ED 16 | Another Person
Tolong di baca note di bawah ya, ada sedikit penjelasan mengenai karakter sehun 😆
.
.
.
"Tidaak!!"
Sooji langsung menjerit histeris saat merasakan guncangan di ranjangnya, ia menatap horror tubuh Sehun yang terjatuh tak jauh di kaki ranjang sementara Myungsoo masih berdiri dengan kedua tangan terkepal. Ia sangat yakin bahwa Myungsoo baru saja melempar suaminya hingga terjatuh, dengan perasaan takut ia menatap Myungsoo.
"Myung--"
"Kenapa harus anakku brengsek!" Teriakan Myungsoo terdengar lantang memenuhi kamar, ia mengabaikan Sooji dan mendekati Sehun, menarik pria itu untuk kembali berdiri. Sehun meringis merasakan sakit di punggungnya, ia yakin bahwa memar telah muncul di sana.
"Kenapa harus anakku hah?" Kemudian pukulan demi pukulan yang Myungsoo berikan pada Sehun tidak terelakkan, ia sangat murka. Bagaimana bisa pria itu sungguh tega menlenyapkan seorang bayi yang bahkan tidak tau apapun.
"Semua ini salahku jadi kenapa anakku yang harus menerimanya? Kenapa bukan aku? Kenapa kau membunuh bayi tidak berdosa itu!"
Sooji menatap nanar Myungsoo yang meracau, pria itu masih memukuli Sehun tanpa ampun. Hatinya teriris melihat betapa terlukanya pria itu karena kehilangan anaknya. Pandangannya kemudian beralih pada Sehun, suaminya sama sekali tidak melakukan apa-apa, membiarkan wajah dan tubuhnya dihajar oleh Myungsoo. Kembali lagi hatinya merasa sakit, mengapa pria yang begitu dicintainya melakukan semua ini?
Ia sangat ingin menghentikan semua ini, tidak tahan melihat Sehun dipukuli oleh Myungsoo, tapi ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya yang tiba-tiba saja terasa kaku, ia hanya duduk dengan wajah bersimbah airmata menyaksikan semuanya.
"Ini salahku! Bukan anakku!"
Myungsoo memberikan tinju terakhir di wajah Sehun kemudian melepaskan tubuh pria itu, membiarkannya limbung dan akhirnya terjatuh di atas lantai. Myungsoo menarik nafas, ia masih marah. Sangat marah, tapi ia sadar harus mengontrol dirinya karena kalau tidak, ia bisa saja membunuh Sehun saat ini juga.
"Aarrggghhh!" Myungsoo mengusap wajahnya kasar, berdiri membelakangi ranjang Sooji lalu menengadah ke langit-langit kamar, matanya mengerjap dan tanpa diduga-duga ia menangis. Nafas Myungsoo berkejaran akibat emosi yang melandanya namun, airmatanya tidak kunjung berhenti.
Melihat bahu Myungsoo yang berguncang, Sehun menarik nafas mencoba untuk mendapatkan kendali dirinya kembali. Ia berusaha untuk berdiri dengan berpengangan di ranjang, melirik Sooji yang hanya menatapnya dengan pandangan miris kemudian ia tersenyum tipis.
"Aku tidak apa-apa, sayang," bisiknya pelan, hendak menyentuh wajah Sooji namun, wanita itu memalingkan wajahnya. Ia terdiam sesaat dan menghela nafas.
"Myungsoo," Sehun kemudian menyahut memanggil pria yang masih berdiri membelakanginya, "kau tau aku sangat kecewa. Aku sangat menyukaimu sebenarnya, tapi kenyataan jika kau telah meniduri istriku, aku jadi sedih."
Myungsoo memejamkan mata, ia mengernyitkan alis sebelum berbalik untuk menatap wajah datar Sehun.
"Kau--"
"Ya benar, ini memang salahmu lantas kenapa? Sooji tidak menginginkan anakmu, jadi kenapa aku harus merasa bersalah karena telah menyingkirkan apa yang tidak diinginkan oleh istriku?"
