Sektor B - Hari Ketiga

Chimaera yang melompat turun ke arah peserta dilempar oleh buntalan makanan dan kue kering. Kue keringnya meleset, sementara kuku tajam Chimaera merobek buntalan makanan ke arahnya.

Cherry terkena sabetan Chimaera di tangannya dan Weiss berhasil menahan serangan dengan kuali. Kuali itu kini penyok dengan bekas cakaran.

Pisau Rin melukai cakar Chimaera yang kearahnya membuat Chimaera meraung murka.

Dia menggerakkan ekor ularnya untuk menggigit Weiss.

Weiss terkena gigitan berbisa ular milik Chimaera.

[ ### ]

[Rin: rafpieces

Chimaera itu semakin murka. Rekan-rekannya banyak yang terluka. Rin harus berpikir cepat. Menyelamatkan Weiss dan Cherry dulu, atau serang lagi si Chimaera? Serangan yang sebelumnya berhasil. Haruskah ia mempertaruhkan untuk yang kedua? Jika tidak dicoba tidak akan tahu.

Dengan pisau di tangan kanan dan kotak P3K di tangan kiri sebagai tameng, gadis itu menerjang Chimaera sekali lagi, mengincar punggungnya.

[ ### ] 

[Kailani: amelaerliana]

Kai menoleh pada rekannya yang lain. Tangan Cherry terluka, tapi tampaknya gadis itu baik-baik saja. Yang dia khawatirkan adalah Weiss. Ekor chimera itu bisa saja berbisa. Benar-benar menyusahkan.

Kai mengambil ancang-ancang untuk menyerang. "Ikat lukamu dan cari tempat aman Weiss," ujarnya sambil mengeluarkan pisau dapur. Dia maju menyusul Rin, tetapi yang Kai incar adalah ekor chimera.

Ekor berbentuk ular itu benar-benar menyusahkan, harus dia bereskan dulu.

[ ### ]

 [Alex: Catsummoner]

Melihat sebungkus hardtack yang dia lontarkan mentah dan tergeletak sia-sia di tanah, menimbulkan sedikit rasa kesal. Namun tidak ada waktu untuk menangisi biskuit, dua dari rekannya terluka. Dia harus segera memutuskan tindakan selanjutnya.

Antara menyerang atau menyelamatkan, dia memilih untuk menarik Weiss menjauh dari Chimaera. Tujuannya di balik pohon yang kelihatan kokoh.

"Perlihatkan luka gigitannya!" serunya pada Weiss.

[ ### ] 

[Weiss: Graizonuru]

Klang.

Dia berhasil menghindari cakaran Chimera. Untung dia bawa kuali. Tapi sialnya ekor ular itu malah menggigit tangan kirinya.

"Ach..."

Dia mengibas-ngibas tangannya. Tampak sedikit tercabik dan perlahan mulai membiru. Oh tidak sepertinya ularnya berbisa.

"Ah sial" katanya menunjukkan tangan kirinya ke Mas Gondrong.

Tak ada pilihan dia harus menangani tangannya dulu, jadi dia memilih kabur ke pohon besar yang agak jauh dari jangkauan Chimera itu

[ ### ] 

[Cherry: justNHA] 

Cherry menjerit tertahan begitu cakaran Chimera itu mengenai tangannya.

Darah di tangannya merembes keluar, wajahnya semakin pias melihat jumlah darah yang terus keluar.

Cherry segera melepas kemeja di pinggangnya, dengan susah payah dia mengikat luka pada tangannya, mencegah pendarahan lebih banyak.

Cherry berdecak pasrah, tidak ada yang bisa dia lakukan selain kabur. Biarlah yang lain mengurusi Chimera itu, kini dia harus bersembunyi dulu!

Cherry berlari menjauhi Chimera, tapi melihat Weiss yang juga terluka dia berteriak padanya, "ayo cuci lukamu di kolam bersamaku!" teriak Cherry sembari menggiring Weiss ke kolam dengan tangan yang tidak terluka.

