dos

Begitu kesadaranya timbul, Zea langsung membuka matanya dan melompat duduk.
Zea menarik nafas kuat dan menyingkirkan selimut yang terasa menjeratnya.
Zea melihat kalau pakiannya sudah diganti dan zea tak perduli siapa yang membantunya berganti pakaian. Yang Zea pikirkan adalah, apakah tubuhnya yang terkena pipis King sudah dibersihkan?
Tapi Zea tidak mencium bau pesing di kulitnya. Jadi Zea yakin dia sudah dibersihkan.

Dan satu lagi yang Zea pikirkan, kenapa dia dipakaikan kamisol pendek dan tipis seperti ini?

Lalu Zea mengamati kamar ini. Bak kamar bangsawan abad pertengahan, klasik dan sangat luas dengan warna batu alami.
Apakah mulai malam ini Zea akan tinggal di sini?

Tetapi belum apa-apa Zea sudah merindukan kamarnya sendiri, yang berwarna putih dan terasa begitu kecil jika dibanding kamar ini.

Mata Zea berkaca-kaca memikirkan kehidupan yang akan dijalaninya setelah ini. Dia seolah dipaksa untuk menjalani hidup ala abad pertengahan.

Ketika mendengar pintu kamarnya terbuka Zea kembali berbaring dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Zea memejamkan matanya rapat-rapat.
Zea mati-matian mengendalikan nafasnya yang sesak agar terlihat normal.

"Zea??"

Itu suara Mama, jadi Zea langsung membuka mata, meyingkap selimut dan duduk. sambil menangis Zea mengulurkan tangan pada Mama yang berdiri diam di dekat kaki ranjang.

Mama Zea tidak bergerak untuk meyambut uluran tangan Zea.
Zea terisak dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tanganya.
Meski sangat protektif pada anaknya, tapi orang Zea tidak pernah memanjakan Zea dalam bentuk kasih sayang atau sentuhan.
Pada Zea, mereka lebih tegas dan menuntut sikap patuh.

"Hentikan tangismu Zea!"
Perintah Mama yang tak pernah bicara kasar tapi selalu lebih dingin daripada papa.

"Tapi ma.. " lirih Zea yang meminta pada mama untuk mencoba mengerti apa yang sedang Zea radakan.

"King sudah menerimamu. Kau seharusnya gembira. Karena itulah aku ingin bicara padamu"
Kata Mama dengan nada yang juga minta dimengerti oleh Zea.

Zea menyingkirkan tanganya, menatap mata sang mama yang jauh lebih hidup daripada selama ini.

Mama tersenyum melihat Zea yang membersihkan airmatanya yang masih terus mengalir.
Kali ini tanpa diminta, mama berjalan dan duduk di sebelah Zea.

Mama menarik tangan Zea dalam genggamannya.
Meremas pelan dan mengecupnya.

"Kau adalah istri seorang King Alpha. Kau adalah perempuan yang akan membuat iri perempuan manapun. Kau akan menjadi wanita yang sangat berbahagia"
Mulai Mama dengan binar-binar di matanya tapi tak terlihat binar yang sama di mata Zea.

"Kami, aku dan ayahmu sudah mendidikmu tentang kehidupan kaum kita. Dan aku tahu kau sangat pintar.
Aku yakin kau pasti bisa melaluinya. Kami tidak bisa selalu bersamamu jadi kau harus pandai-pandai mengunakan pikiranmu dalam menghadapi segala situasi yang tak kau temukan dalam pelajaran yang sudah kami ajarkan"
Pinta mama pada Zea yang mengangguk pertanda dia mengerti dan membuat Mama tersenyum gembira.

"Sekali lagi mama katakan, kau tidak boleh mempertanyakan apapun yang dilakukan oleh King.
Kau harus siap menerima semua rasa sakit di tubuh dan hatimu"

Mata Zea membesar.
"Apa maksud mama?"
Tanyanya cepat.