Sooji menahan nafas mendengar penuturan Sehun, ia mengangkat kepalanya dan menemukan wajah tenang pria itu, sama sekali tidak menemukan raut bersalah atau kesedihan sedikitpun di sana. Hatinya tiba-tiba mencelos, Sehun seperti pria yang tidak memiliki hati nurani. Ke mana suaminya yang dulu begitu penuh perhatian dan cinta kepadanya?
Di saar yang bersamaan Myungsoo juga turut menahan nafasnya, ia sungguh ingin menghancurkan Sehun dengan segala ketenangannya saat ini. Ia bukanlah salah satu pria yang akan diam saja jika sesuatu telah memancing amarahnya, tapi ia juga bukan pria bar-bar yang akan mengamuk sembarangan sehingga membuat keributan. Seperti layaknya Sehun, ia juga sedang mencoba untuk tetap tenang. Setidaknya satu hal yan diketahuinya, bahwa pria yang memasang wajah datar dan bersikap biasa di hadapannya tidak setenang apa yang dia tunjukkan. Myungsoo tau itu, melihat bagaimana Sehun menatapnya penuh kilat kebencian. Seharusnya ia memberi applause pada kendali Sehun yang begitu terkontrol.
Myungsoo kemudian tersenyum miring, "di saat kau telah membunuh sebuah nyawa yang bahkan belum sempat menghembuskan nafasnya, kau masih merasa tidak bersalah?" kecamnya dengan sinis, Sehun membalas senyuman Myungsoo.
"Tentu. Apa yang salah dengan tindakanku? Akn melakukan semua itu untuk membuat istriku bahagia."
"Dan itu dengan membunuh?"
"Tentu. Dengan membunuh sekalipun."
"Kau-" Myungsoo menatap Sehun dengan pandangan tidak percaya, ia melirik Sooji yang hanya memasang wajah getir mendengar penuturan suaminya, ia menggeram panjang.
"Kau benar-benar gila Sehun. Bayi itu tidak melakukan apapun, dia bahkan belum memiliki tangan dan kaki untuk menyerangmu, jadi kenapa kau--" Myungsoo tiba-tiba mengatupkan bibirnya rapat, ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Sehun dan segala pemikiran yang merasa dirinya tidak salah membuatnya tidak dapat berkata-kata.
Sehun mengedikkan bahu mendengar kalimat menggantung dari Myungsoo, ia melangkah untuk mendekati pria itu kemudian menyentuh pundaknya, "kau sudah membalas kematian anakmu dengan menghajarku, sekarang--"
Sehun mengangkat kepalan tangannya lalu dengan sekali gerakan ia meninju rahang Myungsoo hingga kepala pria itu tersentak ke belakang.
"Giliranku membalasmu karena telah meniduri dan menghamili istriku."
"Hentikan, berhenti kalian berdua!" Sooji memejamkan matanya, kali ini Sehun yang menghajar Myungsoo, ia sudah mencoba untuk menghentikan kedua pria itu, tapi suaranya hanya di anggap angin lalu. Mereka berdua seakan tuli. Ingin rasanya ia turun dari ranjang, tapi Sooji tau kapasitas tubuhnya. Ia belum bisa berdiri dengan lurus jadi bagaimana bisa ia melerai kedua pria itu.
"Sehun!" Sooji menjerit saat Sehun kembali memukul Myungsoo untuk kesekian kali tanpa balasan, pria itu mendorong tubuh Myungsoo hingga terjatuh dan ia menduduki perutnya, Sehun melayangkan tinju berkali-kali ke wajah pria itu dengan marah
"Beraninya kau menyentuh Soojiku, beraninya kau menjebaknya. Beraninya kau menghamilinya!" Sehun membentak dengan suara tajam, Myungsoo hanya diam menerima perlakuan Sehun karena ia sendiri sadar akan kesalahannya dan merasa pantas untuk menerima, seperti layaknya Sehun yang hanya diam saja saat mendapatkan pukulan darinya, sayangnya Sehun diam bukan karena rasa bersalah, hanya karena sedang menunggu waktu untuk membalasnya.