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

"Err...kau tak apa?" Tanyanya ke Cherry begitu mereka telah bersembunyi. Ia harus berpikir cepat harus melakukan penanganan pada lukanya.

Dia melepas jaketnya. Lalu mencari perban yang ia simpan. Lalu sedikit membersihkan lukanya tidak dengan air. Katanya lebih baik begitu. Kemudian mengikatnya agar darah tak semakin banyak keluar.

Terakhir dia memposisikan tangannya rendah dari dada.

Ia mendengus. Ia sulit bergerak kalau begini. Dia tak tau bisa ularnya seperti apa. Salah gerak dia bisa mati duluan. Dia juga tak bisa balik ke ruangan sebelumnya.

[ ### ]

[Cherry: justNHA]

"Setidaknya aku tidak terkena racun," balas Cherry.

"Sebaiknya kita bersembunyi dulu di sini."

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

"Syukurlah kalau begitu" katanya malah lega orang lain lebih beruntung darinya. Dasar aneh

"Sepertinya begitu" katanya hanya menatap tangannya. Kalau tak ada cara penanganan bisa ini nanti di depan kemungkinan ia akan memotong tangannya nanti.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Dia mengamati bekas luka Weiss dengan cermat, begitu benaknya menuntun pada berbagai tipe anti-toxin yang pernah dia gunakan, matanya diedarkan ke sekeliling taman. Mencari dedaunan yang bisa jadi penetral racun.

Di sudut mata, Kai dan Rin terlihat masih berusaha melawan makhluk seperti singa. Dia berharap keduanya berhasil memberikan luka yang cukup berarti pada monster sial itu.

Untuk sementara, dia hanya bisa berjaga-jaga menjadi tameng bagi dua orang terluka yang ada di belakangnya.

[ ### ]

Chimaera meraung ketika punggungnya ditikam pisau sayangnya karena itu hanya pisau dapur, lukanya tidak sampai parah. Hanya membuat Chimaera semakin gelap mata. Dia membalikkan badan dan menyabetkan cakarnya ke arah Kai yang gagal menyerang ekornya.

Sayangnya cakar itu menebas udara Kai berhasil menghindari cakaran Chimaera.

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

Tangannya yang kena gigit rasanya mulai kebas dan memar disekitar luka mulai semakin melebar dan hampir mencapai satu tangan.

Haruskah ia benar-benar potong tangannya untuk menghentikan ini?

Auman Chimaera terdengar menggelegar di belakang. Ia mulai khawatir dengan yang lain.

Sekali lagi khawatirkan diri sendiri dulu sana.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Dipacu oleh adrenalin, setiap bentuk dan warna tanaman yang terlihat olehnya seperti langsung terpilah-pilah dengan baik, hingga akhirnya ditemukan sebuah tanaman berdaun ungu dengan bercak hijau. Batang dan akar tanaman itu mengandung sari yang bisa menetralkan racun, lebih spesifik: racun pengencer darah.

Dia kembali melirik pada lengan Weiss yang membiru seperti lebam. Sepertinya tanaman itu antiracun yang tepat.

Yang menjadi masalah, apakah larinya cukup cepat untuk mencapai tanaman itu, tanpa memancing perhatian monster berkepala singa atau tidak.

Tiba-tiba terdengar raungan. Chimaera itu terlihat kesakitan dan amat sangat marah. Satu sabetan cakarnya walau tak mengenai pemuda yang sedang melawan ekor ularnya, cukup untuk menimbulkan angin yang menyibakkan rambut.

Kesempatan!

Dia menjejak kencang untuk berlari ke arah tanaman penawar racun dan mencabutnya.

[ ### ]

[Rin: rafpieces]

 Serangan Rin tidak berdampak banyak. Mungkin bagi makhluk itu, tusukan yang ia berikan bagai gigitan nyamuk bagi manusia.

Kai yang membantu hanpir saja terkena serangan, untungnya pemuda itu berhasil selamat. Weiss, gadis—pemuda—entahlah, apa pun gendernya—mengalami luka yang semakin parah. Tidak ingin berlama-lama, gadis itu mengincar mata si Chimaera, agar frasa gelap mata tidak hanya sebuah kiasan.

