ED 13.2 | I Claim, Mine

"Myungsoo? Dokter Bae?"

Soojung terbelalak kaget saat tiba-tiba pintu ruangannya terbuka dan kakak tiri sialannya muncul dengan membawa Sooji bersamanya, ia menggeram pelan kemudian menatap seorang ibu yang sedang hamil tua di hadapannya.

"Dua minggu lagi ibu bisa kembali dan kita akan menentukan harinya, untuk sekarang ibu hanya perlu rajin berjalan agar proses persalinannya lancar," ucapnya sembari tersenyum kecil, setelah memberikan resep vitamin, Soojung mempersilahkan si ibu untuk keluar. Ia kemudian menatap tajam Myungsoo.

"Pasienmu di sini," tegur Myungsoo menunjuk Sooji yang berdiri kikuk di sampingnya ketika Soojung hanya menatapnya saja, "aku hanya menemani. Cepat periksa," desak pria itu, Soojung hanya menghela nafas.

"Dokter Bae, ayo ikut saya," Soojung menghampiri Sooji dan memisahkan wanita itu dari Myungsoo yang mengikuti mereka dari belakang.

Sooji sebenarnya sangat ingin mengubur dirinya dalam-dalam, pasalnya setaunya dokter Jung tau siapa suaminya dan jelas itu bukan Kim Myungsoo, wanita itu pasti bertanya-tanya siapa gerangan pria yang datang bersamanya saat ini. Ia memejamkan mata sebelum merasakan serangan dingin di perutnya, ia membuka kembali matanya dan menemukan Myungsoo sedang menatap lurus perutnya yang sedang dibaluri dengan gel sementara Soojung hanya diam melakukan pekerjaannya.

"Karena ini memasuki bulan ketiga, kita sudah bisa mendengar detak jantungnya," jelas Soojung sembari menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Sooji.

"De-tak jantung?" Tanya Myungsoo takjub, Soojung sebenarnya ingin mendelik tapi melihat bagaimana reaksi saudaranya itu ia hanya mengangguk.

"Benar, kau akan mendengarnya sebentar lagi."

Sooji mengernyit di tempatnya, melihat interaksi antara Myungsoo dan dokter Jung ia merasa jika kedua orang itu sudah saling mengenal sebelummya. Oh, dan ia lupa jika tadi dokter Jung sempat menyebut nama pria itu. Tanpa sadar, karena terlalu penasaran akhirnya Sooji menyuarakan pertanyaannya membuat pembicaraan kedua orang itu terhenti dan serempak menatapnya.

"Apa?" Myungsoo bertanya ketika tidak mendengar dengan jelas pertanyaan Sooji.

"Kalian saling mengenal?"

Myungsoo terdiam kemudian saling bertukar pandang dengan Soojung, pria itu tidak menjawab hanya mengedikan bahu. Sooji melempar pandangan pada Soojung yang juga melakukan hal yang sama.

"Kurasa kalian kemari untuk mengetahui keadaan anak ini." Ujar Soojung memilih mengalihkan topik, ia kemudian mengambil alat USG menempelkannya di atas perut Sooji.

Myungsoo ikut memperhatikan layar yang hanya menampilkan warna hitam dengan berbagai macam bentuk organ yang tidak diketahuinya, "mana bayinya?" Tanyanya tak sabaran, Soojung mendengus sementara Sooji hanya meringis menahan malu. Seharusnya Myungsoo tidak perlu bersikap setransparan ini.

"Itu lihat gumpalan yang ada di tengah, masih belum terbentuk sempurna tapi jantungnya telah ada. Kalian ingin mendengar detaknya?"

Tanpa disangka-sangka Sooji dan Myungsoo mengangguk secara bersamaan, melihat itu Soojung berusaha untuk menahan senyumnya. Ia mengeraskan volume pengeras suara dan meminta keduanya untuk diam.