Dan waktunya adalah sekarang. Sehun benar-benar menghajarnya dalam artian sebenarnya. Pria itu tidak tanggung-tanggung saat meninju wajah serta perutnya dengan sangat keras.
"Astaga! Apa-apaan ini!"
Sooji langsung menatap Soojung yang masuk ke dalam kamarnya, ia menangis kala melihat wanita itu, "dokter Jung, tolong pisahkan mereka-" pintanya dengan lirih.
Soojung mendesah frustasi, karena tidak yakin bisa menghentikan kemarahan pria-pria itu jadi dengan terburu-buru ia berlari keluar kamar dan memanggil keamanan untuk memisahkan keduanya.
*
"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan hah?" Soojung mengompres memar di wajah Myungsoo setelah sebelumnya membersihkan darah yang ada di sana, "kenapa kau diam saja saat pria itu menghajarmu! Seharusnya kau membalasnya bodoh!"
Myungsoo tersenyum saat menangkap kilau bening di mata Soojung, ia menyentuh tangan wanita itu lalu menariknya, "terima kasih," gumamnya sembari memeluk Soojung, "kau memang adikku yang terbaik."
Soojung terbatuk saat mendapatkan perlakuan aneh dari Myungsoo, ia melepaskan diri lalu memukul kepala pria itu membuat Myungsoo mengaduh kesakitan, "sepertinya kau masih ingin dihajar lagi eoh!" Omelnya, "main peluk sembarangan, kau pikir aku ini pacarmu."
Myungsoo kembali tersenyum, "aku memang pantas mendapatkan pukulan itu Soojung. Aku yang menggoda Sooji, jadi aku yang salah."
Soojung berdecak mendengar pengakuan kakak tirinya, "dasar bodoh! Ke mana kakakku yang penuh percaya diri itu hah? Kenapa hanya karena pria sialan itu kau jadi lembek begini?"
"Bukan karena pria itu Soojung," Myungsoo bergumam, ia meraih kompres dari Soojung untuk mengompres wajahnya sendiri, "aku hanya ingin melegakan perasaan Sooji."
Soojung mengatapnya dengan bingung, "kau tau Sooji pasti merasa sangat bersalah karena kelakuanku selama ini, jadi aku membiarkan suaminya menghajarku agar rasa bersalahnya menghilang."
"Ckck, dan kau masih mau menyangkal jika kau tidak jatuh cinta?" Soojung berdecak, ia mengaku sempat ingin memeluk Myungsoo saat mendengar pria itu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya namun, secepat perasaan itu datang secepat itu juga hilangnya. Terlebih saat melihat Myungsoo tertawa.
"Kau paling tau aku Soojung sayang, kau dan Jongin tidak ada bedanya ternyata."
"Myungsoo, kau tau tidak semua--"
"-cinta akan berakhir mengenaskan?" Myungsoo menyela untuk melanjutkan kalimat Soojung, ia tertawa miris, "kalau begitu coba sebutkan salah satu contohnya."
Soojung tergagap, ia mengerti Myungsoo sedang menantangnya untuk mengakui bahwa keadaan keluarga mereka tidak seindah kelihatannya, "kau mau bilang ayahku dan ibumu? Atau ibuku dan ayah Jongin? Kau percaya dengan apa yang mereka rasakan?" Myungsoo kembali berucap dan Soojung langsung terdiam.
"Kau tau bahwa mereka bersama setelah menghancurkan cinta yang mereka miliki sebelumnya. Jadi, bagaimana kau bisa mengatakan itu cinta jika sebelumnya mereka sendiri yang telah menghancurkan perasaan itu?"
Soojung tertunduk, tanpa ia sadari setitik airmata mengalir melalui kelopak matanya, ia menarik nafas panjang saat Myungsoo kembali berucap.
