ED 12 | Don't Want It

NO EDIT.

Myungsoo melangkahkan kakinya dengan cepat, mengabaikan perhatian orang-orang yang memandang heran sekaligus ngeri kepadanya. Bagaimana tidak jika saat ini wajahnya terlihat sangat keras, ia seperti akan membunuh siapapun yang berniat menghalau jalannya. Bibirnya terkatup rapat dan mata yang memerah tajam, ia terus berjalan menyusuri koridor sampai mendapatkan kamar tujuannya. Kedua tangannya terkepal saat ia menghentikan langkah tepat di depan pintu ruangan tersebut, menarik nafas panjang sebelum ia menyentak pintu itu agar terbuka.

Sama sekali tidak ada kelembutan di sana, hanya suara pintu yang membentur dinding yang terdengar sehingga membuat siapapun yang saat ini sedang terbaring di atas ranjang di dalam sana langsung terlonjak kaget.

"Kim Myungsoo!"

"I've told you!" Pria itu melangkah panjang dan cepat, tatapannya menyipit ketika ia menatap tubuh lemah wanita itu, "don't you dare to do that. I've told you, Bae Sooji." Myungsoo menggeram dengan marah.

Sooji meremang di tempatnya, melihat wajah Myungsoo yang sekeras batu dengan ekspresi mematikannya, ditambah suara pria itu yang sangat dingin hingga menusuk ke tulang-tulangnya. Ia bergetar ketakutan karena telunjuk Myungsoo menodongnya, membuatnya tidak berani bergerak karena sedikit gerakan saja ia merasakan jika telunjuk itu siap membunuhnya hanya dengan sekali tebasan.

"A--aku--" Sooji mencoba menemukan suaranya kembali tapi yang terdengar hanyalah sebuah cicitan kecil seperti seekor tikus yang terjepit. Merasa tidak mampu untuk membalas segala tuduhan Myungsoo, ia memilih memejamkan mata. Pemandangan pria di hadapannya sangat menakutkan dan ia masih sangat waras untuk mengkonfrontasinya.

"Sudah kukatakan bahwa kau akan melahirkan anakku dengan atau tanpa izinmu." Suara Myungsoo kembali terdengar, Sooji semakin memejamkan mata saat ia merasakan pergerakan pria itu. Myungsoo berada di dekatnya karena hembusan nafas kasar pria itu terasa hingga ke pipi membuatnya menggigil.

"Ti--tidak--"

"Kau berpikir aku tidak tau apa yang sudah kau usahakan selama ini hmm?"

Sooji langsung membuka matanya saat mendengar pertanyaan itu, ia menatap wajah Myungsoo yang seakan siap untuk menerkamnya.

"Apa yang kau lakukan di cafe, sengaja memesan Sushi mentah atau membeli buah-buah sialan itu. Kau pikir apa yang sudah kau lakukan ha? Kau mau membunuh anakku?!" Myungsoo membentak dengan suara tinggi membuat Sooji semakin menenggelamkan badannya di atas ranjang berusaha untuk menjauh dari pria itu, tapi Myungsoo terlalu dekat dengannya.

"Dan sekarang apa? Apa lagi yang telah kau coba lakukan sampai terbaring di sini? Apa?"

Sooji menggelengkan kepalanya, airmatanya siap terjatuh jika Myungsoo lebih lama lagi memberi tatapan membunuh kepadanya namun, setelah beberapa lama terdiam pria itu memilih untuk bangkit dan berjalan menjauhi ranjang. Ia mendesah panjang saat menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan mata terpejam, semua itu tidak luput dari pengamatan Sooji. Tubuhnya masih bergetar sisa-sisa ketakutan atas intimidasi yang dilakukan oleh Myungsoo barusan.

"Myungsoo--" ia bersuara pelan memanggil pria itu tapi tidak ada jawaban, akhirnya dengan sekali tarikan nafas ia kembali berbicara, "aku sudah memberitahu Sehun jika aku hamil dan bukan anak darinya."

Suasana di ruangan itu langsung hening, Sooji masih menatap Myungsoo yang bergeming di tempatnya dengan waspada, menunggu respon pria itu. Namun, sampai beberapa menit setelahnya tidak ada yang terjadi hingga ia berpikir jika mungkin saja Myungsoo tertidur kalau pria itu tidak membuka matanya.

