ED 03 | Lost Bracelet

Sooji mendesah frustasi, keadaan kamarnya yang terlihat berantakan sama sekali tidak menjadi gangguan untuk terus menggeledah lemari penyimpanan miliknya, ia mencari gelang pemberian Sehun ketika pertama kali mereka kencan. Hari ini adalah jadwal pemotretan Pra-Wedding mereka dan ia ingin mengenakan gelang tersebut, meskipun telah mencari dimanapun namun gelang itu sama sekali tidak ditemukan.

"Sooji, kamu--Oh astaga, kenapa kamarmu berantakan seperti ini?" Woohee berseru tertahan ketika memasuki kamar putrinya, mulai dari ranjang yang dipenuhi dengan hampir seluruh isi lemari pakaian hingga lantai yang berlapis karpet bulu penuh dengan aksesoris putrinya.

"Eomma, kau melihat gelangku?"

"Gelang yang mana? Lihat semua gelangmu ada disana," Woohee menghampiri Sooji yang sedang duduk bersila didepan lemari dengan kedua tangan sedang membuka laci yang berada dalam lemari tersebut, ia menunjuk karpet yang menaungi semua aksesoris mulai dari gelang, kalung, cincin hingga hiasan rambut.

Sooji mengeluh panjang, "bukan itu, aku mencari gelang hadiah dari Sehun," ungkapnya, ia melirik Ibunya dengan pandangan memelas, "Sehun pasti marah kalau aku menghilangkan gelang itu."

"Ingat dimana terakhir kali kamu memakai gelang itu?" Woohee memberi saran, Sooji berpikir sejenak tetapi ingatannya tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sejauh manapun ia mencoba untuk mengingat, tetap saja tidak ada ingatan apapun mengenai kapan terakhir kalinya ia melihat gelang itu.

"Ya biasanya aku simpan dilaci ini, tapi sekarang sudah tidak ada," Sooji berkelit membuat Woohee berdecak pelan.

"Kalau gelang itu tidak ada kamu masih bisa pakai gelang yang lain kan?"

"Tapi aku maunya gelang itu."

"Kamu punya banyak gelang lain yang diberikan Sehun," Woohee berkomentar mengingatkan putrinya, "sebentar lagi Sehun akan menjempumu. Kalian punya jadwal pemotretan hari ini kan?"

Sooji menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin memakai gelang lain karena kenangan yang dimiliki oleh aksesorisnya yang lain tidak sama dengan gelang pertamanya. Ia ingin menggunakan gelang pertama pemberian Sehun karena itu adalah satu-satunya saksi atas perjuangannya selama kurang lebih dua tahun untuk mengambil hati Sehun.

Sehun memberinya gelang itu sebagai simbol atas hubungan mereka, jadi bagaimana ia bisa menggantikan gelang itu dengan aksesorisnya yang lain?

"Eomma--"

"Sooji, kalau memang gelang itu tidak ada ya sudah, kamu bisa pakai yang lain. Lagipula Sehun tidak menuntutmu untuk menggunakan gelang itu kan? Apa kamu mau membatalkan pernikahanmu hanya karena gelang itu?" Woohee mengomel memberikan nasehat seperti yang selalu ia lakulan sejak dulu, dan Sooji hanya mampu terdiam.

"Tapi aku ingin pakai gelang itu," desah Sooji pelan.

"Kamu sudah dewasa nak, jangan kekanakan seperti ini." Teguran itu langsung membuat hati Sooji menciut, ia mengangkat kepala untuk menatap wajah penuh pengertian Ibunya, setelahnya ia mendesah panjang.

"Baiklah, aku akan mandi sekarang."

Woohee tersenyum kecil ketika melihat wajah lesu putrinya, ia tau Sooji adalah ciri wanita yang selalu memperhatikan sesuatu sedetail mungkin. Sooji selalu melewati harinya sesuai dengan konsep yang telah ia rancang, mulai dari bangun pagi hingga akan tidur dimalam hari, terkadang Woohee cukup bangga karena memiliki putri yang selalu mengorganisir apapun yang akan dilakukannya namun kadang kala pula kebiasaan Sooji itu membuatnya frustasi, seperti kejadian beberapa tahun lalu ketika Sooji akan melakukan sidang untuk program profesi kedokteran. Sejak malam sebelum hari sidangnya, ia sudah membuat daftar apa saja yang akan ia bawa dan akan dikenakannya.