"Dulu, kau sendiri yang mengatakan padaku jika cinta itu adalah sebuah perasaan suci yang tidak akan ternoda oleh jenis kotoran apapun. Jadi mengapa kau bisa merasakan kesucian itu saat kau telah menodainya dengan kotoran bernama 'pengkhianatan'?" Myungsoo menatap bahu Soojung yang terguncang, ia kemudian melanjutkan, "kenapa tidak menjawabku?"
Soojung menyerah, ia mengangkat wajahnya menatap Myungsoo dan menangis meraung-raung di hadapan kakaknya, "mana aku tau, bodoh! Maafkan aku!" Teriak Soojung diantara tangisannya.
Myungsoo bukannya marah, ia malah tersenyum lalu menarik tubuh Soojung, "aku menyayangimu Soojung, begitupun adik-adikku yang lain. Jadi jangan berpikir karena aku membenci orangtua kita, maka aku juga membenci kalian. Aku menyayangi kalian selayaknya adik kandungku."
Soojung semakin menangis mendengar pengakuan Myungsoo, "kupikir kau tidak menyukaiku," lirihnya tertahan, selama ini sikap Myungsoo memang tidak bisa dikatakan baik, terlebih pria itu lebih sering menghindari acara keluarga jadi ia pikir bahwa Myungsoo membenci dirinya dan saudara-saudaranya yang lain.
"Dasar bodoh!" Tukas Myungsoo tertawa, "aku menyukaimu adikku sayang. Aku hanya tidak memiliki kepercayaan atas perasaan yang berkedok cinta seperti yang kau katakan."
***
Jiwon tidak bisa menutup mulutnya setelah mendengar pengakuan itu, malam ini ia berencana menginap di rumah sakit untuk menemani Sooji dan berpikir bisa menghabiskan malam yang menyenangkan bersama wanita itu namun, apa yang ia temukan di sini bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Ia menatap Sooji yang hanya menunduk dengan perasaan campur aduk.
"Jadi, ka--kau mengatakan, ayah bayi itu bukan Sehun?" Tanyanya tidak percaya, Sooji mengangguk pelan.
"Dan ayah sebenarnya adalah Myungsoo?"
Sooji kembali menganggukkan kepalanya, Jiwon mendesah panjang lalu mengusap wajah dengan perasaan campur aduk. Apa yang baru saja diceritakan Sooji kepadanya benar-benar sesuatu yang tidak pernah sekalipun akan terpikirkan olehnya. Semuanya terasa tidak masuk akal, terlebih ketika Sooji mengatakan Sehun sendiri yang telah merencanakan untuk melenyapkan bayi itu.
"Kau pikir Sehun setega itu, Sooji?" tanya Jiwon dengan pandangan menerawang, saat ini ia masih ingin--sedikit saja memiliki keyakinan terhadap sahabatnya, tapi melihat wajah Sooji, keyakinan dalam dirinya menjadi rentan.
"Kau yang paling tau Sehun seperti apa Jiwon. Kita berdua tau bahwa dia sanggup melakulan hal itu," lirih Sooji penuh penyesalan, jika saja ia tau bahwa Sehun akan bereaksi seperti ini, tentu ia tidak akan mengatakan apa-apa mengenai kebahagiaannya. Ia tidak akan membuat Sehun berpikir bahwa kehadiran bayi itu di tengah-tengah mereka merupakan sebuah hambatan.
Jiwon terdiam, "tapi Sehun telah sembuh," gumamnya pelan, ia menatap Sooji dengan rasa sesak di dada, "kau tau Sehun sudah tidak pernah melakukannya lagi, Sooji."
Sooji tersenyum miris, "tidak pernah melakukannya lagi bukan berarti hal itu menjamin dia telah sembuh, Jiwon. Kau yang paling tau, hanya kau."
Jiwon menghela nafas panjang, sejak awal ia sudah berusaha untuk menyangkal apapun yang sedang berkeliaran dalam pikirannya mengenai Sehun. Tapi semakin ia menyangkal, semakin kuat juga pemikiran itu bertahan dalam benaknya.