Sementara Myungsoo menatap langit-langit kamar rawat milik Sooji, setelah merasa emosinya sudah surut ia menarik nafas panjang sebelum beranjak dan kembali mendekati ranjang Sooji. Ia mengernyit saat melihat tubuh wanita itu langsung menegang waspada dan tatapannya seperti seekor kucing yang tersudutkan, tanpa sadar ia mengulum senyum sebelum mengambil kursi dan duduk di samping ranjang.

"Dan reaksinya?" Sooji terlihat kebingungan atas pertanyaan tersebut membuat Myungsoo berdecak, "apa reaksi Sehun?" Ulang Myungsoo menjelaskan maksud dari pertanyaannya, untuk sesaat Sooji masih sempat bingung namun, kemudian ia menggelengkan kepala.

"Dia belum sempat merespon sebelum aku tidak sadarkan diri."

Myungsoo terdiam, pagi-pagi sekali saat mendapatkan telepon dari Soojung ia sudah hampir memaki wanita itu. Pasalnya Sooji sudah berada di rumah sakit sejak kemarin pagi dan hampir saja kehilangan bayinya akibat tekanan darahnya yang tinggi jika tidak mendapatkan penanganan lebih cepat. Namun, Soojung memiliki pembelaan dengan mengatakan bahwa kemarin dia tidak memiliki jadwal jadi tidak berada di rumah sakit sehingga Myungsoo masih mengampuninya saat ini karena telat memberikan informasi atas Sooji.

Menurut Soojung, ada pria lain yang membawa Sooji ke rumah sakit, di mana ia berasumsi jika pria lain itu adalah Sehun. Namun, ia sama sekali tidak melihat tanda-tanda kehadiran Sehun di ruangan ini.

"Jadi di mana dia sekarang?"

Sooji tersenyum miris lalu menggelengkan kepala, "saat aku sadar semalam, hanya ada perawat di sini. Pagi-pagi aku bangun, dia sudah tidak ada lagi."

"Jadi kau mau mengatakan jika Sehun tidak menjagamu di sini?" Myungsoo dapat menemukan kemarahan dalam suaranya. Ia menggeram dan memaki Sehun dalam hati, bagaimana bisa pria itu meninggalkan Sooji sendirian di rumah sakit dalam keadaan seperti ini?

"Tidak, tidak," Sooji menyangkal dengan cepat ketika melihat raut tak suka Myungsoo, "dia kembali ke sini saat tengah malam saat aku sudah tidur dan pergi pagi-pagi sebelum aku bangun. Aku tau karena ada bajunya di sana," jelas Sooji sembari menunjuk sebuah tas ransel yang ada di sudut ruangan dan beberapa lembar baju yang ditumpuk di sampingnya. Myungsoo terdiam saat menatap baju-baju milik Sehun.

"Aku harus bertemu dengannya secepat mungkin." Tukas Myungsoo membuat kening Sooji berkerut.

"Untuk apa kau menemui Sehun?" Myungsoo memberi tatapan seolah pertanyaan itu sangat konyol dan ia adalah seorang yang bodoh.

"Tentu saja membicarakan tentang anakku."

"Tidak!" Sooji tiba-tiba menjerit, ia menggeleng dengan wajah ngeri, "aku memberitahu Sehun jika ini bukanlah anaknya, bukan berarti aku juga membeberkan siapa ayahnya. Aku tidak sebodoh itu."

"Sehun tidak tau siapa ayah anak itu?"

Sooji mengigit bibir dan menggelengkan kepalanya, seingatnya memang ia hanya mengatakan jika bayi yang dikandungnya bukanlah anak Sehun, ia sama sekali tidak mengatakan jika itu anak Myungsoo. Setidaknya belum.

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini hmm?" Myungsoo menahan dirinya untuk tidak meledak dalam emosi lagi, apa tujuan Sooji memberitahu Sehun tentang bayi mereka jika tidak memberitahu identitasnya sekaligus?

"Mau mencoba membunuh anak kita lagi?"

Entah mengapa perkataan Myungsoo kali ini seakan meninju ulu hatinya, Sooji meringis--sebelum ini Myungsoo tidak mengatakan bayi ini dalam konteks 'anak kita', dalam kemarahannya pria itu hanya mengatakan 'anakku' yang mana hal itu tidak berpengaruh sedikitpun padanya. Tapi mengapa ketika kata 'anak kita' terucap dari bibir pria itu, ia seakan tersinggung? Seolah 'kita' dalam maksud Myungsoo adalah mereka berdua, meskipun benar seperti itu secara harafiah tapi kondisinya berbeda. Ia tidak menginginkan anak ini dan Myungsoo berucap seolah mereka berdua sepakat untuk memiliki anak ini bersama-sama.