Dalam keheningan, entah mengapa Sooji merasa gugup, genggaman Myungsoo di tangannya bahkan ia abaikan, sampai ketika ia mendengarnya. Detakan itu sangat pelan dan tenang, tapi perlahan-lahan detakannya semakin mengeras membuatnya menahan nafas. Begitupula yang terjadi pada Myungsoo, ia tidak bisa untuk menahan desahan takjubnya saat mendengar detak jantung itu.

Ia menunduk untuk menatap Sooji yang kebetulan juga menatapnya secara bersamaan, seketika Myungsoo tersenyum dan mencium tangan Sooji intens. Ia menggumamkan beberapa kata, tapi tidak terdengar oleh telinga Sooji sehingga wanita itu hanya menatapnya, sampai ketika ia menunduk dan berbisik di telinga wanita itu.

"Anak kita, detak jantung anak kita dan itu nyata."

Sooji tidak bisa menahan airmatanya saat mendengar bisikan itu, ia menggeleng. Ia masih menolak kehadiran anak ini, tapi melihat bagaimana Myungsoo begitu mengagumi kehadiran bayi ini, sudut terdalam hatinya seperti tercubit. Ini anaknya, tumbuh di rahimnya dan mengingat ia pernah mencoba untuk melenyapkannya seketika tangisannya pecah.

Soojung mengakui jika ia terharu melihat bagaimana perilaku Myungsoo di hadapan Sooji dan anaknya. Ia seperti melihat pria yang selama ini bukan menjadi kakaknya, sikap Myungsoo sangat berbeda saat bersama Sooji. Ini pertama kalinya melihat mereka berdua bersama namun, ia sudah bisa menebak jika Myungsoo memang berbeda. Ia sangat tau bagaimana perangai kakaknya dan selama bertahun-tahun, ini pertama kalinya ia melihat mata Myungsoo berembun.

Bahkan kematian kakek yang sangat ia sayangi tidak bisa membuat pria itu menangis namun, hanya mendengar detak jantung anaknya, pria itu memancarkan kilauan bening dari kedua bola mata tajamnya itu.

*

Sooji masih berusaha meredakan tangisannya saat duduk di hadapan Soojung, dokter itu tersenyum padanya lalu memilih untuk berbicara pada Myungsoo yang masih setia di sampingnya.

"Keadaannya sangat baik. Asupan nutrisi dokter Bae semakin membaik, saya berharap kau bisa mempertahankan pola makan dan jangan lupa diimbangi dengan buah dan sayur." Jelas Soojung, menatap Sooji di akhir kalimatnya.

Myungsoo mengangguk dan melirik Sooji, ia puas karena akhirnya wanita itu mau menjaga dirinya dengan mempertahankan asupan gizinya. Itu artinya Sooji tidak akan terpikir untuk menyingkirkan bayinya lagi, tapi- bukankah itu berarti--

Saat sebuah pemahaman muncul dibenaknya, Myungsoo menoleh dengan cepat ke arah Sooji yang sedang mengusap wajahnya, ia menatap tajam tanpa suara sehingga Sooji menyadari tatapan itu dan ikut menoleh padanya.

"A-apa?" Tanya Sooji bingung, Myungsoo mengepalkan kedua tangannya.

"Kau akan melahirkan anak ini?" Tanyanya menahan kekesalan yang tiba-tiba muncul, Sooji mengernyit kemudian menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, kena--"

Sooji tidak melanjutkan ucapannya karena Myungsoo secara tiba-tiba memilih beranjak dan meninggalkan ruangan itu. Ia merasa heran untuk sesaat namun, dengan segera mengabaikannya. Mengalihkan perhatian pada Soojung yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Eum, jadi--" Sooji bergumam canggung, Soojung tersenyum dan membuatkan resep vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya.

"Tidak apa-apa. Myungsoo memang orang yang aneh," ucapnya sembari tertawa.

"Kalian benar saling mengenal ya?" Sooji bertanya dengan curiga membuat Soojung menghentikan kegiatan menulisnya untuk mengangkat kepala ke arah Sooji, ia tersenyum saat melihat kedua alis wanita itu saling bertaut.

"Aku yakin kau tidak terlalu penasaran untuk tau hubunganku dengan Myungsoo. Itu bukan sebuah cerita yang menarik."

