ED 09 | Insecure
NO EDIT.
Jiwon meletakkan dua cangkir teh di atas meja lalu bergabung bersama Sehun untuk duduk di sofa, ia menatap pria itu dengan penuh tanda tanya.
"Kau terlihat lesu, ada apa?" Tanyanya, Sehun mengedikkan bahu sebelum mengambil tehnya, "sesuatu terjadi pada Sooji?"
"Tidak," Sehun menyesap tehnya sedikit kemudian mengembalikannya ke meja lagi, ia menatap Jiwon yang duduk di seberangnya, "aku tidak tau tepatnya."
Jiwon mengerutkan kening bingung, "Apa maksudmu?"
Sehun menghela nafas, ia menyandarkan tubuh ke sofa lalu memejamkan mata, "akhir-akhir ini dia terlihat aneh. Sikapnya berubah-ubah, aku melihatnya sering menangis sendiri dan ketika kutanya dia malah merajuk," ungkap Sehun.
"Kadang juga aku mendapatinya sedang melamun. Dia terlihat sangat murung beberapa hari ini." Sehun melanjutkan ceritanya, "apa dia tidak pernah bercerita padamu tentang sesuatu?"
Jiwon berpikir sejenak kemudian menggeleng, "kemarin kami bertemu dan dia tidak mengatakan apa-apa. Memang Sooji terlihat berbeda, dia sedikit murung tapi kupikir itu hanya karena dia kelelahan."
"Sooji pasti mengeluh padaku jika dia sedang lelah, tapi dia sama sekali tidak mengatakan apa-apa." Sehun mendesah panjang, ia sangat ingin tau apa masalah yang sedang dialami oleh istrinya, karena siapapun yang melihat keadaannya pasti akan bisa menebak jika Sooji sedang memiliki masalah. Namun, sialnya ia merasa tidak kuasa untuk memaksa wanita itu bercerita padanya, tapi ia kelewat frustasi ingin mengetahui apa masalahnya.
"Mungkin itu hanya hormon-eh tunggu," Jiwon mengerutkan kening ketika mengingat sesuatu, ia menatap Sehun yang kebingungan, "bagaimana dengan nafsu makannya?"
Sehun terlihat heran, tapi tetap menjawab, "tidak terlalu baik. Kurasa selera makannya ikut menurun juga beberapa hari ini."
Jiwon melotot ketika mendengar penjelasan itu, kemudian senyumnya terpatri, "oh astaga! Tentu saja dia bersikap seperti itu."
Sehun mengerutkan kening tidak mengerti, "maksudnya?" Tanyanya bingung, apa hubungan antara Sooji yang kehilangan nafsu makan dengan sering menangis dan melamun?
"Apa kau tidak pernah berpikir mungkin saja Sooji sedang hamil?" Jiwon menatap Sehun antusias, entah mengapa pemikirannya saat ini membuatnya merasa senang. Ia sangat berharap Sooji benar-benar hamil.
"Ha-hamil?" Sehun membeo, ia terlihat linglung saat memikirkan ucapan Jiwon, "maksudmu Sooji hamil?"
Dan ketika Jiwon mengangguk, Sehun terlonjak. Wajahnya terlihat berbinar cerah bercampur dengan terkejut, "hamil anakku, begitu?" Tanyanya lagi dengan nada suara yang terdengar ragu.
"Tentu saja anakmu, maumu anak siapa lagi bodoh!"
Sehun memejamkan mata, sedetik kemudian ia memekik kaget dengan mata melotot, "Sooji hamil?"
Jiwon tertawa melihat reaksi Sehun yang berlebihan, ia kemudian berucap, "kemungkinan besar seperti itu, karena beberapa kenalanku mengalami gejala yang sama di awal-awal kehamilan mereka."
"Gejala?" Sehun mengerjap tidak mengerti, ia menatap Jiwon seolah wanita itu baru saja berbicara menggunakan bahasa asing yang tidak ia tau artinya.
"Iya gejala yang seperti Sooji tunjukan. Perubahan emosi yang tidak stabil, nafsu makan menurun dan sebagainya."
"Jadi Sooji akhir-akhir ini bersikap aneh karena dia hamil," Jiwon mengangguk mendengar konklusi yang disebutkan oleh Sehun, "tapi kenapa dia tidak memberitahuku jika dia hamil?"
"Mungkin dia ingin memberi kejutan padamu?"
Sehun mengerutkan keningnya merasa aneh, sesaat yang lalu ia sempat sangat bahagia saat memikirkan kemungkinan jika Sooji benar-benar sedang mengandung anaknya, tapi jika dipikirkan lebih jauh lagi-sikap Sooji bukan seperti seorang wanita yang sedang mengandung, istrinya tidak akan semurung itu jika memang benar sedang hamil. Atau itu juga termasuk salah satu gejala wanita hamil? Hormon tidak stabil?