Namun keesokan harinya, sepatu yang sudah ia rencanakan untuk dipakai telah rusak, sol sepatunya terlepas sehingga Woohee menyarankan untuk menggunakan sepatu lain.

"Aku harus memakai sepatu ini Bu," Sooji menolak kala itu ketika Woohee menyodorkannya sepatu lain.

"Ini sama saja Sooji, yang penting kamu bisa pakai sepatu dan tidak rusak."

"Tapi sepatu itu tidak cocok dengan rok yang aku pakai. Aku mau yang ini."

Saat itu Woohee hanya bisa pasrah dan membiarkan putrinya memakai sepatu yang sudah ia perbaiki dengan merekatkan solnya menggunakan lem perekat. Baru setelah itu Sooji mau ke kampus untuk sidang.

Dan hari ini kejadian serupa terjadi, Sooji pasti sudah merencanakan apa saja yang akan ia kenakan untuk pemotretan nanti, dari hal terbesar hingga ke detail terkecil, namun gelang yang diinginkannya tidak ada dan sudah pasti putrinya itu tidak mau melakukan pemotretan tanpa gelang tersebut. Tapi sekarang Sooji sudah dewasa, jadi kebiasaan buruknya harus ia perbaiki dan Woohee tidak akan membiarkan Sooji membatalkan rencana pemotretan mereka hanya karena gelangnya hilang.

***

Taehyung menggeram tertahan, entah sudah berapa kali ia mengalami hal seperti ini. Disaat klien mereka telah tiba namun sang fotografer belum juga muncul. Ia tersenyum sugkan pada sepasang tunangan yang akan melalukan pemotretan hari ini bersama mereka.

"Maafkan kami, sepertinya Myungsoo Hyung sedikit telat," ucapnya mencoba meminta pengertian, sang pria tersenyum kecil dan mengangguk mengerti.

"Tidak apa-apa, kebetulan hari ini kami tidak memiliki kegiatan apapun," ujarnya tenang, sementara wanita disampingnya sudah memasang wajah cemberut.

"Memangnya apa yang membuat fotografernya telat? Bukannya kita susah memiliki kesepakatan ya?" Wanita itu mengomel membuat Taehyung meringis. Disaat-saat seperti inilah Taehyung merasa tidak bisa berbuat apa-apa selain meminta maaf, karena sejujurnya ia sendiri tidak tau apa alasan Myungsoo selalu terlambat disetiap pemotretan, meskipun hasil kerjanya mengagumkan tapi tetap saja diantara pujian yang dilontarkan klien mereka, selalu ada terselip sindiran kekecewaan atas kelalaian Myungsoo dalam memanage waktunya.

"Sudahlah sayang, mungkin dia ada masalah sebelum kesini. Tidak masalah kalau kita menunggu beberapa menit lagi," Sehun menyela membuat wanita disampingnya mendengkus tak kentara sementara Taehyung hanya bisa menghela nafas. Benar-benar bosan tiap kali ada klien, ia selalu saja mendapatkan raut wajah kesal atau tak suka dari mereka. Ia menjadi semakin tidak enak terlebih ketika Myungsoo datang seolah tidak bersalah dan membuat klien mereka semakin merasa kesal.

Taehyung hanya berharap jika sebentar Myungsoo mau setidaknya mengucapkan kata maaf agar perasaannya bisa sedikit lega ketika bekerja. Ia menjadi serba salah ketika melihat raut wajah wanita itu tertekuk dalam.

"Maafkan saya," gumamnya lagi penuh rasa bersalah, Sehun yang melihat itu ikut-ikutan menjadi tidak enak, alhasil ia hanya tersenyum sungkan dan menarik tunangannya untuk duduk selagi mereka menunggu.

"Ubah raut wajahmu itu sayang. Beginikah tampang calon pengantin wanitaku?" Sehun berbisik pelan membuat Sooji menoleh padanya dengan alis berkerut, masih dengan wajah tertekuk sehingga Sehun terpaksa melarikan jemarinya untuk mengacak lembut rambut Sooji.