Seolah tubuhnya baru saja disirami oleh air dingin, kalimat Soojung seakan menyadarkannya. Ia menggelengkan kepala menyingkirkan pikiran bodoh yang baru saja terlintas di otaknya.

"Kau benar, maafkan aku. Dan hmm, boleh aku mendapatkan resepku?" Ujar Sooji dengan cepat, berharap wajahnya tidak memerah karena saat ini ia sedang menahan malu yang entah mengapa tiba-tiba menyerang.

"Oh iya, ini. Sampai berjumpa bulan depan, dokter Bae."

Sooji tersenyum menerima resep untuknya, kemudian bergegas untuk segera keluar dari sana. Tepat ketika ia menutup pintu, sosok Jiwon langsung mendekatinya dengan wajah kesal.

"Kau meninggalkanku."

Sooji meringis, baru mengigat keberadaan Jiwon, "ma-maaf. Dokter Jung sudah memanggilku untuk masuk."

"Begitukah? Padahal aku belum memyelesaikan datamu," gumam Jiwon merasa ragu, Sooji hanya tersenyum. Ia berharap wanita itu tidak menyadari kebohongannya.

"Oh ya ngomong-ngomong di mana Myungsoo?"

"Myungsoo tidak ada?" Tanya Sooji lebih pada dirinya sendiri, ia melirik ke arah kursi di mana mereka tempati tadi dan tidak menemukan sosok Myungsoo.

"Tidak. Saat aku kembali dia sudah tidak ada. Kupikir dia masuk ke dalam bersamamu."

Sooji mengabaikan omelan Jiwon mengenai Myungsoo yang seperti hantu karena menghilang tiba-tiba, sejujurnya ia bingung mengapa pria itu tiba-tiba keluar tadi setelah menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.

"Oh ya, aku tadi baca kalau nama doktermu itu Jung Soojung?"

Pertanyaan itu membuat Sooji memberikan perhatiannya pada Jiwon kembali, "iya namanya Jung Soojung. Memangnya kenapa?"

"Hmm aku hanya baru ingat kalau Soojung adik Myungsoo juga adalah dokter di rumah sakit ini. Kupikir doktermu adalah adiknya."

Ucapan Jiwon membuat Sooji kembali mengingat saat di ruangan dokter Jung tadi, bagaimana Myungsoo dan Soojung berinteraksi dan bagaimana tanggapan mereka mengenai pertanyaannya. Ternyata mereka bersaudara?

"Mereka berbeda marga.."

"Ya cerita keluarga Myungsoo memang cukup rumit." Jiwon tersenyum kecil, setelahnya ia tidak mengatakan apa-apa lagi karena tidak ingin membicarakan masalah ini lebih jauh. Ia tau Myungsoo pasti tidak senang jika masalah keluarganya diumbar-umbar dan untungnya Sooji mengerti keengganannya bercerita karena wanita itu tidak menjawab lagi.

***

Sooji menatap dirinya di cermin, ia tersenyum saat memoleskan lapisan bedak tipis di atas permukaan wajahnya. Sembari melakukan itu, tidak lupa ia melirik pria yang berdiri di belakangnya. Ia tersenyum malu-malu saat Sehun mendapati lirikannya.

"Ada apa?" Tanya Sehun sambil tersenyum lebar..

"Tidak, aku hanya senang. Kenapa kau mengajakku makan di luar?" gumamnya pelan, meletakkan bedak kembali ke atas meja lalu memeriksa dandanannya.

Sehun masih tersenyum, ia menunduk untuk memberikan ciuman di puncak kepala istrinya, "aku sedang ingin melakukan hal romantis pada istriku. Apa itu tidak boleh?"

Sooji melirik malu-malu dan ia menggelengkan kepalanya. Sehun selalu tau cara merayunya dengan tepat, ia sangat senang ketika sore tadi pria itu menelponnya dan mengatakan pulang cepat karena mereka akan dinner di luar. Ini pertama kalinya makan malam romantis yang mereka lakukan setelah pernikahan. Kesibukan Sehun pasca nikah tidak bisa membuat keduanya memiliki waktu bersama. Makadari itu Sooji sangat antusias malam ini, ia bahkan mengenakan gaun terbaiknya untuk Sehun.

