Sekuel II : The Journey Of Empty Hearts [Kim Taehyung]

- I made my own destiny -

~~~~~~~

Kedua tungkainya berjalan memasuki lorong, dengan membawa seekor anjing berjenis Pomeranian dalam gendongannya.

Pemuda yang saat ini telah berumur 22 tahun tersebut sedang ditemani, oleh seorang petugas berseragam di hadapannya.

Musim semi yang terlihat indah masih nampak di balik jendela bertralis membuat Taehyung tersenyum kecut. Ini sudah tepat satu tahun saat dengan kurang ajarnya ia memenjarakan kakaknya, Kim Namjoon.

Dan saat ini, untuk pertama kalinya ia mengunjungi sang kakak.

Sejak Taehyung sadar dari komanya 3 bulan yang lalu, ia bahkan sudah yakin jika dirinya tak memiliki siapapun lagi di sisinya. Tetapi perkiraan itu salah, Hoseok dan Jimin ternyata merawatnya selama ini.

Menunggunya, mengunjunginya setiap waktu, dan berharap ia cepat sadar dari tidurnya yang panjang.

Anjing yang Taehyung bawa adalah teman barunya saat ini, mengadopsinya tepat setelah ia keluar dari rumah sakit. Dan selama itu pula, Taehyung tinggal di rumah Keluarga Jeon.

Jimin mengatakan bahwa, lebih baik tinggal bersama dari pada sendirian di apartemen tanpa ada yang mengurusnya. Lagipula Taehyung saat itu sedang dalam masa pemulihan.

"Apa aku sudah boleh masuk?" ia bertanya kepada salah satu petugas yang mengantarkannya.

"Ya, tetapi maaf waktumu tidak banyak. Harap di mengerti." jawabnya dengan membuka kunci salah satu ruangan.

"Tidak apa, terima kasih atas bantuannya." Taehyung membungkuk sebagai tanda terima kasih dan hormatnya.

Dengan nafas yang ia tarik dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan, tangan dengan jari-jari yang terdapat bekas luka itu pun membuka pintu.

Hal yang pertama kali di tangkap oleh retina hazelnya adalah, sosok Namjoon yang terduduk di sebuah bangku, dengan baju tahanan yang bertuliskan tanda pengenal 030800 di dada kirinya.

"Lama tidak berjumpa, hyung."

Suara serak yang terdengar menyapa telinga Namjoon. Ia menoleh, menatap adiknya yang masih hidup dengan sehat hingga saat ini, membawa seekor anjing berwarna hitam dan coklat yang terlihat sangat menggemaskan di gendongannya.

Taehyung menahan mati-matian air mata yang mendesak ingin keluar. Mengingat kejadian dimana Namjoon dengan hati iblisnya, menerkam dirinya dengan sinting memakai kawat besi hingga menimbulkan luka yang dalam.

Taehyung tidak ingin mengingat kembali, ia sudah memaafkan Namjoon saat ini. Tetapi melihat tatapan itu, seakan-akan Taehyung sedang di telanjangi saat ini.

"Untuk apa kau kemari?"

"Mangunjungimu." Taehyung berucap singkat, mendudukan dirinya pada bangku tepat di sebrang Namjoon, dengan meja sebagai penghalangnya.

"Apa kau baik-baik saja hyung?"

Namjoon terkekeh dengan keki. Memyilang satu kakinya untuk ia tumpu pada satu kaki lainnya, pemuda yang lebih tua itu tersenyum remeh menatap sang adik yang sedikit menurun.

"Baru sekarang kau memanggilku menggunakan honorifik, Taehyung, kau sesuatu sekali."

"Maafkan aku untuk itu, tetapi aku tidak menyesal melakukannya asal kau tahu saja." tangan pemuda berambut coklat madu dengan lihai mengelus sayang anjing yang tertidur di atas pangkuannya.

Namjoon meliriknya, jari-jari panjang sang adik yang seharusnya terlihat cantik seperti miliknya, kini terdapat bekas jahitan di seluruh jarinya.

Melintang di sepanjang ruas, terlihat sangat kontras karena kulit Taehyung yang aslinya sedikit lebih gelap dari kebanyakan orang di negara ini.

"Aku sangat menikmati jeritanmu yang memohon padaku, sayang sekali, Kau masih hidup. Padahal aku sudah berbaik hati memberikan tiket untuk bertemu dengan Jungkook yang kau anggap adik itu." Namjoon menikmati perubahan ekspresi yang timbul di wajah adiknya.

Mata yang membelak terkejut dengan bibir yang bergetar, Namjoon menopang dagunya dengan tangan yang menjadi tumpuan.

"Kenapa?..." Taehyung menarik nafas dengan susah payah, memejamkan matanya demi menekan rasa sesak yang timbul, "Kenapa kau melakukannya?"

"Hmm? Bagaimana aku harus menjawabnya ya? Bukankah kau sudah tahu alasannya, Adikku sayang?"

Taehyung tahu, segala yang Namjoon lakukan selama ini semata-mata hanya sebagai bentuk balas dendam atas kematian ayah dan ibu mereka. Melanjutkan apa yang Ayahnya lakukan terdahulu.

Tetapi apakah kakaknya itu tidak berpikir bahwa, apa yang ia lakukan sama saja menghancurkan hati mereka sekali lagi?

Baik Yoongi maupun Jungkook, mereka harus merasakan penderitaan tak henti sampai saat ini.

Kehilangan.

Rasa sakit.