[ ### ]

[Kailani: amelaerliana]

"Sial." Kai mengumpat keras. Serangannya meleset, bahkan dia sendiri hampir saja mati kena terkam.

Harusnya tadi dia kabur saja. Harusnya dia tidak perlu sok pahlawan melawan monster. Namun, sebuah suara berdengung terus di kepalanya, menyuruh Kai untuk tidak bersikap pengecut lagi.

Jangan sampai orang lain mati karena sikap bodohmu lagi.

Lagi? Entah apa yang terjadi di masa lalunya, yang jelas sekarang Kai berusaha memberikan serangan balasan.

Dilihatnya Rin berhasil menusuk punggung chimera, dan monster itu kini menyerang membabi buta. Sementara si monster sibuk dengan Rin, Kai berguling ke samping, ke arah sebuah pohon tinggi dengan kulit kayu putih keabu-abuan.

Antiaris Toxicaria. Getahnya sangat mematikan. Daun belladona di sakunya perlu ditumbuk terlebih dulu untuk dimanfaatkan, tapi getah pohon itu dapat langsung dia gunakan.

Kai bangkit dan melompat. Pisau dapur teracung di tangannya, bersiap merobek kulit pohon untuk mengambil getahnya.

[ ### ]

[Cherry: justNHA]

Cherry berdecak kesal saat melihat tangan Weiss yang memburuk, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan agar tangan Weiss membaik.

Syukurlah, pendarahan di tangannya berhenti. Jadi jika terjadi apa-apa, atau Chimera itu balik menyerang Weiss dan dirinya, setidaknya, dia bisa melindungi Weiss.

"Bertahanlah sebentar lagi, Weiss!" Cherry mendesis, ikut merasa ngilu meluhat luka Weiss.

[ ### ]

Chimaera yang murka besar meraung sekali lagi. Ketika dia melihat Rin mendekat hendak menusuk matanya. Chimaera menghindar dan membalas dengan sebuah cakaran tepat ke tubuh Rin.

Cakar Chimaera lagi-lagi membelah udara kosong karena Rin berhasil menghindar.

Apakah itu cukup?

Tentu tidak Ferguso! Ekor Chimaera melecut ke arah Rin, ingin mengigit gadis itu.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Hanya beberapa langkah saja, tetapi terasa jauh. Ketika tujuannya sudah dekat, dia menjulurkan lengan. Begitu telapak tangannya terasa menyentuh batang tanaman yang dituju, segera dia genggam erat dan tarik bersamaan dengan langkah berikutnya.

Suara akar yang tercabut paksa merobek tanah di sekitarnya, terdengar merdu. Sekarang dia hanya perlu menghentikan laju larinya dan segera berbalik ke tempat teman-teman yang lain berada.

"Sial!!!" makinya, merutuk pada pijakan licin sepatu yang dia kenakan.

Satu-dua tendangan gagal, mungkin salah menginjak tanah kering atau kerikil, membuatnya lari di tempat. Nyaris tersungkur. Dengan menggerakkan seluruh tungkai yang dia miliki, berusaha menjaga keseimbangan seraya berlari kembali ke tempat Weiss dan Cherry berada.

Baru saja dia merasa senang karena hampir berhasil mencapai Weiss, ekor matanya menangkap hal yang mengerikan. Ular di ekor Chimaera menggigit Rin, penyerang utama mereka.

Dia membagi dua tanaman di tangannya lalu melemparkan sebagian pada Cherry.

"Tolong berikan pada Weiss!!!" serunya sembari berbelok mengubah arah menuju Rin.

[ ### ]

[Cherry: justNHA]

"Ya!" Cherry menyambut seruan Paman sembari menangkap tanaman yang dilempar Paman.

Dapat! Cherry mengenggam tanaman itu senang. Kondisi Weiss akan membaik.

"Cepat telan ini." Cherry menyodorkan tanaman itu pada Weiss.