"Sehun pria yang sangat baik. Ketika dia memutuskan untuk mencintai seorang wanita, maka dia akan mengabdikan diri pada wanita itu."
Sooji mengangguk setuju, "tapi kau lupa satu hal Jiwon. Sehun memang pria yang sangat baik dan tidak segan-segan menunjukkan rasa cintanya namun, tidak ada yang tau apa yang sebenarnya tersembunyi di balik itu semua."
Jiwon mendesah berat, memikirkan semua itu membuatnya merasa sedih. Apa yang dikatakan Sooji semuanya benar, di balik kebaikan dan kemurahan hati yang dimiliki Sehun, ada sesuatu yang tersembunyi di sana dan sampai saat ini hanya ia dan Sooji yang tau.
Monster.
Mereka berpikir setelah kejadian tiga tahun silam, semuanya telah selesai, Sehun akan tetap menjadi pria baik hati di mata mereka. Selama tiga tahun pula pria itu sama sekali tidak menunjukkan sikap yang tidak wajar, jadi mereka pikir semuanya sudah berakhir. Namun, sungguh malang karena apa yang mereka pikir telah menghilang itu kembali muncul dan mengacaukan semuanya.
Jiwon sangat ingat awal mula kejadian kala itu, mereka baru saja menyelesaikan studi magister masing-masing. Saat itu hubungan Sooji dan Sehun masih belum terjalin. Selama dua tahun Sooji berusaha untuk mendekati Sehun sementara pria itu sibuk dengan kuliahnya sehingga mengabaikan keberadaan Sooji. Namun, Sooji tidak pantang menyerah. Dia terus melakukan pendekatan sampai-sampai Jiwon merasa iba pada wanita itu karena terus diabaikan.
Mulai saat itulah Sooji dan Jiwon menjadi dekat, Sooji terus merecoki Jiwon dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kehidupan Sehun, apa yang pria itu sukai, apa hobinya, bahkan kebiasaan-kebiasan sepele pria itu pun ditanyakan olehnya. Jiwon yang awalnya risih, lama-kelamaan menjadi terhibur dan dia dengan yakin mengatakan akan membantu Sooji merebut hati Sehun.
Pada akhirnya, semua usaha mereka berhasil. Sooji melakukan apapun untuk menarik perhatian Sehun, dan ketika acara pelepasan pasca wisuda malam itu diadakan, akhirnya untuk pertama kali Sehun mau melirik Sooji. Wanita itu luar biasa bahagia karena apa yang diinginkannya selama dua tahun terakhir terjadi juga.
Jiwon hanya tersenyum puas melihat dari kejauhan, di mana Sooji tersenyum bahagia berada dalam pelukan Sehun, melangkah mengiringi langkah pria itu di tengah lantai dansa dengan iringan lagu romantis. Ia berbahagia untuk Sooji karena berhasil meluluhkan hati keras Sehun. Awalnya Jiwon berpikir malam ini akan berakhir indah untuk keduanya namun, semua pemikirannya menguap ketika melihat salah satu pria yang dikenalnya sebagai mantan kekasih Sooji mendekati mereka berdua.
Jiwon tidak tau apa yang diucapkan pria itu, tapi melihat raut wajah Sehun, sepertinya itu bukanlah sesuatu yang baik. Hingga akhirnya ia memilih mendekat dan mencoba untuk melerai Sehun dan pria itu yang sudah beradu argumen.
"Ingat, Sooji itu milikku dan selamanya akan seperti itu."
Jiwon mengabaikan ucapan pria itu lalu menarik kedua sahabatnya menjauh, saat itu ia pikir bahwa kalimat itu hanya sebuah guyonan saja, tapi pria itu membuktikan perkataannya dengan terus mengganggu hidup Sooji.