"Aku kesal." Tukas Sooji, Sehun mengangguk mengerti, "seharusnya Jiwon memilih fotografer yang kompeten!"

"Hei, kau meragukan pilihan Jiwon?" Sehun bertanya dengan alis terangkat, wanita itu menatapnya sejenak kemudian menggeleng kecil, "kita tidak tau masalah apa yang terjadi dengannya jadi jangan berpikiran buruk dulu. Setidaknya sampai kita melihat kinerjanya, oke?"

Sooji mendesah panjang, apa yang dikatakan oleh Sehun memang ada benarnya. Tapi tetap saja keterlambatan selama lebih dari setengah jam itu sudah keterlaluan, ia salah satu orang yang sangat menghargai waktu jadi ketika menemukan orang yang sama sekali tidak peduli dengan ketepatan waktu wajar jika dirinya merasa kesal. Apalagi jika itu berhubungan dengan dirinya.

"Sudah ya, aku tidak mau berfoto dengan perempuan yang cemberut," Sehun menegur lagi, pria itu mendekat lalu mencium pipi Sooji tanpa pemberitahuan sehingga wanita itu berjengkit menatapnya.

"Kau ini! Bisa saja merayuku." Sooji mendengkus tapi tak mampu menahan kedutan dikedua sudut bibirnya hingga akhirnya ia menyerah dan tersenyum malu. Sehun yang melihat gadisnya merona hanya tertawa pelan sampai mengundang Sooji untuk ikut tertawa.

"Ehm!"

Sampai teguran bernada keras itu menghentikan tawa mereka, keduanya serempak menoleh dan menemukan seorang pria berdiri tak jauh dari tempat mereka duduk, menopang sebuah kamera dengan ekspresi wajah yang sangat datar.

"Bisa kita lakukan pemotretannya? Sekarang."

Seketika Sooji mengernyit tidak senang mendengar nada bicara pria itu.

*

"Oh demi tuhan! Kau darimana saja?" Taehyung menjerit histeris sesaat setelah melihat Myungsoo melintasi lobi studio. Tadi setelah meyakinkan kedua klien mereka agar menunggu beberapa saat lagi, ia akhirnya memilih keluar dan menunggu Myungsoo tepat didepan pintu masuk.

"Apa kau tidak bosan selalu kutanyai seperti ini?"

Dan seperti biasa, Taehyung hanya akan terlihat berbicara kepada angin ketika Myungsoo berjalan melewatinya tanpa melirik sedikitpun, pria itu menggeram lalu dengan cepat menyusul langkah lebar Myungsoo.

"Kim Myungsoo!"

"Taehyung--" Myungsoo bergumam penuh teguran tanpa menatap pria itu, ia kini sibuk dengan kameranya, "yang penting aku sudah disini." Jawaban yang akan selalu ia lontarkan setiap kali Taehyung murka karena keterlambatannya.

"Lama-lama aku tidak tahan bekerja denganmu!"

"Kau tidak akan."

Myungsoo berseru percaya diri membuat Taehyung memutar bola matanya kesal, "kau tau aku tidak akan tapi kau tetap menyiksaku! Apa salahku?"

"Astaga! Kenapa kau jadi sensitif seperti ini hmm?" Myungsoo akhirnya mengangkat kepala dan menatap aneh Taehyung, pria itu memasang wajah frustasi membuat Myungsoo tertegun.

"Apa kau benar-benar tersiksa bekerja denganku?" Tanyanya tidak enak, sepanjang mengenal Taehyung dan bekerja dengannya inilah kali pertama ia melihat wajah frustasi pria itu. Dulu seburuk apapun kelakuannya, Taehyung tetap tidak terpengaruh dan masih terlihat cerah seperti apa adanya pria itu. Tapi sekarang-

"Aku bosan Hyung-" Taehyung menggumam pelan, ia menatap Myungsoo nelangsa, "selalu meminta maaf pada klien karena ulahmu."

"Kalau begitu jangan."

Taehyung mendesah panjang lalu menggeleng, "kau tidak mengerti pentingnya kata 'maaf'," ia menarik nafas sebelum menghembuskannya dengan kasar, "apapun itu kita bisa mendebatnya nanti. Klienmu sudah menunggu sejak tadi!"