Mama menghela nafas dan menepuk paha Zea pelan.
"king adalah orang yang sangat berkuasa. Dia memang tidak pernah tampil mencolok dan menunjukan bahwa dirinya adalah orang hebat pada dunia luar. Tapi tetap saja setiap orang mengenalnya. Ini membuatnya jadi incaran para wanita, bukan hanya di kaum kita tapi juga bagi perempuan manusia. King adalah orang yang tampan dan gagah dan tentu saja dia juga sangat sehat. Jadi tak heran jika dia selalu ditemani oleh wanita yang berbeda setiap malam. kegagahan King di atas ranjang sudah menjadi buah bibir para wanita selama satu abad.. "

Zea langsung menyela mamanya.
"Jadi maksud mama aku tidak bisa mengharapkan King setia?"

Mama mengangguk dan sebelum dia bicara, Zea kembali bertanya.

"Tapi bukankah para werewolf sangat setia pada satu pasangan saja. Aku bahkan tak pernah melihat papa melirik pada wanita cantik manapun"
Tekan Zea dengan nada tak percaya.

Mama tersenyum pelan, seolah Zea sedang bertanya hal konyol yang tak penting.
"dari lahir King sudah istimewa. didukung wajah yang sangat tampan dan tubuh yang sangat menarik.
King juga punya kemampuan untuk membuat siapapun tunduk padanya, Tanpa perlu menggunakan kekerasan. King selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, uang dan kekuasaan yang tak terbatas membuatnya sedikit sombong dan makin membuat para Wanita jadi penasaran"
Mama tersenyum tapi Zea tidak.

"Umur para King selalu lebih panjang hingga tiga kali lipat dari kita yang rata-rata hanya berumur seratus tahun. Lalu karena Aura dipancarkan oleh sang King maka wanita yang mendampinginya akan jadi ikut panjang umur juga.
ini adalah satu hal lagi yang membuat sang King jadi rebutan para wanita. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk menjadi milik sang King"
Kekeh mama yang menganggap para wanita tersebut lucu dan menggelikan.

"Lalu tiba-tiba sang King bilang kalau aku akan melahirkan calon istrinya. Tentu saja mereka semua sampai rela melukan berbagai hal untuk membuatku kehilangan calon istri sang King"
Lamun mama dengan nada sedih.

"Terutama sekali para bibi dan sepupumu"
Desah mama yang membuat Zea kaget.

"Kau punya satu orang bibi. Yaitu kakak yang sangat tergila-gila pada King dan selalu jadi perempuan kesayangan sang King sebelum kau lahir"
Ungkap mama

"Lalu kau punya dua orang sepupu, keponakan dari ayahmu. Mereka berdua adalah teman tidur sang King dan aku tahu mereka sangat berharap mejadi Istri sang King"

Zea heran melihat mata mama yang berkilat oleh sesuatu yang tak dimengerti olehnya.

"Lalu sekarang kau di sini. Menghancurkan mimpi mereka. Dan aku yakin mereka semua pasti membencimu dan akan menunjukan bahwa kau bukan siapa-siapa dan Mereka jauh di Atasmu. Dan untuk itu aku ingin kau membuktikan kalau kau takkan pernah kalah dan mempermalukan aku dan papamu"
Pinta mama.

"Jadi mama mau aku bersaing dengan banyak wanita agar mendapatkan perhatian dari suamiku sendiri. Tidakkah itu aneh. Bukankah seharusnya aku adalah Mate bagi King?"
Ketus Zea

Mama terbahak.
"Mate??" kekehnya sambil mengusap matanya yang basah.
"Di cerita mana kau membaca hal itu?"
Tanyanya masih tertawa dan membuat Zea merasa bodoh.

Zea cemberut dan mama mengusap rambutnya.
"King hidup hingga ratusan tahun. Kalau dia hanya menunggu Mate-nya untuk diperistri, jadi kapan dia akan menikah?"

Zea menggeleng sebagai jawaban. Mama kembali mengusap rambut Zea.