[ ### ]

[Rin: rafpieces]

 "Aaakh!" Rin memekik nyaring ketika tangannya tergigit oleh ular di pantat Chimaera. Pertama Weiss, sekarang dirinya. Penyerang utama telah tumbang. Bagaimana ia akan melindungi diri dan pergi dari sini kalau mati keracunan? Tidak boleh. Ia harus bisa bertahan.

Demi keselamatannya dulu, gadis itu mundur dan membiarkan Kai menyerang dengan pisau yang telah diracuni. Ia mundur dan berlindung di balik pohon kurma sambil berusaha menekan racun yang terus mengalir.

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

"Hum...makasih" katanya menerima tanaman pemberian Cherry. Sedikit bingung harus melakukan apa dengan tanaman itu. Hingga akhirnya dia mengunyah semuanya tak peduli itu daun, akar ataupun batang.

Setengahnya dia makan, setengahnya dia tempelkan ke lukannya lalu kembali membalutnya dengan perban.

'Buset pait bener ini tanaman' batinnya. Semoga lebih baik saja. Plis lah.

[ ### ]

[Kailani: amelaerliana]

Korban di tim mereka bertambah. Rin baru saja tergigit ekor Chimera. Namun, Kai tidak punya banyak waktu mengkhawatirkan yang lain.

Mumpung ekor berbentuk ular itu mendesis-desis ke arah Rin, Kai menjatuhkan diri ke depan dan membiarkan tubuhnya meluncur ke bawah monster mengerikan itu. Tangan kirinya mencengkram rerumputan. Untung saja tubuhnya berhenti tepat di bawah perut Chimera yang menyerupai perut kuda.

Sejauh yang Kai tahu, perut adalah bagian paling rentan pada hewan. Sambil berteriak, Kai menghujamkan pisau yang telah berlumur racun ke perut monster itu.

[ ### ]

Chimaera tidak berhasil menghindar dari serangan Kai yang melewati titik butanya. Makhluk itu juga gagal mengejar Rin dan merasakan rasa sakit menjalar dari perut ke seluruh tubuh.

Dia meronta-ronta berusaha membebaskan diri dari tusukan Kai.

Merasakan rasa sakit yang makin kencang, Chimaera makin membabi buta sementara darah menetes di lantai dan racun mulai bekerja di tubuhnya. Dengan kekuatan terakhirnya, Chimaera mencakar-cakar sekeliling, melemparkan tanaman, pohon, apa pun yang ada dalam jangkauannya.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Sesampainya di tempat Rin, dia segera menjejalkan tanaman obat yang tersisa ke tangan gadis itu.

"Semoga lebih manjur untukmu!" ujarnya, menatap miris pada Weiss yang terguling-guling kesakitan.

Terdengar raungan dan debuman bertubi-tubi. Dengan ngeri dia melihat bagaimana monster yang nyaris merenggut nyawa teman-teman barunya berguling dan meronta. Bagaimana dengan nasib Kai yang tadi sempat terlihat menyusup ke bawahnya, dia masih belum tahu. Posisinya terhalang tubuh kuda si monster.

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

Mungkin karena dia tak tahu daunnya diapakan biar racunnya efektif malah jadi menambah penyakit baru. Ia merasakan sakit yang luar biasa di perutnya. Membuatnya hanya bisa meringkuk guling-guling.

Tangannya menggapai-gapai ke arah kolam di depan. Dia butuh minum. Mungkin air bisa menetralisir ini derita.

[ ### ]

[Kailani: amelaerliana]

Berhasil!

Saat ini, Kai tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan. Semuanya terjadi begitu cepat. Tadi, dia sudah pasrah jika serangannya gagal dan justru mati terinjak monster itu.

Setelah berhasil keluar dari area serang si monster, hal pertama yang Kai lakukan adalah melihat angka-angka di pintu.

"Tinggal 30 detik lagi! Cepat lari ke pintu!" teriak Kai sampai paru-parunya serasa akan meledak. Mungkin ada satu atau dua tulang rusuknya yang patah. Entahlah, rasanya sakit sekali.