Sehun awalnya mengabaikan, tapi melihat reaksi Sooji yang sedikit tertekan karena kehadiran pria itu akhirnya merasa berang. Kala itu Jiwon mengigatkan Sehun untuk mengabaikan saja namun, pria itu terlalu keras kepala untuk mendengarnya.
Hingga satu minggu kemudian, sebuah kabar mengejutkan sampai ke telinga mereka. Saat itu Sooji dan Jiwon sedang berada di pembukaan butik yang ke depannya akan menjadi lahan pekerjaan Jiwon, kabar tersebut mereka dengar dari salah satu teman Sooji dari akademi kedokteran.
Dia mengatakan jika Eungyul--mantan kekasih Sooji telah meninggal dunia. Kabar itu tentu saja mengejutkan mereka, terlebih saat mengetahui penyebab kematiannya seperti disengaja namun, tidak ada bukti yang memberatkan jika itu adalah pembunuhan.
Hingga saat malam harinya, Jiwon yang memiliki firasat buruk akhirnya datang ke rumah Sehun. Ia perlu mengkonfirmasi beberapa hal. Semasa hidupnya, Jiwon merasa hari itu adalah hari yang paling ingin dihindarinya, karena untuk pertama kalinya setelah berpuluh-puluh tahun saling mengenal, ia akhirnya tau sosok asli seorang Oh Sehun.
"Kau membunuhnya." Jiwon mengucapkan hal itu dengan nada menuduh ketika ia melihat sebilah pisau dan sapu tangan yang penuh bercak darah berada di atas meja dapur milik Sehun. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk terus berdiri tegak sehingga tubuhnya langsung merosot ke bawah, menatap nanar Sehun yang terlihat sangat tenang.
"Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan Sooji."
"Tapi kau membunuh Oh Sehun. Ini adalah pembunuhan!"
Jiwon merasakan tubuhnya menggigil saat Sehun hanya tertawa, pria itu mendekat lalu meraih tubuhnya untuk di bawa ke sofa, ia bahkan sempat menahan nafas saat melihat perubahan raut wajah pria itu menjadi sedikit sedih.
"Aku tidak suka melihat Sooji-ku bersedih karena diganggu orang lain. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu milikku, kau pasti mengerti perasaanku kan Jiwon?"
Sehun mengucapkan kalimat itu dengan tulus, Jiwon dapat melihatnya. Sehun benar-benar merasa sedih dan jujur dengan apa yang dikatakannya.
"Tapi membunuh sebuah nyawa itu salah, Sehun."
"Aku tidak merasa bersalah, karena apa yang kulakukan adalah untuk kebahagiaan kekasihku."
Dan saat itu Jiwon mendapatkan satu kesimpulan, Jika Sehun memiliki masalah dengan psikisnya. Akhirnya dengan persetujuan orangtua Sehun--setelah menceritakan masalah ini pada mereka, ia membawa pria itu ke seorang psikiater untuk diperiksa. Sooji juga ada di sana, menyaksikan Sehun yang mengikuti terapi dengan tenang sampai sang dokter mengatakan jika semuanya telah baik-baik saja.
Keadaan mental Sehun memang sedikit tidak stabil namun, karena menjalani terapi sang dokter akhirnya mencetuskan jika semuanya telah kembali normal. Hingga saat ini, mereka masih percaya jika Sehun melakukan semua ini bukan karena sebuah gangguan pada psikisnya. Melainkan keadaan mentalnya yang kurang stabil.
Dari itupula Jiwon dan Sooji mulai mengerti sifat Sehun yang sebenarnya. Pria itu tidak akan segan-segan untuk melakukan kekerasan bahkan sampai membunuh ketika tau orang yang dicintainya merasa terganggu atau ingin direbut oleh orang lain. Selama ini Jiwon tau bahwa Sooji selalu menjaga diri dan sikapnya agar Sehun tidak kembali seperti dulu, dan melihat ketenangan yang selalu pria itu tunjukan, mereka berdua berpikir jika tidak akan ada masalah lagi.
Tapi masa depan tidak ada yang dapat mengetahuinya, bukan?