"King Takkan lemah hanya karena wanita. karena itulah dia tidak memilik mate. Sebenarnya mate hanyalah sebuah karangan saja. Itu hanya istilah yang dipermanis. Padahal mate sama saja artinya dengan laki-laki posesif yang jatuh cinta pada seorang wanita dan takkan membiarkan wanita tersebut lepas darinya. Jadi jika kau bisa membuat sang King jatuh cinta, maka kau akan menjadi Mate baginya"
Urai mama dengan nada licik.

"Jika kau dicintai oleh sang King maka kau adalah segala-galanya. Karena itu, sebelum King benar-benar mencintaimu kau harus bisa memaklumi semuanya"
Tegas mama.

Zea menghela nafas lelah.
"Tidakkah menurut mama pernikahan yang dipenuhi dengan perselingkuhan agak terlalu ramai dan membuat lemas?"
Sindir Zea.

Mama menggeleng kuat.
"Jangan pernah bicara seperti itu lagi. Jangan pernah mempertanyakan apa yang King lakukan.
Kau mengerti Zea!!"

Zea tidak menggeleng, tidak pula mengangguk.
Dia hanya diam, tapi dalam hatinya Zea sudah punya keputusan sendiri.

Mama menatap Zea.
"Mama tidak boleh masuk ke ruang pribadi sang King. Tapi karena kau pingsan maka King mengizinkannya. Besok-besok kau akan sendirian di sini. Mama dan papa akan usahakan sering-sering menengokmu. Tapi jika kau rindu, jangan pernah meminta sang King untuk menemui kami. Tapi kirimlah kabar dan kami akan segera datang.
Sekalilagi mama katakan. Jangan pernah membuat sang King marah.
Mulai sekarang dia adalah pemilikmu.
Dengarkan apa yang dikatakannya.
Turuti semua perintahnya. Jangan mempertanyakan apa yang dilakukannya.
Dan jangan pernah mempermalukan sang King"
Titah mama dengan nada emosional.

"jangan membuat papa dan mama kecewa Zea. Kau adalah kebanggaan kami.
Aku yakin kau akan berhasil melewati semua ini dan menjadi wanita nomor satu yang sesunguhnya di klan kita"

Zea mengangguk. Dia memang akan melakukan semuanya demi kedua orang tuanya.
Zea akan menjalani pernikahan ini dengan sebaik yang dibisanya.

Mama memekuk Zea dan terisak.
"Terimakasih. Apapun yang terjadi jangan menyerah. Jangan pernah membiarkan King lepas dari tanganmu"
Dokrin sang mama.

"Ya ma, zea akan melakukan semua yang mama katakan"
Lirih Zea sambil mengusap punggung mama yang terisak.

Zea sangat mengerti kalau kedua orangtuanya sangat bangga dan bahagia karena putri mereka menjadi istri sang King. Dan pastinya hal tersebut membuat harga diri mereka melambung tinggi.
Dan Zea akan menjaga hal tersebut. Kebahagiaan orangtuanya adalah kebahagiaan Zea juga.

Setelah puas, akhirnya mama berdiri.
"Kami pergi dulu. Tapi besok kami akan kembali untuk mengantar barang-barangmu. king memberikan Izin untuk hal itu. kau bisa mengatakan pada Raco apa saja yang kau mau"

Zea memotong kata-kata mama.
"Siapa lagi Raco?"
Tanyanya.

"Dia asisten pribadi King. apapun yang kau butuhkan dia yang akan menyediakan. Jadi jangan membuat King repot dengan hal-hal yang tak penting"
Balas mama.

Zea mengangguk dan mendapat kecupan di kening oleh mama.
"Tak perlu mengantar kami keluar. Kau jangan keluar dari kamar sampai King masuk dan mengatakan kalau kau bisa bebas keluar masuk atau pergi ke mana saja sesukamu"

Sekali lagi Zea hanya mengangguk, menerima semua instruksi mama.

Setelah mama pergi, tinggallah Zea sendirian. Zea berjalan ke arah jendela yang seolah membingkai bulan purnama di luar sana.

Zea melangkah dan langsung menyadari kalau ternyata sekarang dia ada di lantai dua atau tiga rumah sang King, tergantung tinggi lantainya.