"Jadi, apa ratuku ini sudah siap?"

Senyuman di wajah Sooji sama sekali tidak memudar, ia berdiri dan menghadap ke Sehun. Menerima uluran tangan pria itu untuk menuntunnya keluar dari kamar. Ia lebih dari siap.

"Kau menggunakan supir?" Tanya Sooji heran saat keluar rumah, seorang pria yang dikenalinya sebagai supir di kantor Sehun telah menunggu mereka di sebelah mobil.

"Khusus malam ini, aku akan di sampingmu."

Sooji kembali tersipu oleh ucapan Sehun, ia membiarkan pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Duduk dengan nyaman di dalam mobil dengan Sehun tetap di sampingnya membuat Sooji tidak bisa berhenti tersenyum. Diam-diam melirik suaminya dan tersenyum lagi. Ia merasa seperti orang bodoh karena selalu tersenyum.

"Aku suka melihatmu tersenyum," suara Sehun tiba-tiba terdengar membuat Sooji menoleh, "teruslah tersenyum. Aku membenci tangisanmu."

Sooji sedikit merasa bersalah, ia meraih kedua tangan Sehun dan menggenggamnya erat, "asal ada kau, senyumanku tidak akan pudar."

Sehun ikut tersenyum serta memberikan ciuman hangat di pelipisnya, "aku akan selalu ada untukmu, sayang."

Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan obrolan ringan, disertai dengan godaan-godaan Sehun yang mana itu membuat Sooji merasa malu tapi menyukainya. Sampai ketika tiba di tempat tujuan, Sehun keluar lebih dulu dan seperti layaknya seorang gentlement ia membukakan pintu untuk Sooji.

"Kita makan di hotelmu?" Tanya Sooji takjub saat melihat bangunan hotel di hadapannya, itu salah satu properti milik perusahaan Sehun. Ia jarang ke tempat ini karena waktunya lebih banyak di rumah sakit jadi ketika tau ke mana Sehun membawanya ia menjadi bahagia.

"Aku tidak salah memilih tempat kalau begitu," gumam Sehun membuat Sooji memberinya tatapan protes.

"Tentu saja! Aku ingat Jiwon mengatakan pasta di sini sangat nikmat!"

Sehun merasa puas melihat antusiasme istrinya, ia kemudian menarik tubuh wanita itu agar berjalan bersamanya, "kalau begitu ayo dapatkan pastamu sayang."

Sooji memekik senang.

*

"Aku tidak tau kau bisa seromantis ini Oh Sehun."

Sehun mengangkat alis membalas tatapan menggoda Sooji, "dan kau baru menyadarinya setelah bertahun-tahun?"

Sooji terkekeh, tanpa malu ia mengangguk, "kupikir kau orang yang kaku."

"Oh kau salah sayang, aku bisa menunjukan setidak kaku apa diriku ini."

Sooji sebenarnya tidak perlu pembuktian lagi karena malam ini pria itu sudah melakukannya lebih dari cukup. Ketika Sehun mengatakan ini adalah makan malam spesial, maka pria itu benar-benar membuatnya spesial dengan membawanya makan di salah satu kamar president suite terbaik di hotel ini dengan beratapkan bintang-bintang di langit. Ya, mereka sedang berada di balkon kamar tertinggi di gedung ini dan Sooji tidak merasa takut, ia malah ini adalah momen terlangka untuknya.

Mereka menghabiskan makanan dengan hikmat dan dibumbui oleh tatapan penuh cinta, Sooji tidak pernah melepas pandangannya dari Sehun begitupun sebaliknya. Hingga ketika sesi makan malam selesai. Sehun membawanya ke dalam kamar, duduk di atas sofa bed untuk menghabiskan dessertnya.

"Jadi, katakan apa yang kau inginkan?" Sooji bertanya ketika Sehun datang membawa dua piring berisi potongan tiramisu dan dua gelas teh hijau kesukaan Sooji di atas nampan.

