Escape

Soul merobek baju bagian bawahnya lalu mengikatkannya pada kaki ruhi yang berdarah karena menginjak duri.
 
“Soul, larilah tanpaku.”

“Jangan mengatakan yang tidak-tidak.”
 
“Aku tidak bisa berlari lagi.” Ruhi sudah kehabisan tenaga, dan sekarang kakinya terluka.
 
Bola mata semerah darah milik Soul menatap mata biru Ruhi tajam. “Pilihan kita hanya dua, berlari atau mati. Mengerti?”
 
“Bukankah mereka menginginkan kekuatan kita? Karena itu mereka tidak akan membunuhku. Jadi—“
 
“Apa jaminannya kalau kamu akan tetap hidup?!” Soul berteriak marah. “Kalau kekuatan kita diambil, sama saja dengan mati. Kamu tahu, kan?”
 
Telinga dan ekor binatang Ruhi terkulai. Transformasi mereka memang belum sempurna. Mereka terlahir sebagai demonic wolf kembar yang istimewa. Saat satu merasa sakit, yang lainnya akan merasakan sakit pula. Seolah berbagi jiwa yang sama. Mereka mati jika salah satunya mati.
 
“Berpencar! Mereka pasti belum jauh dari sini!” Teriakan itu terdengar sayup-sayup. Membuat jantung Ruhi dan Soul berdegup kencang.
 
“Ruhi, cepat!”
 
Belum sempat bergerak, serangan mendadak datang dari arah udara. Beruntung bisa dihindari.
 
“Mau ke mana anak-anakku, hm?”
 
Soul mendongak, menggeram, “Sorcerer!”
 
“Soul, larilah. Aku akan menahannya sebisaku,” ucap Ruhi.
 
“Memangnya kamu bisa apa?!” 
 
Ruhi tersentak. Ia sadar bahwa ia lebih lemah dari Soul. Selama ini pun ia hanya menyusahkan saudara kembarnya. “Maaf .... Aku memang tidak berguna, karena itu biar aku yang—ugh!”
 
Soul menarik Ruhi untuk menghindari serangan Penyihir.
 
“Hahaha! Refleksmu bagus juga, Serigala hitam.”
 
“Kamu tidak apa-apa?” Soul mengabaikan ocehan Penyihir.
 
“Ya ... terima kasih,” jawab Ruhi.
 
“Berhentilah memikirkan hal tidak berguna. Aku tahu kamu lemah. Karena itu aku hanya perlu melindungimu.”
 
Ruhi tersenyum. Ia tahu, Soul menyayanginya lebih dari apa pun. Tapi, dia juga ingin melindungi hal yang berharga baginya.
 
“Ooh? Memangnya apa yang bisa dilakukan demon beast tingkat 3 macam kalian?” Pria berjubah hitam itu tersenyum lebar. “Kalian pikir, kalian akan selamat setelah keluar dari hutan ini? Tsk, tsk, tsk. Anak-anakku yang malang.”
 
Soul tersentak. “Apa maksudmu?”
 
Penyihir itu menyeringai. “Tempat ini dilindungi oleh barrier yang hanya bisa dihancurkan oleh penyihir tingkat 6 sepertiku. Tidak akan ada yang bisa keluar kecuali atas izinku. Tempat ini juga jauh dari daratan iblis.”
 
Soul terdiam. Ini tidak seperti informasi yang ia dapat.
 
“Ah! Aku yang menyuruh orang itu memberimu informasi palsu. Aku sengaja membiarkan kalian lolos karena sepertinya akan menyenangkan bermain kejar-kejaran dengan anak-anakku yang manis. Hahaha!”
 
Ekspresi di wajah Soul dan Ruhi makin memburuk. Tidak mengira jika pelarian mereka hanyalah permainan bagi si Penyihir.
 
“Kau—“
 
“Oh, satu lagi. Anak-anak demon beast yang lain sudah mati karena tidak berguna. Kalau kalian belum juga membangkitkan kekuatan kalian, kalian akan bernasib sama seperti mereka. Jadi, ayo buatlah aku terhibur!” Penyihir itu kembali menembakkan serangan elemen angin yang berhasil dihindari Soul dan Ruhi dengan mengelak ke arah berlawanan.
 
Setelah itu, Penyihir lebih sering mengincar Soul yang memiliki potensi tinggi kebangkitan. Beberapa kali ia terkena serangan, bajunya sudah compang-camping, tubuhnya penuh luka. Bahkan ia sudah kesulitan menopang tubuhnya sendiri. Di sisi lain, Ruhi melihatnya juga dengan merasakan sakit yang sama.
 
“Hentikan! Kami akan kembali jika itu maumu!” Ruhi berteriak pada Penyihir yang berdiri santai di udara.
 