Di bawah sana ada pekarangan luas yang di gelap gulita. Jadi Zea sadar kalau dia mungkin sedang melihat bagian belakang rumah King.

Zea memutar lehernya ke Arah belakang dan menebak kalau jendela yang ada di seberangnya pasti menghadap ke depan.

Penasaran Zea berlari ke arah sana dan senang karena tebakannya benar.
Di bawah sana ada kelap kelip api yang berasal dari obor yang berada di depan setiap rumah dan setiap persimpangan jalan.

Zea tersenyum memikirkan mereka yang sangat nyaman hidup tanpa teknologi. Sedangkan Zea tak tahu bagaimana dia akan membuat dirinya tak terlalu bosan.

Sedang asik memikirkan berbagai hal, Zea merasakan hembusan angin dingin yang berasal dari belakangnya.

Zea berbalik dan menjerit kaget saat melihat sosok pria tinggi besar sudah ada di sana.
Zea tersandung ke belakang dan hampir jatuh.

Pria tersebut sigap menangkap tubuh Zea dengan melingkarkan tangannya ke pinggang Zea, membawa Zea menempel ke dadanya hingga kaki Zea berayun tanpa menyentuh lantai.

Zea pernah melihat pria ini di berita TV ataupun di HP nya.
Pria ini adalah pemilik perusahaan-perusahaan besar yang terkenal sangat misterius dalam segala hal yang menyangkut kehidupan pribadinya.

Bukan kedudukan Pria tersebut yang membuat Zea terpesona saat itu. Tapi tubuh tinggi besar dan wajah super tampannya lah yang membuat Zea jadi penasaran.

Dan sekarang pria ini ada di sini, memeluk pinggang Zea hingga membuat tubuh Zea panas dingin.

"Siapa kau?"
Tanya Zea dengan suaranya yang seperti bisikan serak.

Pria tersebut tertawa, membuat Zea terguncang.
Setelah puas tertawa, pria tersebut menurunkan Zea dan menatap dengan sinar geli di matanya.

"Sepertinya kedua orangtuamu tak terlalu berhasil mendidikmu. Lihat saja, kau bahkan tak bisa mengenali bau sang King"
ucap pria tersebut yang terdengar seperti memberikan teguran pada orangtua Zea yang lalai.

Zea langsung menundukkan kepala.
"King"
Hormatnya yang sekalipun tidak pernah membayangkan kalau King adalah pria seseksi dan semuda ini.
Di benak zea, dia selalu membayangkan kalau King adalah pria separoh baya dengan rambut yang mungkin sudah memutih.
Bayangan srigala besar tadi melintas di benak Zea dan entah kenapa Zea merasa kalau pria ini memang adalah wujud srigala besar yang tadi mengencinginya.

King mengangkat dagu Zea dengan jarinya yang panjang dan kapalan pertanda King adalah pria yang suka melakukan pekerjaan kasar.

"Kau jauh lebih mungil dari yang kubayangkan"
gumam sang King.

Zea benci dibilang mungil. Dia hanya sedikit lebih pendek dibanding wanita pada umumnya dan Zea tidak bertubuh kurus.
Meski baru tujuh belas tahun tapi tubuh Zea sudah berlekuk dengan payudara bulat yang indah.

Dan di sanalah mata sang King sekarang tertuju.
"Tidak.. Tidak terlalu mungil. Kau indah dan menarik"
Bisik serak sang King yang mengoreksi kata-katanya tadi.

Warna pink menjalar dari leher hingga ke pipi Zea.
Wajah King langsung menegang.

King menyusurkan jemarinya ke tulang selangka Zea yang terekspose.
"Malam ini kau tidak akan kuizinkan tidur"
Seraknya.

Zea tahu ini bukan sebuah pertanyaan, tapi mulutnya tak bisa menahan kata-kata yang Zea pikirkan.

"Hanya malam ini?
Bagaimana dengan malam-malam selanjutnya?"
Tanya Zea pelan.

Alis sang King terangkat tak menyangka kalau perempuan muda yang pemalu di depannya ini berani bicara dengan nada seambigu atau bisa juga disebut provokatif.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

(01102018) pyk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top