Sehun tersenyum, alih-alih duduk di samping Sooji, ia memilih duduk di hadapannya. Saat wanita itu memberikan tatapan protes, ia hanya tersenyum.

"Aku tidak ingin apa-apa."

"Aku mengenalmu suamiku. Kau pasti menginginkan sesuatu."

Sehun tertawa renyah, ia menyesap tehnya sembari mengamati Sooji.

"Selama ini aku hanya menginginkan satu hal, kebahagiaanmu."

Sooji tidak menahan senyum malu-malunya yang membuat wajahnya merona kemudian berucap, "kau tau kebahagiaanku adalah dirimu."

Sehun mengangguk, ia bergerak pelan saat menyilangkan kakinya dan bersandar di sofa.

"Jadi rincikan secara detail padaku, kebahagiaan seperti apa yang kau inginkan."

"Menikah denganmu sudah mewujudkan hampir seluruh kebahagiaanku," Sooji berucap dengan antusias, ia menatap Sehun penuh cinta lalu menyentuh perutnya, "kebahagiaanku akan sempurna jika di dalam sini adalah anakmu," senyumnya sedikit meredup namun, tidak sepenuhnya dan itu tidak lepas dari pengamatan Sehun.

"Jadi bahagiamu adalah dengan mengandung anakku?" Sooji menggangukan kepala dengan cepat, meskipun saat ini masalahnya telah selesai tapi tetap saja ada sedikit penyesalan di hatinya. Mengapa bukan Sehun saja yang menjadi ayah bayinya dan mereka bisa hidup bahagia tanpa cela? Tapi takdir memang terlalu gampang mempermainkan kehidupannya, hingga ia terpaksa dengan keadaannya saat ini.

"Kau belum menyentuh kue dan tehmu," tegur Sehun, Sooji menatapnya kemudian beralih pada piring tiramisu miliknya. Ia tersenyum kemudian mengambil sepotong kue tersebut.

"Hmm, ini sangat enak."

"Benarkah? Bagaimana dengan tehnya, itu buatanku sendiri," Sooji melotot tidak percaya saat mendengar ucapan Sehun, "coba saja, spesial untukmu."

Dengan penuh semangat ia menyesap teh hangatnya, aroma teh hijau yang menguar membuat merasa tubuhnya menjadi lebih rileks. Tenggorokannya terasa hangat saat dilewati cairan teh tersebut, hingga ketika gelasnya kosong ia tersenyum senang.

"Tehnya enak."

"Terima kasih sayangku." Sehun masih tersenyum, mengamati Sooji sementara wanita itu membalas senyumnya dengan tidak kalah lebar.

Namun, beberapa detik setelahnya ia merasakan sesuatu. Matanya melebar tidak percaya ketika serangan itu mendatanginya, ia menatap Sehun meminta tolong dan pria itu dengan panik menghampirinya. Sehun menepuk pipinya dengan cemas.

"Sayang, are you okay?"

Sooji menggelengkan kepalanya, keringat dingin sudah membasahi kenignya, ia menatap Sehun dengan pandangan nanar.

"A--apa yang ka--kau--"

"Sst, I'll do anything for your happiness."

Hanya bisikan itu yang terakhir diingat Sooji dan setelahnya pandangannya gelap dengan merasakan tusukan yang sangat menyakitkan di seluruh tubuhnya.

CONTINUED.

Ahahah udah udah....chapter depan puncaknya ya.

Dari kemarin aku baca-baca komentar dan tebakannya gak ada yang benar 😂 ada satu org yg hampir tepat sasaran tapi masih ada yg salah dikit. Tpi karena udah ada benarnya dikit sesuai janji aku dedikasikan part selanjutnya untuk dia 😂😂😂

Di sini kalian pasti udah tau harus memihak siapa kan? Dan udah bisa tebak dengan benar kan kali ini? Ayo di tebak. 😆😆😆😆

Hunzy mana suaranya? Gak boleh ada yg curang yaaa~ 😌😌😌

See you next part 🙌 (gk janji update cepat)

[06/08/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top