Dia menoleh ke arah Rin. Si koki gondrong telah bersamanya. Kai mengalihkan pandangan kepada Weiss. Tampaknya racun itu telah menyebar. Weiss terlihat kesakitan.

Kai bisa saja langsung berlari ke pintu. Dengan begitu, harapan hidupnya lebih besar. Namun, kakinya justru bergerak ke arah Weiss dan Cherry.

Begitu sampai, dia langsung mengalungkan lengan Weiss ke pundaknya.

"Aku tahu kamu kesakitan, tapi coba tahan dulu. Aku akan membantumu. Kita harus segera meninggalkan tempat ini," katanya pada Weiss.

Kai tidak tahu kenapa dia tiba-tiba tergugah untuk menolong Weiss dan Cherry. Mungkin karena selama beberapa detik berhadapan dengan maut tadi, sebagian keping ingatannya telah kembali.

Beberapa tahun lalu, seorang pemuda tidak berdosa harus mati akibat ulahnya.

[ ### ]

[Cherry: justNHA]

Cherry panik begitu melihat Weiss yang berguling dan mencoba meraih air di kolam.

Melihatnya yang bersusah payah mengambil air di kolam, Cherry berinisiatif mengambilkan Air itu untuknya.

Lantas Kai datang, membantu Weiss berjalan menuju pintu. Sedangkan Cherry membawa air di kolam setelah dimasukan pada botol obat yang dibawanya, tentunya setelah dia mengeluarkan obat itu dan menaruhnya di kantung.

[ ### ]

[Rin: rafpieces]

Untunglah Chimaera itu tidak mengejarnya, saat ia menghindar, Kai juga berhasil mengenai makhluk itu. Si Koki Gondrong datang dan membawakan tanaman obat yang sama dengan yang diberikan pada Weiss--yang setelahnya berguling-guling kesakitan karena obat itu. Haruskah ia memakan obat itu atau tidak?

Gadis itu menatap ragu pada Si Koki Gondrong. Dengan enggan, ia menguyah tanaman itu, tetapi tidak ia telan, melainkan dimuntahkan lagi agar gumpalan itu bisa menjadi penawar yang masuk melalui kulit, setelahnya bisa ia bebat dengan kain dari pakaian pasiennya. Apakah akan berhasil? Berharap saja iya.

[ ### ]

Chimaera tersebut tumbang di tanah karena bleeding dan racun. Dia menggelepar tak berdaya, tapi ketika dia melihat para penyerangnya berjalan menjauh menuju pintu. Dia menggunakan tenaga terakhirnya untuk mengangkat kepala dan menyemburkan api sekuat-kuatnya ke arah mereka.

[ ### ]

[Kailani: amelaerliana]

Akhirnya pintu itu terbuka juga. Setelah membantu Weiss duduk, Kai mulai memeriksa ruangan itu. Jantungnya serasa mencelus saat melihat tiga buah masker gas berjajar di sisi kanan ruangan.

Mereka berlima, tetapi hanya ada tiga masker. Kai berusaha tidak memikirkan hal itu sekarang.

Sembari menunggu yang lain melintasi pintu. Kai berusaha memungut apa saja yang berhasil selamat dari kobaran api chimera. Tidak terlalu banyak. Dia hanya menemukan kuali Weiss yang telah penyok, beberapa tanaman obat yang tumbuh di dekat pintu, sebotol air minum, dan dua butir apel yang terjatuh dari buntalan bekalnya tadi.

Setelah itu dia buru-buru masuk kembali ke ruangan itu. Api yang berkobar di taman eden semakin menyebar, membuat udara di sekitarnya panas. Dia tidak ingin ikut terbakar seperti monster itu.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Semburan api dari Chimaera yang sekarat sungguh di luar dugaannya. Untung dia sempat mencapai pintu sebelum api mengenai mereka.

"Rupanya Kai selamat," desahnya lega begitu melihat sosok pemuda berambut hitam yang sudah tiba di balik pintu terlebih dahulu.