Namun, Penyihir itu mengabaikan ucapan Ruhi dan malah membuat bola api yang besar. Soul dan Ruhi terbelalak. Penyihir itu benar-benar berniat membunuh mereka.
 
“Nah, nah ... bagaimana jika seperti ini ....”
 
Soul mengira, bola api itu akan diarahkan padanya. Namun, melihat seringai licik itu, ia tahu targetnya kali ini adalah Ruhi.
 
Dengan tenaga yang tersisa, Soul berlari secepat yang ia bisa ke arah Ruhi. Menghadang bola api tepat sebelum mengenai saudaranya.
 
Penyihir tampak terkejut. Tidak menyangka jika Soul bisa tepat waktu. Seolah-olah ia berteleportasi.
 
Ruhi memandang tak percaya pada Soul yang masih berdiri dengan seluruh tubuh penuh luka, kemudian jatuh.

“Aaagghhh ...!” Ruhi mengerang merasakan sakit di sekujur tubuh. Ia terduduk, lalu memangku kepala Soul di atas pahanya dengan tubuh gemetar hebat menahan sakit.
 
“Soul .... Tidak ....” Air matanya bahkan sudah berjatuhan.
 
Soul membuka mata perlahan. Mencoba meraih wajah Ruhi. “Berhenti menangis, bodoh.”
 
“Kamu yang bodoh! Soul bodoh!”
 
Soul terkekeh pelan. Napasnya sudah tersendat-sendat. “Ruhi ... setelah aku mati, telanlah inti jiwaku. Dengan begitu, kamu tidak akan mati. Bahkan kamu bisa lebih kuat.”
 
“Apa yang kamu katakan! Mana mungkin aku melakukannya!”
 
“Ruhi ... hanya ini satu-satunya cara. Kalau kamu mati, aku akan membencimu dan mengutukmu selamanya.” Tubuh Soul mulai berubah menjadi serpihan cahaya.

Tidak seperti manusia, ketika bangsa iblis mati, mereka tidak akan memasuki surga atau neraka. Pun tidak bereinkarnasi. Tetapi menghilang selamanya dari dunia. Tak terkecuali binatang iblis seperti mereka.

“T-tidak ... tidak boleh.”
 
“Ruhi. Ini permintaan terakhirku.”
 
“Soul .... Tidak! Tidak! Tidak!”
 
“Hiduplah.”

Dan ... seluruh tubuhnya lenyap.
 
Ruhi tak mampu berkata-kata. Dadanya sakit dan sesak tak tertahankan. Hampir tak bisa bernapas. Ada yang bergejolak di dalam sana. Ia kemudian melihat inti jiwa berbentuk bulat mirip kristal semerah darah.
 
Ruhi mengambilnya dengan tatapan kosong. Penyihir menyaksikan segalanya dari atas udara. Ini tidak sesuai rencananya, tapi kini situasinya jadi lebih menarik. Ia menunggu apa yang akan terjadi jika Ruhi menelan inti jiwa milik Soul. Kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
 
Sesuai keinginan Soul, Ruhi menelan inti jiwa tersebut. Hingga rasa sakit mendadak menyerang. “Arrgghh ...!!” Di dalam tubuhnya terasa panas, seperti api yang mendidih dan bergejolak.
 
“Grrrr ...!” Ruhi kembali ke wujud aslinya. Melolong dan mengeluarkan petir yang dahsyat sampai menghancurkan hutan dengan radius 200 meter. Langit mendadak gelap. Hujan deras dan guntur bersahutan. Angin bertiup kencang seolah akan terjadi badai.
 
Kebangkitan.
 
Penyihir menatap fenomena itu takjub. Namun tak lama, ketika matanya bertatapan dengan bola mata Ruhi yang berubah merah seperti milik Soul. Petir yang dahsyat segera menghantamnya. Barrier yang ia buat bahkan tak bisa melindunginya.
 
Kini, petir itu menyambar di mana-mana. Menghancurkan hutan, barrier, dan segala dalam radius 10 kilometer. Si Penyihir kewalahan. Bahkan serangannya selalu berhasil dihindari Ruhi dengan kecepatannya yang kini berwujud serigala putih setengah dewasa.
 
“Cih.” Dia tidak punya pilihan selain mundur saat ini. “Ruhi, aku harap kau tidak mati sia-sia. Sampai bertemu lagi!” Kemudian ia menghilang begitu saja. Meninggalkan serigala putih yang basah kuyup.
 
Ruhi melolong sedih. Cairan keluar dari mata merahnya.
 
Ia telah kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya.

____________________________

Terima kasih sudah membaca! ❤
1000 kata pas!

Ruhi

Demonic wolf form (setelah kebangkitan)

Half human form

Source pict:

Demonic wolf dari Pinterest//wiki.fandom

Ruhi: Pinterest (Ilustrasi Mafumafu dari lagu Monster - Yoasobi)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top