"Aku sudah membuat keputusanku sendiri." Sooji kemudian berucap, menyampingkan rasa kesalnya lalu menatap Myungsoo.

"Dan keputusan itu adalah?"

Sooji menarik nafas panjang, "jika Sehun memaafkanku, aku akan menjaga diriku sampai melahirkan anak-mu dan kau bisa memilikinya setelah itu."

"Dan jika tidak?" Myungsoo mengangkat alis, lidahnya sudah gatal untuk memprotes keputusan Sooji, bagaimana wanita itu hanya mengajukan anak mereka tidak beserta dirinya? Di mana saat ini ia bukan hanya menginginkan anaknya, tapi juga sepaket Sooji.

Sooji terdiam, menimbang akankah bijak mengatakannya pada Myungsoo atau tidak, mengamati wajah datar pria itu, ia memilih untuk menggelengkan kepala.

"Aku akan memikirkannya setelah berbicara dengan Sehun."

Myungsoo tersenyum miring mendengarnya, "aku punya saran...bagaimana jika kau ikut bersamaku dan kita membesarkan anak kita bersama?"

Sooji memejamkan mata, menghalau rasa jijik atas tawaran Myungsoo. Demi apapun ia sama sekali tidak pernah memiliki niat untuk berpikir seperti itu, sedetikpun. Karena meskipun ia mengatakan akan memikirkannya, nyatanya ia sudah memiliki keputusannya sendiri.

Jika Sehun memaafkannya, ia akan rela melahirkan anak Myungsoo dan menyerahkan anak itu padanya kemudian kembali menjalani hidupnya bersama Sehun, tapi jika Sehun tidak memaafkannya dan memilih untuk melepasnya, ia sudah tau apa yang harus dilakukannya.

Melenyapkan anak Myungsoo sekaligus dirinya sendiri dari dunia ini. Sangat simple dan tentu akan menjadi balasan yang setimpal untuk pria itu atas kelakuannya selama ini.

***

Sehun duduk sambil mengamati wajah terlelap Sooji yang masih terlihat pucat, menghela nafas entah untuk keberapa kalinya. Kemudian matanya turun untuk memandang perut Sooji, di sana terdapat anak yang dulu sempat ia pikir adalah miliknya tapi bukan, itu milik orang lain dan ia sama sekali tidak tau.

Menjalin hubungan asmara bersama Sooji selama dua tahun sebelumnya akhirnya memutuskan untuk meminang wanita itu, ia sama sekali tidak berpikir jika akan mendapatkan pengkhiatanan sekejam ini. Sejak Sooji berhasil mencuri hatinya, ia sudah menetapkan bahwa hanya wanita itu satu-satunya yang akan ia cintai sepanjang hidup di dunia ini. Selama menjalin hubunganpun Sooji juga melakukan hal yang sama, memberi cinta yang sama besarnya dengan miliknya. Mereka saling memberi dan menerima, tidak ada satu kejanggalanpun dalam hubungan mereka.

Sampai ketika malam itu, saat ia pertama kali menyentuh Sooji. Berpikir jika ia akan mendapatkan hal yang selama ini Sooji jaga demi dirinya namun, semua harapannya sia-sia. Sehun bukan yang pertama untuk Sooji dan ia merasa sangat kecewa. Tapi kekecewaan itu tidak sebesar cintanya, sehingga ia memilih untuk menerima kondisi Sooji baik ataupun buruk atas nama cintanya. Karena sejujurnya Sooji bukanlah yang pertama untuknya juga, Sehun tidak akan menampik jika ditanya mengenai masa lalunya yang terlalu sering main perempuan. Sooji bahkan tau itu dan wanita itulah yang telah membuatnya bertobat, meninggalkan segala keburukannya di masa lalu dan mengukir kenangan baru bersamanya.

Tapi, Sooji kembali membuatnya kecewa. Ia tidak tau harus bereaksi seperti apa saat menatap wajah istrinya. Sehun sangat ingin marah, berteriak keras dan memojokkan Sooji karena telah mengkhianatinya, tapi sekali lagi ia tidak kuasa. Salahkan rasa cintanya yang teramat besar kepada wanita itu, ia hanya ingin memiliki Sooji seorang. Ia tau wanita itu sangat mencintainya jadi apapun akan dilakukannya untuk Sooji. Apapun yang diinginkan oleh Sooji, asal wanita itu tidak pergi darinya.

