴍᴀᴜ ᴍᴀsᴜᴋ ᴋᴇ ᴏᴠᴇɴ, ᴍᴀᴋsᴜᴅɴʏᴀ ᴍᴀᴜ ᴊᴀᴅɪ ᴀɴᴀ ᴘᴀɴɢɢᴀɴɢ ᴀᴘᴀ ɢɪᴍᴀɴᴀ ᴀɴ :(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top