Dan seakan teringat akan tugasnya, Myungsoo mengumpat lirih lalu keluar dari ruangannya. Jika Taehyung tidak mencoba untuk mendebatnya mungkin pemotretan hari ini akan selesai dengan cepat dan dia bisa kembali berkutat untuk mencari wanitanya. Tapi sialannya, ia malah terperdaya dengan ocehan Taehyung.

"Oh-" Myungsoo menggumam pelan ketika tepat masuk kedalam studio ia melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Ia menarik nafas tajam.

Sialan kau Kim Jiwon.

"Kau ini! Bisa saja merayuku."

Suara itu terdengar pelan dan halus ketika menembus indera pendengarannya. Myungsoo menaikkan satu alisnya lalu menatap sepasang kekasih yang sudah tertawa bersama, ia kemudian berdehem guna menghentikan kegiatan mereka dan membuat keduanya menyadari kehadirannya disini sampai ketika mereka menoleh kepadanya ia bergumam datar.

"Bisa kita lakukan pemotretannya? Sekarang."

Hening beberapa detik hingga pria itu berdiri dan menghampiri Myungsoo, "oh kau pasti Myungsoo kan? Kenalkan aku Oh Sehun."

Myungsoo mengangguk pertanda bahwa ia tau nama pria itu. Jiwon sudah memberitahunya bahwa kliennya hari ini adalah teman dekat sepupunya itu.

"Dan dia tunanganku," Myungsoo hendak mengangguk lagi namun ia terdiam ketika mendengar nama yang disebutkan oleh pria dihadapannya, "Bae Sooji."

Matanya langsung berlari melewati bahu Sehun dan menatap wanita yang sedang menekuk wajahnya disofa, ia mengernyit mencoba untuk mengingat tapi ingatannya sama sekali tidak membantu.

"...sekarang?"

"Oh apa?" Myungsoo mengerjap lalu kembali menatap Sehun, ia merasa pria itu sedang bertanya dengannya.

"Maksudku, kita akan mulai sekarang?"

Myungsoo berdehem lalu mengangguk singkat, "tentu. Lebih cepat lebih baik, lagipula Jiwon sudah memberitahu semua konsep pernikahan kalian."

Sehun tersenyum lebar lalu mengangguk antusias, "baiklah, mungkin kami akan membutuhkan sedikit waktu untuk berganti pakaian dan merias wajah."

Myungsoo mendengkus tapi tetap membiarkan Sehun melangkah mundur dan menghampiri tunangannya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap wajah wanita itu, nama yang mereka miliki sama persis.

Ah, yang memiliki nama seperti itu di negara ini banyak.

Sampai keduanya masuk ke dalam ruang wardrobe, Myungsoo tidak berhenti untuk mengamati wajah sang wanita. Ia mendesah panjang setelahnya, tangannya yang bebas terangkat untuk menyentuh rantai kalung yang tersembunyi dibalik kaosnya.

"Apa aku sudah menemukanmu?"

***

Sooji tidak bisa memungkiri bahwa kinerja Myungsoo sebagai fotografer adalah yang terbaik, selama setengah jam pria itu berhasil menghasilkan bidikan-bidikan yang luar biasa. Mereka bahkan tidak diperlukan untuk mengambil gambar dalam pose yang sama beberapa kali karena hanya dengan sekali bidik hasilnya luar biasa.

Sekarang mereka sedang istirahat dan Sooji masih mengagumi hasil foto-foto Myungsoo. Wajahnya dan Sehun dalam foto itu terlihat cerah dan bahagia. Tentu saja, kalian akan menikah bodoh!. Ia tersenyum malu ketika mendengar suara batinnya berteriak.

"Anda menyukai hasilnya?"

Sooji terkejut lalu menoleh, ia tersenyum menatap pria yang setaunya adalah manager Myungsoo. Ia sedikit tidak enak apalagi ketika mengingat sikapnya tadi yang kelewat ketus terhadap pria itu.

"Ya, semuanya luar biasa."

"Seperti itulah pujian yang selalu didapatkan Hyung setiap selesai mengerjakan tugasnya," Taehyung menggumam, matanya menerawang menatap layar komputer yang saat ini sudah menampilkan foto-foto Suzy dan Sehun, "tapi kelakuannya yang suka tidak tepat waktu sangat keterlaluan."