Rasa cintanya sudah terlampau besar bahkan hampir meledak dalam tubuhnya. Beruntung Sehun memiliki kontrol diri yang cukup tinggi, ia tau harus bersikap seperti apa, tapi saat ini sepertinya ia belum bisa menatap wajah Sooji tanpa memikirkan bahwa ada pria lain yang menyentuh Sooji sebelum dirinya. Tangan Sehun tiba-tiba terkepal ketika bayangan itu kembali menghantuinya, bagaimana bisa Sooji bersama pria lain hingga mengandung bayi pria sialan itu.

Sehun tidak peduli siapapun ayah bayi itu, ia hanya bersumpah di detik pertama mengetahui identitas pria itu, ia akan membunuhnya.

"Sehun?" Suara parau dan lembut Sooji memanggil Sehun kembali ke dunia nyata, ia menunduk menatap istrinya yang sudah bersiap untuk mengeluarkan airmata namun, sebelum itu terjadi ia sudah mendekat dan menangkup wajah Sooji. Menatap wanita itu dengan lembut.

"Jangan menangis. Aku lelah melihatmu menangis," bisiknya pelan, Sooji mengangguk mengerti tapi tak ayal kedua matanya terasa basah. Ia mengerjap untuk menghalau airmatanya tapi tetap saja tetesan bening itu kembali membasahi pipinya.

"Ma--maaf," Sooji bergumam lirih, "a-ku tid-ak ingin me-nangis, air-mataku ja-tuh sen-diri," ia meneruskan kalimatnya dengan tersendat-sendat, Sehun tersenyum lalu membantu wanita itu untuk mengusap wajahnya.

"Are you okay?"

Sooji mengangguk.

"The baby?"

Sooji merigis namun, kembali mengangguk.

"So, no tears anymore."

Kali ini Sooji tersenyum sembari mengangguk untuk menghentikan tangisannya, kedua tangannya terangkat untuk menarik leher Sehun dan memeluk pria itu.

"Maafkan aku, aku istri yang jahat. Maaf," bisiknya parau, merasakan gelengan kepala Sehun di sampingnya ia seperti ingin menangis lagi.

"Aku akan memaafkanmu asal kau menceritakan semuanya padaku. Kali ini tidak ada rahasia lagi, oke?"

Sehun menjauh untuk menatap wajah Sooji dengan tegas, wanita itu terlihat ragu namun, tetap mengangguk. Sehun mau mendengar penjelasannya saja ia sudah sangat berterima kasih. Ia tidak memerlukan hal lain lagi selain maaf dari pria itu. Ia tidak akan berharap lebih.

"Jadi?"

Sooji beranjak untuk duduk di ranjang, sementara Sehun duduk di tepi untuk menghadapnya. Mereka saling bertatapan beberapa detik sebelum Sooji menunduk dan mulai menceritakan awal mula ia bertemu Myungsoo di Vatikan. Tentu saja dengan menyamarkan nama pria itu, ia belum ingin memberi tau identitas Myungsoo. Mungkin setelah tau bagaimana sikap Sehun baru akan memutuskan apa yang harus ia lakukan.

Sehun hanya diam, tapi raut wajahnya jelas menggambarkan bahwa ia sedang marah saat ini. Mendengar cerita Sooji dari awal membuatnya terasa terbakar seketika. Bagaimana bisa pria itu melakukan hal keji terhadap Sooji-nya?

"Siapa?" Sehun mengatupkan bibirnya rapat, ia murka dan Sooji menyadarinya. Wanita itu menggeleng saat menatap wajah Sehun.

"Aku tidak akan memberitahu siapa ayah dari bayi ini sebelum kemarahanmu reda."

Sehun menarik nafas, ia memejamkan mata sebelum mendesis menperingatkan, "tidak ada rahasia lagi Sooji."

"Tidak akan ada rahasia Sehun. Kecuali kau mau menjamin dirimu sendiri untuk tidak membunuh pria itu." Sooji sangat tau sifat Sehun, jika sudah mencintai sesuatu dia akan melakukan apapun demi mendapatkan maupun mempertahankannya. Bahkan dengan membunuh sekalipun akan dilakukannya. Sehun adalah orang yang seperti itu. Sooji sangat mengerti dan ia tidak ingin suaminya menjadi seorang pendosa dengan membunuh orang lain. Cukup dirinya yang berdosa.