Begitupula Jiwon dan Sooji.
"Jadi di mana dia sekarang?" Jiwon bertanya setelah memori tentang masa lalu mereka berakhir dalam benaknya, ia memandang Sooji yang masih menunduk.
"Aku menyuruh dokter Jung untuk memanggil perawat agar lukanya diobati. Mungkin ada di salah satu ruangan di rumah sakit ini."
Jiwon menghela nafas mendengar penuturan Sooji, "aku mengerti. Aku akan mencari dan berbicara padanya," ujarnya lalu beranjak, "kau tidak masalah kan jika ku tinggalkan?"
Sooji tersenyum kecil dan mengangguk.
"Jiwon--" Sooji bersuara saat Jiwon hendak keluar dari kamarnya membuat wanita itu berhenti dan menoleh padanya, "Sehun...bisakah kau memastikan agar dia baik-baik saja?"
Jiwon tersenyum sembari menganggukan kepalanya, "jangan khawatir. Sehun pria yang kuat."
Selepas kepergian Jiwon, Sooji mendesah panjang. Tidak tau harus melakukan apa setelah ini, dalam hatinya ia bertanya-tanya mengenai apa yang sebenarnya dirasakannya saat ini.
Ia yakin jika cinta untuk Sehun masih ada di sana, tapi kekecewaan yang didapatkannya karena tindakan pria itu membuatnya menjadi gusar. Ia memang tidak sebaik Sehun yang akan memerimanya kembali setelah melakukan dosa besar, tidakpula selapang dada pria itu yang akan memaafkan semua kesalahannya. Sooji berbeda dengan Sehun, meskipun cinta mereka sama namun, rasa kecewa itu terasa beda.
Sehun melakukan sesuatu yang benar-benar menghancurkan hatinya, meskipun mengatakan tidak menginginkan anak itu, tapi jauh dilubuk hatinya ia merasa menyesal. Menyesal karena sekalipun tidak pernah mengatakan bahwa kehadiran bayi itu membuatnya merasa berbeda, ia bahkan tidak pernah sempat menyapa anaknya selama tiga bulan di dalam kandungannya. Dan menyadari kenyataan bahwa anak itu telah tiada karena andil dari suami yang sangat dicintainya, membuatnya semakin menyesal.
Seharusnya semua ini tidak pernah terjadi kalau ia sedikit saja mau mengakui perasaannya, mengakui apa yang sempat dirasakannya saat pertama kalinya mendengar detak jantung itu. Ia merasa bahagia, ia merasa jatuh hati. Namun, perasaan itu hanya sesaat sehingga tidak ada kesempatan untuk dirinya mengakui, sampai bayinya hilang....semuanya turut menghilang, yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan tak berarti.
"Maafkan ibu nak, maafkan ibumu yang jahat ini. Maaf..."
CONTINUED.
Nah haloo~ ini panjang sekali 😥😥😥
Btw di atas udah terkuak sifat sehun yg asli ya...kalo masih gk ngerti aku jelasin di sini aja. Dulu, sebelum publikasi cerita ini di wattpad, aku sudah lebih dulu menentukan konfliknya akan seperti apa..nah karena waktu itu aku berencana buat plot twist di karakter Sehun jadi aku seraching mengenai sifat" atau karakter tokoh yg sulit ditebak.
Dan dari semua pencarian aku nemu satu karakter yg sangat cocok, mngkin bagi para otaku sdh sering mendengar kata 'yandere' kan? Nah secara garis besar, karakter Sehun di cerita ini hampir mirip dengan karakter 'yandere' di anime.
Dan di bawah ada beberapa screenshot dri hasil pencarianku dulu, semoga penjelasannya bisa di mengerti ya.
☝☝☝ di atas sdh menjelaskan seperti apa sifat Sehun sebenarnya 😂 smoga gk ada yg shock ya 😅
Sekian dari saya~
See you next chapter 🙌 (masih sama, gk tau kapan update)
[13/08/17]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top