Sooji mengangguk menyetujui, seketika ia memikirkan bagaimana Taehyung menghadapi setiap klien mereka disaat Myungsoo terlambat datang.

"Apa dia sudah berkeluarga? Sepertinya itu dapat dipahami jika dia sering telat."

"Tidak. Dia sendiri dan tidak ada satu orangpun yang tau mengapa dia selalu terlambat." Taehyung tersenyum kecut, sesaat kemudian dia tersadar lalu menatap Sooji menyesal, "oh maafkan aku. Aku terlalu banyak bicara."

Sooji tersenyum dan menggeleng, "sudah terlalu banyak kau meminta maaf padaku. Tidak masalah." Ia kemudian melirik Sehun yang kini sedang berbicara bersama Myungsoo, senyumnya terkembang saat melihat senyum Sehun. Sooji selalu suka dengan senyum pria itu, terlebih jika senyum itu disematkan untuknya.

Tiba-tiba saja matanya melirik Myungsoo dan ia sedikit kaget saat menyadari ternyata pria itu sedang menatap kearahnya. Ia menoleh kekanan dan kekiri namun tidak menemukan siapapun didekatnya bahkan Taehyung sudah menghilang entah kemana, kemudian kembali melirik Myungsoo dan pria itu masih menatapnya sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke Sehun yang sedang meminta perhatiannya.

Sooji menarik nafas panjang, alisnya berkerut dalam. Ia memikirkan sesuatu tapi entah apa yang sedang dipikirkannya sekarang.

"Apa itu tadi?"

*

"Terima kasih Myungsoo, berkat kau pemotretan ini berjalan cepat." Sehun tersenyum menyalami Myungsoo tepat disesi terakhir pemotretan mereka hari ini.

"Kalian adalah model yang baik jadi tidak sulit untuk mendapatkan gambar yang bagus." Jawab Myungsoo sekenanya, sekali lagi melirik Sooji yang hanya diam disamping Sehun.

Mungkin saja ia bisa salah tapi bisa juga apa yang sedang dipikirkannya saat ini adalah kebenaran, dan Myungsoo tidak akan tau kebenarannya jika tidak mencoba sesuatu.

"Kalian bisa menghubungiku lagi jika membutuhkan fotografer untuk pernikahan kalian," ujarnya menawarkan membuat wajah Sehun menjadi berbinar sementara Sooji semakin cemberut.

"Benarkah? Itu suatu kejutan. Aku akan senang jika kau memotret kami lagi," Sehun berucap cepat, "sekali lagi terima kasih Myungsoo."

Myungsoo tersenyum kecil, setelah berbasa-basi sebentar sepasang tunangan itu pamit dan meninggalkannya sendiri di studio.

Myungsoo terpekur, matanya menatap layar komputer yang  menampilkan foto Sooji. Hanya dia sendiri tanpa Sehun, wanita itu berdiri dengan menggunakan gaun pas badan berwarna biru dongker berbahan brokat sambil, tersenyum cerah dengan memamerkan cincin ditangan kirinya kearah kamera. Alis Myungsoo bertaut, berpikir sejenak sebelum menanggalkan kameranya lalu berlari keluar studio.

Nafasnya sedikit memburu saat harus menuruni tangga dari lantai dua dan usahanya tidak sia-sia saat ia melihat punggung wanita itu di depan pintu masuk. Ia menarik nafas panjang sebelum berjalan mendekat.

"Menunggu tunanganmu?"

Itu adalah sapaan pertamanya untuk Sooji sepanjang hari ini, bukan hanya karena Sehun terus yang menegurnya tapi raut wajah Sooji terlihat seperti enggan untuk mengobrol dengannya sehingga ia juga merasa sungkan untuk menegur.

Sooji menoleh sekilas lalu mengangguk kaku saat menyadari siapa pria yang berdiri disampingnya.

Myungsoo berdiri tegap, memasukan kedua jemarinya kedalam saku celana lalu memandang lurus kedepan, ia membersihkan tenggorokannya sebelum mengangkat suara, "maaf tapi aku hanya ingin memastikan sesuatu." Gumamnya pelan.

Sooji mengernyit ditempatnya, ia melirik kearah parkiran dan masih belum menemukan mobil Sehun mendekat. Ia kemudian menoleh pada Myungsoo saat pria itu tidak berbicara lagi.

