sᴀᴛᴜ

ǝTHirëǝl
• ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ •

"Yes, Chef!"

Airlangga Sangaji menaikkan sudut bibir sebelah kanan. Sorot matanya tajam menatap kitchen display system setelah sebelumnya—dengan suara lantang—laki-laki berusia 28 tahun itu menyebutkan menu yang tertera dalam pesanan.

Suhu dapur utama meningkat. Desis minyak panas beradu spatula bersahutan dengan suara cooker hood yang menyerap asap. Ini jam makan siang, itu berarti, inilah saatnya mereka menjadi orang paling sibuk di dalam gedung D'Amore Hotel.

Selang beberapa menit, muncul satu buah piring ke hadapan Airlangga yang dibawa oleh salah satu bawahannya secara berurutan. Laki-laki berseragam serba putih dengan kancing hitam itu berdecak. Ia lalu mengambil tissue yang ada di meja peralatan dan mengelap sisa saus yang ada di bibir piring saji.

Diletakkannya piring-piring berisi makanan membentuk antrian saji sesuai dengan lembar tiket yang keluar dari mesin printer dan menekan tombol agar segera diantarkan oleh pelayan. Mata Airlangga menyorot tajam pada para pelayan, seolah mengatakan, jangan sampai ada masalah sebelum sampai di meja pelanggan!

Beberapa pelayan menelan ludah susah payah. Kegugupan kentara terlihat di wajah mereka saat menatap kapten chef yang terkenal galak itu.

Mereka sering bergosip—ketika selesai sif—jika chef yang baru menguasai dapur selama tiga bulan itu bukanlah orang yang dapat mengeluarkan kata toleransi. Meski wajahnya serupa air yang keluar dari sumber pegunungan yang menyejukkan, ternyata sifat dan kata-kata yang keluar dari mulutnya lebih mirip dengan air cuka di kitchen D'Amore. Seharusnya namanya bukan Airlangga, tetapi Air Cuka.

"Hmm ... Chef."

Airlangga berbalik. Suara itu berasal dari seorang pria bertubuh gempal dengan stelan hitam putih yang datang bersama seorang perempuan dengan pakaian santai.

Laki-laki yang menjabat sebagai Chef de Cuisine itu hanya diam. Akan tetapi, sorot matanya menyiratkan sebuah tanda tanya tentang kenapa dua orang ini mengganggu jam sibuknya?

Hanya sepersekian detik, Airlangga kembali memfokuskan matanya pada KDS dan menyebutkan deretan menu terakhir, mengabaikan staf HRD dan perempuan yang kini memasang tampang bodoh melihat sikapnya.

"Jika kedatangan kalian ke sini hanya ingin merusak konsentrasi staf kitchen, lebih baik kalian pergi. Apa kalian tidak tahu ini jam berapa?"

Sekali lagi perlakuan Airlangga membuat lawan bicara tidak dapat membalas. Salah staf HRD memang datang saat jam makan siang belum habis.

"Baik, Chef. Saya akan menunggu sampai jam makan siang selesai." Ia membungkuk sekilas sebagai tanda pamit kemudian memberikan kode pada perempuan di sampingnya agar menjauh dari kandang singa di waktu tertentu itu.

Perempuan yang datang bersama staf HRD mengangguk patuh seraya bergerak mundur untuk menunggu calon atasannya selesai. Senyum mengembang dari bibir ranum tipis yang dipoles liptint berwarna peach ketika melihat sang idola bekerja dengan serius sampai jam menunjukkan pukul dua siang.

Dilihatnya staf kitchen sedikit memperpanjang napas saat berhasil menyelesaikan sif mereka tanpa masalah.

"Attention! Selesainya jam makan siang bukan berarti selesai juga fokus kalian. Tetap berikan pelayanan terbaik kalian. Jangan sampai ada masalah pada saat makan malam. Mengerti?" Peringatan berulang Airlangga sampaikan ketika pergantian sif.

"Mengerti, Chef!"

Gema itu kembali menyeruak di seluruh dapur yang di dominasi putih dan bahan stainless.

Setelahnya Airlangga berbalik. Urusannya dengan staf HRD belum selesai. Ia tahu, lebih dari siapa pun bahwa staf HRD kali ini membawa cook helper yang baru setelah ia membuat tiga orang cook helper sebelumnya menangis dan memutuskan untuk mengundurkan diri.

"Ini cook helper yang baru, Chef," kata staf yang sejak tadi menunggu Airlangga selesai.

"Nama?" Airlangga menghindari basa-basi.

"Adriana Keshwari, 22 tahun, panggil saja Ana, Chef." Perempuan itu memperkenalkan diri.

Airlangga mengangguk. Tatapannya kemudian teralih pada kitchen sink dengan peralatan masak kotor yang menggunung.

"Cuci semua peralatan yang ada di sana."

Hanya itu yang diucapkan Airlangga sebelum ia kembali pada meja utama dan mengecek pekerjaan commis II, meninggalkan Adriana yang hampir saja menjatuhkan rahang melihat kelakuannya.

Sepertinya. Pekerjaan Adriana nanti tidak akan berjalan dengan mudah.

Glosarium :
KDS : Kitchen Display System, sebuah perangkat komputer layar sentuh untuk melihat menu apa yang dipesan dari meja pesanan di depan.

Commis : Juru masak

ᴀᴅᴀᴋᴀʜ ɪsᴛɪʟᴀʜ ʟᴀɪɴ ʏᴀɴɢ ᴀsɪɴɢ ʙᴜᴀᴛ ᴋᴀʟɪᴀɴ ᴅɪ ᴀᴛᴀs? ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴊᴜᴊᴜʀ ᴀᴋᴜ ᴀᴊᴀ ᴀᴡᴀʟɴʏᴀ ᴘᴜsɪɴɢ :(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top