"Kau tidak yakin jika Sooji hamil?" Jiwon bertanya setelah menilik ekspresi wajah Sehun yang berubah, pria itu menjadi ragu setelah mendengar penjelasannya.
"Bukan seperti itu, kurasa jika dia hamil dia pasti akan terlihat bahagia. Tapi yang aku lihat malah sebaliknya, Sooji terlihat murung."
Jiwon berpikir, kemarin saat bertemu Sooji dia juga memikirkan hal yang sama. Sooji seperti memiliki masalah sehingga membuatnya terlihat sedih serta cemas. Jika memang Sooji hamil, dia pasti akan terlihat lebih ceria, seperti kata Sehun.
"Bagaimana kalau kau bertanya padanya saja?"
Sehun langsung menggeleng mendengar usulan Jiwon, "terakhir kali kutanya dia menangis semalaman. Aku tidak mau membuatnya menangis lagi," tukasnya sembari menghela nafas.
Jiwon mendesah lalu menggelengkan kepala, tak tau lagi harus berbicara apa. Meskipun ia cukup yakin jika Sooji benar sedang hamil, tapi spekulasi Sehun membuatnya sedikit ragu. Semua wanita pasti akan sangat bahagia saat mengetahui dirinya sedang mengandung, tapi Sooji terlihat tidak seperti itu.
"Kurasa kau harus lebih bersabar lagi. Tunggu sampai dia mau cerita, Sooji pasti akan cerita."
"Ya semoga saja."
Sehun bergumam pelan dan berdoa jika dugaan mereka tentang Sooji yang sedang hamil adalah benar adanya. Karena meskipun ia meragu, tapi tetap saja harapan itu masih ada. Ia berharap Sooji benar-benar tengah mengandung anaknya, buah cinta mereka.
***
"Aku tidak mengerti kenapa mau melakukan ini."
Myungsoo tersenyum lebar, ia menatap wanita di seberangnya dengan pandangan geli sementara wanita itu memberinya pandangan menyela.
"Karena aku adalah kakakmu, Jung Soojung."
Wanita itu berdecak, ia memberikan amplop coklat pada pria itu, "kau tau aku sudah menyalahi kode etik sebagai dokter."
"Tidak ada yang namanya kode etik dalam keluarga, sayang." Myungsoo masih tersenyum, membuka amplop itu dan mengeluarkan isinya, "jadi bagaimana keadaannya?"
"Sehat, ibu dan anaknya sehat. Hanya saja mereka kekurangan nutrisi karena sebulan ini sang ibu tidak makan dengan teratur," jelas Soojung dengan enggan, ia kemudian menatap Myungsoo dengan tajam, "kau bisa menjelaskan padaku bukan, kenapa dokter Bae bisa mengandung anakmu?" Tanyanya menuntut, pasalnya tepat satu bulan yang lalu ketika Myungsoo datang padanya dan menodong untuk diberikan hasil pemeriksaan dokter Bae, pria itu berjanji akan menceritakan alasannya, tapi sampai saat ini tidak ada satupun penjelasan yang ia dapatkan.
"Setauku dia menikah dengan orang lain dan kenapa kau yang menjadi ayah dari bayinya?"
"Ceritanya sangat panjang, kau yakin ingin mendengarnya? Bagaimana bisa Sooji hamil anakku?" Myungsoo menggerling menatap Soojung yang wajahnya sudah memerah menahan emosi, wanita itu mendesis.
"Kau dan pikiran kotormu!" Umpatnya membuat Myungsoo tertawa, "Kim Myungsoo! Keluar dari ruanganku."
"Astaga, kau sangat sensitif sayang."
Myungsoo berdiri dari kursinya tak lupa membawa serta amplop yang diberikan Soojung tadi, "terima kasih adikku cantik. Bulan depan aku akan ke sini lagi untuk mendapatkan laporan perkembangan anakku." Myungsoo berucap dengan penuh percaya diri membuat Soojung berdecak. Ia tidak mengerti kesalahan apa yang telah orangtua pria itu lakukan di masa lalu sehingga memiliki anak sebrengsek itu.
"Pulanglah. Hanya perlu pastikan dia mendapatkan asupan nutrisi yang cukup." Pesan Soojung, "jika tidak, aku sendiri yang akan mendatangi suaminya dan menyuruhnya untuk memberi makan istrinya yang sedang hamil anak pria lain!"