"Kau tau aku sayang."

Sooji tersenyum dan mengangguk, "karena aku sangat mengenal dirimu. Aku tidak ingin kau bertindak gegabah."

Sehun menggeram, ia menghempaskan tangannya kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sangat ingin tau siapa pria itu, tapi Sooji jelas tidak akan memberitahu sebelum ia berjanji untuk tidak memburu pria itu yang mana itu adalah hal yang sangat mustahil untuk ia lakukan. Karena saat ini rasanya Sehun sudah sangat ingin mencabik-cabik tubuh pria itu hingga berkeping-keping.

Sooji hanya diam mengamati kefrustasian Sehun, ia tau cara mengendalikan pria itu. Berhubungan selama dua tahun membuatnya mengerti apa yang harus ia lakukan untuk membuat Sehun patuh. Ia hanya perlu memerintah dan Sehun akan menurutinya. Begitulah 'cinta' berjalan dalam kendali diri Sehun dan itu bukanlah sesuatu yang negatif.

"Jadi..." jeda sejenak, Sehun sudah berhasil meminimalisir kemarahannya, ia mengangkat wajah untuk menatap Sooji, "apa yang akan kau lakukan dengan bayinya?"

Sooji meringis saat melihat Sehun melirik perutnya dengan tajam, ia menarik nafas sebelum mengutarakan pertanyaannya, "apa kau memaafkanku?"

Sehun mengernyit bingung sebelum mengangguk, "aku memaafkanmu."

"Kau masih menerimaku sebagai istrimu?"

"Dengan sepenuh hatiku."

"Kau keberatan jika aku melahirkan anak ini?"

Kali ini Sehun tidak langsung menjawab, ia menatap Sooji dengan pandangan aneh, "kau mengiginkan bayi itu? Bukan anakku?"

Sooji tersenyum pahit, "aku tidak menginginkannya Sehun. Sumpah demi Tuhan aku tidak mengiginkannya, sebelum ini aku sudah mencoba untuk melenyapkannya tapi selalu gagal," Sooji menarik nafas panjang saat mengutarakan rencana mengugurkan kandungannya kepada Sehun.

"Tapi kurasa Tuhan memang tidak berniat melenyapkan bayi ini."

Sehun terdiam, ia menatap bagaimana resahnya Sooji saat berbicara mengenai bayinya. Wanita itu tidak menginginkan bayi itu, tapi menyerah dan menerimanya karena telah gagal menyingkirkannya, meskipun wanita itu terpaksa tapi dia tetap memutuskan mempertahankan bayinya. Sehun mengerti saat ini.

"Aku tau. Apapun keputusanmu akan aku terima." Ujar Sehun membuat Sooji terkejut.

"Kau tidak keberatan?"

Sehun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu."

Setelahnya Sooji sudah melemparkan diri dalam pelukan Sehun. Sekali lagi mengucapkan rasa syukur dalam hatinya karena untuk kesekian kali Sehun mau berlapang dada menerimanya. Ia tidak tau lagi bagaimana jadinya jika bukan Sehun yang menjadi suaminya saat ini.

"Aku mencintaimu Sehun. Oh aku sangat mencintaimu."

Sehun tersenyum tipis memeluk tubuh Sooji dengan erat lalu berbisik dengan lambat, "aku mencintaimu."

CONTINUED.

Unexpected, aku berhasil ngetik satu part lagi  😅 lupa kalo kemarin udah update tapi hari ini update lagi 😂 gk papa ya sebagai sogokan, biar kalo nanti tiba" hilang gk dicariin wkwk

Yg nanya" reaksi Sehun kyak gimana, tuh ada di atas, semoga sesuai harapan kalian ya. Kalau bukan part selanjutnya, dua part selanjutnya lagi puncak klimaks. Brace your self. Dan kuharap bagi pendukung hunzy tetap pada pendirian ya 😈😈😈

Aku mau bertaruh sama pendukung hunzy dan pendukung myungzy di sini, mana suaranya coba komen di inline ini ya 😆

Kali ini tebak"annya gampang kok, kira" apa yang akan terjadi saat puncak klimaks? Satu orang yg benar aku akan kasih dedikasi di part puncaknya. Ciayo, selamat menebak 😌

See you next part 🙌 (kali ini beneran gk tau kapan update)

[04/08/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top