Kini dia mengamati Rin lekat-lekat, memastikan tanaman yang dia berikan padanya tidak membuat gadis itu sakit perut. Lebam di tangannya terlihat sudah berhenti menyebar. Seharusnya racun ular sudah ternetralisir, tetapi ... mungkin dia salah lihat. Di sekitar bibir dan bekas tempat gilingan tanaman ditempel, muncul bintik-bintik merah.

"Umm ... Apa bekas gigitan di tanganmu baik-baik saja, Nona?" tanyanya hati-hati.

[ ### ]

[Kailani: amelaerliana]

Kai hanya bisa menganggukkan kepala ketika si gondrong menyapanya. Badannya terasa remuk. Dia tadi menemukan dua lebam kebiruan di dadanya. Mungkin terhantam sesuatu saat tadi dia berperang dengan monster.

Matanya terasa benar-benar berat. Kai ingin memejamkan mata sejenak. Untuk sementara, mungkin akan dia biarkan si koki gondrong yang berjaga.

Seiring dengan kesadarannya yang mulai hilang, kilasan-kilasan bayangan mengisi alam bawah sadarnya.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Kai terlihat sangat lelah jadi, dia memutuskan untuk menggantikannya berjaga-jaga. Bagaimanapun, dibandingkan yang lain, hanya dia yang masih segar-bugar.

Ruangan itu sungguh gelap. Hanya ada satu sumber cahaya utama dari langit-langit, ditambah pendar pantulan suram, tetapi setelah matanya cukup terbiasa dengan kegelapan, dia pun memucat melihat 3 buah benda yang pernah dia kenali.

"Masker gas?" bisiknya parau.

Dirinya, Kai, Rin, lalu dua orang lagi yang menyusul belakangan.

"Kurang DUA."

[ ### ]

[Weiss: Graizonuru]

"Fuuh..."

Sedikit lega. Perutnya mendingan. Tangannya pun perlahan mulai pulih. Tanaman tadi lumayan manjur ternyata walau efek sampingnya sangat tidak mengenakkan. Tapi untuk sekarang tubuhnya masih kaku, jadi dia hanya pasrah ketika Kai membawanya ke pintu.

Dan Chimeranya malah menyemburkan api, membuatnya terpaksa masuk ruangan. Padahal dia belum berniat untuk masuk.

Sekarang apa lagi? Masker gas? Hanya tiga? Dua lagi mana?

Dia hanya menatap masker dan setiap orang bergantian. Entah kenapa dia mencium firasat buruk.

[ ### ]

[Rin: rafpieces]

"Gondrong piip ! Dasar piip! Harusnya aku tahu tanaman itu tidak akan mujarab!" Rin, dengan beberapa bagian tubuh gatal, berusaha bangkit sambil mengatai si Koki Gondrong. Dengan luka yang ia terima, sulit untuk bergerak normal.

Gadis itu terseok-seok membawa tubuhnya yang luka ke pintu yang kini telah terbuka. Sebelum sampai, ia memungut pisau Kai yang dipakai pemuda itu untuk menghabisi si Chimaera.

Rin tertegun kala menengok ke dalam ruangan itu. Mulanya hanya gelap yang ada sebelum matanya menyesuaikan diri. Ada empat masker gas di sisi kanan dan seonggok Kai yang berbaring tak berdaya. Gadis itu memilih menyandarkan punggung ke dinding di dekat pemuda itu sambil mengistirahatkan diri.

[ ### ]

[Alex: Catsummoner]

Mendengar omelan Rin, dia tersenyum geli. Perasaan dingin yang baru saja mencengkeram benaknya ketika melihat jejeran helm itu lenyap seketika.

"Aku minta maaf, Nona manis. Rupanya tanaman yang sama, bila dikonsumsi langsung tanpa diolah terlebih dahulu bisa menyebabkan sakit perut atau gatal-gatal."

Ingatannya soal tanaman itu hanya sepotong-sepotong, karena itu dia lupa soal efek samping yang mungkin ditimbulkannya.
















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top