Myungsoo mendengus mendengar ancaman Soojung, "Coba saja jika kau berani. Aku tidak akan segan-segan memberitahu ibumu jika kau sudah tidur dengan pacar bodohmu!"
"Kau-" Soojung menggeram marah, melihat wajah congkak Myungsoo membuatnya ingin mencekik leher pria itu hingga kehabisan nafas.
"Aku apa?" Tantang Myungsoo, Soojung menarik nafas dalam. Ia menyesal, dari seluruh populasi pria di Korea mengapa harus Myungsoo yang menjadi saudaranya.
"Keluarlah, aku masih memiliki pasien yang menunggu," ujarnya akhirnya, Myungsoo tersenyum lalu mengangguk mengerti.
"Aku senang wanita yang penurut, kau terlihat sangat manis."
Myungsoo kemudian keluar dari ruangan itu. Soojung hanya menghela nafas panjang, pria itu memang tidak pernah jauh-jauh dari yang namanya masalah. Sudah terlalu banyak ia menyaksikan masalah yang ditimbulkan oleh Myungsoo dan dari semuanya mungkin ini adalah masalah terbesar. Menghamili istri orang.
Apa yang akan ayahnya katakan jika tau kelakukan putra sulungnya itu?
*
Setelah keluar dari ruangan Soojung, Myungsoo langsung bergegas menuju ke gedung di mana Sooji berada. Seperti kegiatannya sebelum-sebelumnya, ia sadar jika Sooji telah pasrah dengan kelakuannya dan itu membuatnya senang. Meskipun wanita itu masih mengabaikannya tapi setidaknya sudah tida ada perlawanan lagi seperti yang dulu-dulu.
Myungsoo membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu, kemudian ia tersenyum saat melihat Sooji berada di balik meja kerjanya.
"Hai."
Sooji langsung mendongak saat mendengar sapaan Myungsoo lalu mendengus kesal. Myungsoo hanya mengerutkan keningnya melihat wajah Sooji yang terlihat kuyu dan lebih kurus dari sebelumnya. Memang sudah seminggu Myungsoo absen untuk datang kemari karena pekerjaannya di luar kota, tapi seingatnya minggu lalu ketika terakhir kali bertemu Sooji, wanita itu tidak seburuk ini.
Apakah memang dia tidak menjaga kesehatannya?
Seketika pemikiran tentang Sooji yang tidak hidup layak itu membuatnya geram. Wanita itu sedang mengandung anaknya dan beraninya dia tidak mengurus dirinya sendiri!
"Bae Sooji."
Sooji seperti biasa, masih mengabaikannya, Myungsoo mendengus sembari mendekat ke arah wanita itu. Ia langsung duduk di hadapan Sooji, menatap wanita itu dengan lekat.
"Kau terlihat sangat buruk."
Sooji mencibir saat mendengarnya, ia memang mengakui bahwa dirinya sangat buruk akhir-akhir ini. Hormon kehamilan membuatnya kesal, merasa jengah setiap hari harus menangis hanya karena melihat wajah Sehun. Ia juga kerap kali mual tepat ketika suaminya meninggalkan rumah, memuntahkan seluruh makanan yang ia komsumsi saat sarapan pagi.
Semua itu membuatnya muak. Terlebih kelakuan Myungsoo sama sekali tidak membantu, pria itu masih sering mendatanginya--meskipun beberapa hari belakangan ia merasa lega karena Myungsoo tidak muncul, tapi itu tidak membuat keadaannya membaik.
"Sooji kau sedang hamil, seharusnya kau menjaga kesehatanmu." Tegur Myungsoo membuat wanita itu langsung menatapnya aneh.
"Aku tidak mengharapkan kehamilan ini," tukasnya dengan tatapan tajam, "aku tidak peduli dengan bayi ini."
Myungsoo mengepalkan kedua tangannya saat mendengar ucapan Sooji, "kau peduli. Dia anakmu!" desisnya dengan suara menahan amarah, Sooji tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya menyangkal hal itu.
"Jika kau tidak peduli, kau tidak mungkin mempertahankannya."
Myungsoo marah. Sooji tau itu tapi ia menolak untuk merasa takut padanya, lalu dengan kekehan pelan ia memandang pria itu.
"Kau terlalu percaya diri tuan," Sooji bersidekap mengamati raut wajah Myungsoo, ia merasa senang karena berhasil membuat pria itu kembali marah, "aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat untukenyingkirkannya."
"Kau-" Myungsoo menggeram, ia menunjuk Sooji dengan telunjuknya yang bergetar marah, "coba saja dan kita lihat apa yang bisa kulakukan padamu!"