"Apa maksudmu?" Akhirnya Sooji berbicara, bukan karena penasaran tapi ia sedikit merasa risih, entah ini hanya perasaannya atau bukan tapi sejak pemotretan tadi Myungsoo selalu mencuri pandang terhadapnya.

Myungsoo tersenyum kecil mendengar reaksi itu, ia mengeluarkan satu tangannya lalu menarik rantai kalung yang setiap hari selalu digunakannya. Ia menunduk untuk menyentuh bandul kalung itu yang ternyata adalah sebuah gelang sebelum melepaskannya dan menunjukan gelang itu tepat di depan wajah Sooji.

"Kau mengenal gelang ini?"

Sooji menyipitkan mata, ia terkejut saat tiba-tiba menunjukkan sesuatu untuknya. Sebuah gelang berbandul bulan sabit terjuntai diantara jemari Myungsoo, ketika menyadari rupa gelang itu ia terpekik.

"Darimana kau mendapatkannya?" Sooji tanpa sadar berteriak, ia hendak mengambil gelang itu namun Myungsoo dengan gesit menjauhkannya lalu menyimpan gelang itu kedalam sakunya.

"Jadi itu milikmu?" Sebuah binar kepuasan terukir diwajah Myungsoo membuat Sooji menjadi bingung, dalam hati pria itu bersorak bahagia karena akhirnya menemukan wanitanya. Ia tersenyum lega lalu menarik secarik kertas dari dalam sakunya, baru didapatkannya beberapa hari lalu bersama tumpukan peralatan di studio. In case dia bertemu dengan wanitanya tanpa sengaja.

"Berarti kau juga tau tentang ini?" Senyumnya tidak bisa lebih merekah lagi saat menyodorkan kertas itu pada Sooji.

Sooji yang kebingungan hanya menerima dan melihat isi kertas itu. Alisnya bertaut saat menemukan bahwa itu adalah struk tanda terima dari salah satu hotel di luar. Matanya menelusuri kata per kata disana guna mencari korelasi antara dirinya dan kertas itu sampai ketika ia menemukan sebuah nama kota yang tidak asing untuknya beserta namanya tertera disana.

Sooji Bae.

Hotel of Vatikan.

"Apa-" matanya membulat tidak percaya, kini Sooji bisa merasakan seluruh tubuhnya bergetar saat ia mengangkat wajah dan menatap Myungsoo yang sedang tersenyum kepadanya.

"Aku menemukanmu, sayang."

Dan saat itu Sooji langsung kehilangan kesadarannya membuat Myungsoo dengan sigap menahan tubuhnya agar tidak membentur lantai.

"Sooji!"

Sehun kemudian datang dengan wajah panik dan langsung mengambil alih Sooji dari Myungsoo, "apa yang terjadi?" Tanyanya cemas. Myungsoo terlihat bingung dan kaget, ia tidak tau jika Sooji akan seterkejut ini hingga pingsan saat mengetahui identitasnya.

"Aku tidak tau. Dia tiba-tiba pingsan saat ku ajak berbicara," gumamnya pelan, dengan hati-hati ia mengambil kertas ditangan Sooji dan menyembunyikannya dari penglihatan Sehun.

"Aku akan membawanya ke rumah sakit. Terima kasih Myungsoo."

Myungsoo hanya mengangguk kaku, sejurus kemudian ia hanya bergeming menatap mobil Sehun yang menjauh darinya.

"Nah sekarang apa yang harus kulakukan?"

Tanpa sadar ia bertanya pada dirinya sendiri. Wanitanya sudah ditemukan, suatu kejutan luar biasa ketika wanita itu yang datang sendiri kepadanya tapi kejutan lainnya ternyata dia sudah akan menikah. Namun senyumnya terbit saat sebuah pemikiran terlintas dibenaknya.

"Oh sepertinya aku akan menjadi perusak pernikahan orang."

CONTINUED.

Finally setelah tiga bulan chapter ini publish juga 😧😧😧

Aku mungkin terkena writer's block krena dua bulan ini gk bisa nulis apa-apa 😢 sekarang aku lagi coba untuk mengembalikan mood nulisku yg sempat hilang jdi tolong dimaklumi 😅

[11/06/17]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top