Sooji menggigil di tempatnya, tidak pernah sekalipun ia melihat kemarahan Myungsoo seperti ini. Biasanya pria itu hanya akan tertawa saat ia memberi ancaman atau bahkan mengatakan hal-hal yang melukai egonya. Tapi saat ini berbeda, Myungsoo sangat marah dalam artian yang sebenarnya.
"Aku tidak menginginkan kehamilan ini," ujarnya yang terdengar seperti membela diri, menatap Myungsoo yang masih bergeming dengan kemarahannya, "aku tidak mau anakmu!"
"Kau sudah mengandung anakku. Mau tidak mau kau harus terima dan ingat--" Myungsoo berdiri lalu mencondongkan tubuh untuk mendekat padanya, "dia akan lahir di dunia. Dengan atau tanpa persetujuanmu. Aku akan pastikan itu."
Setelah memberi ancaman itu Myungsoo langsung keluar dari ruangannya, ia masih terpaku selepas kepergian pria itu. Mata Myungsoo terlihat sangat kelam saat mengucapkan ancamannya, dia terlihat mengerikan dan Sooji tidak ingin menebak apakah pria itu benar-benar serius dengan ucapannya atau hanya ancaman belaka.
"Gila. Dasar pria gila. Kau benar-benar gila."
***
Sooji merasa bersalah, ia menatap Sehun yang telah terlelap di sampingnya. Beberapa hari ini suaminya terlihat murung dan ia tidak akan menyangkal jika kemurungan itu berasal dari kelakuannya.
Ia berjalan keluar dari kamar lalu duduk di balkon, merenungkan nasibnya yang sangat buruk. Tidak mengerti mengapa harus dirinya yang bertemu Myungsoo malam itu? Kenapa bukan wanita lain atau kenapa dia harus ke pub malam itu? Kenapa ia tidak menurunkan egonya dan ikut bersama Sehun ke Jepang saja? Kenapa takdirnya seperti ini....
Sooji menghela nafas, terlalu banyak 'kenapa' yang berkecamuk dalam pikirannya saat ini.
Sudah sebulan ini semenjak mengetahui kehamilannya, Sooji terus menghindari Sehun. Terlebih setelah pembicaraan mereka malam itu mengenai keperawanannya. Ia bukannya tidak percaya pada Sehun, hanya saja Sooji tidak mau melukai pria itu lebih dalam. Ia tidak ingin melibatkan Sehun dalam masalah ini karena pria itu terlalu baik untuknya.
Saat ini ia memang sedang memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan masalahnya tanpa harus menyakiti Sehun, biar saja itu menyakiti dirinya asal suaminya tidak. Ia terlalu mencintai Sehun sehingga tidak sanggup untuk mengandung anak pria lain.
Sooji membenci dirinya sendiri, membenci Myungsoo dan membenci bayinya. Kalau saja bayi itu tidak hadir, mungkin saat ini ia akan merasa baik-baik saja bersama Sehun. Karena ia yakin bahwa Myungsoo selama ini mengusiknya hanya karena yakin jika bayi ini akan hadir di antara mereka. Terlebih setelah melihat betapa murkanya pria itu saat ia mengemukakan keingan untuk melenyapkan bayinya. Sooji yakin Myungsoo memang hanya menginginkan bayinya dan ia terlalu dendam pada pria itu untuk mewujudkan keinginannya.
"Kau akan merasakan apa yang kurasakan Kim Myungsoo," bisiknya lirih pada angin malam. Pandangannya menerawang ke langit kelam di atas sana lalu memejamkan mata.
"Kau tidak akan melihat anakmu."
"Dia akan lahir di dunia. Dengan atau tanpa persetujuanmu. Aku akan pastikan itu."
Sooji tersenyum miring saat mendengar ancaman Myungsoo di telinganya, ia menggeleng untuk menghalau bayangan wajah marah pria itu kemudian bergumam lirih mengikuti kalimat ancaman Myungsoo untuknya.
"Dia tidak akan lahir di dunia. Dengan atau tanpa persetujuanmu. Aku akan pastikan itu."
CONTINUED.
Hai, aku datang 😅 karena terlalu hyper sama comeback exo dan mendonwload habis-habisan, aku akhirnya kehabisan kuota 😭 maaf ya. Hampir seminggu tanpa kuota rasanya hampa banget 😑
Nextnya diusahakan secepat mngkin, soalnya aku ada project lain, bukan ff baru tapi ya 😫 aku masih keteteran sama yg ini dan vengeance jdi gk brani buat baru dulu. Projectnya ada lah, nnti kalau udah kelar aku kasih tau wkwkwk 😌😌
See you next part 🙌🙌🙌
[29/07/17]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top