Perjuangan untuk hidup di masa kanak-kanak mereka,

Mereka melakukannya sendirian. Tidak seperti Namjoon dan Taehyung.

Persetan dengan semua yang ayahnya lakukan di masa lalu, bukankah seharusnya Namjoon menjalankan hidupnya sendiri?

Membuat mimpi dan tujuan yang berarti bagi dirinya sendiri?

Mengapa seolah-olah Namjoon di kendalikan oleh sisi iblis ayahnya?

"Ini adalah kali pertama dan untuk yang terakhir kalinya aku mengunjungimu Namjoon hyung. Maaf, aku tahu ini pasti terdengar seperti sebuah lelucon di telingamu." matanya berkedut, bibirnya bergetar kala mengucapkan hal yang sudah ia pikirkan selama 3 bulan ini.

"Tapi ini adalah keputusan yang aku buat. Aku akan membuat takdirku sendiri, membuat hidup dengan lembaranku yang baru, dan keluarga yang baru..."

"...Terdengar egois bukan? Tapi kau lah yang membuangku sejak awal, Namjoon hyung. Aku memaafkan segala hal yang kau lakukan padaku, tetapi tidak dengan keluarga Jeon. Sudah cukup aku menanggung segala beban dan penyesalan di pundak ku atas dosa yang Ayah dan kau lakukan. Setelah ini, aku tidak akan datang jika kau memang tidak memerlukan diriku lagi."

Taehyung menggigit bibir tebalnya dengan kencang, menahan isak tangis yang bisa kapan saja keluar, menandakan bahwa betapa ia begitu berat mengambil keputusan ini.

Namjoon terpaku mendengar ucapan Taehyung. Dan gema tawa kembali terdengar, sisi keji yang Namjoon sempat keluarkan di ruang bawah tanah saat itu terlihat sangat jelas seperti sekarang.

Namjoon berdiri dengan cepat, bangku yang ia gunakan menjadi terjungkal kebelakang menimbulkan bunyi yang cukup keras menyapa telinga Taehyung.
Ia berjalan, menghampiri pamuda yang lebih muda di hadapannya.

Membawa tangannya pada pipi kanan sang adik, ia mengelusnya perlahan seolah-olah memberikan afeksi yang selama ini Taehyung rindukan.

"Enyahlah." satu kata yang keluar dari labium di hadapannya sukses membuat Taehyung membanjiri pipinya dengan air mata. Dengan segera, ia bangkit dari duduknya, menghentak tangan Namjoon lalu pergi dari dalam ruangan.

Namjoon menatap kepergian adiknya dengan tatapan kosong, secercah harapan yang sempat ia angungkan sebelumnya hilang entah kemana.

"Aku pantas mendapatkan ini Taehyung. Kebencian, kegelapan, dan kehilangan. Mungkin kau benar, aku adalah anak Hades. Tetapi aku tahu, tidak sepentasnya aku mengaku sebagai kakak yang kau banggakan setelah apa yang pernah aku lakukan padamu..."

"Hiduplah dengan baik, dengan keluarga baru yang akan menjagamu dengan penuh kasih sayang, Adikku."

.
.
.
.
.

"Dimana aku harus menghambarnya, Tuan Kim?"

"Kau bisa lihat bekas luka pada leherku? Buatlah disana seperti contoh gambar yang aku berikan." Taehyung berbaring di atas bangku khusus dengan pencahayaan di atasnya.

Ini adalah keputusan lain yang ia buat. Rasa sakit yang timbul mungkin tidak seberapa.

Tetapi ini adalah pelampiasan emosional yang pantas untuk dirinya. Biarlah orang lain berkata apa nantinya.

Pemuda yang memiliki tubuh kecil di sampingnya mulai mengerjakan tugasnya. Melukis dengan indah bagian leher Taehyung yang terdapat bekas luka pemberian dari Namjoon.

Menikmati sensasi jarum yang menusuk permukaan kulitnya, pikirannya berputar seperti sebuah film lama yang enggan Taehyung lihat.

Tato cantik bergambar fase bulan yang Taehyung inginkan disana. Bulan adalah singkatan dari kehidupan, dan fase menandakan bagaimana kehidupan itu akan terus berubah seiring berjalannya waktu.

Seperti Taehyung saat ini, kehidupan bahagia, kasih sayang yang melimpah di masa kanak-kanaknya dan berakhir akan kehancuran keluarganya. Ia merindukan masa itu, tetapi masa sekarang adalah hal yang tidak ingin ia abaikan. Biarlah kenangan itu terkubur, menjadi guru untuk kehidupan Taehyung selanjutnya.

Taehyung juga menambahkan sebuah tulisan pada tulang selangkanya. Oriri Ex Dolore dengan gaya kursif sambung yang indah, yang berarti bangkit dari kesedihan.

Taehyung sudah siap untuk itu, memulai hidup yang baru, bersama keluarga baru dan kasih sayang yang baru. Tidak seharusnya Taehyung masih terpaku pada air mata masa lampau. Ia menuliskannya pada tubuh dan menjadi teman untuk tato bulan cantiknya disana.

Dan yang terakhir taehyung menutupi luka pada semua jarinya dengan tato bergaris menyerupai di cincin. Jika orang lain melihatnya, sudah di pastikan Taehyung seperti memakai lingkaran hitam di sepuluh jari tangannya. Tetapi nyatanya tidak, itu adalah tato yang ia buat untuk menutupi itu semua.

Taehyung tak ingin ia mengingat bagaimana Namjoon menyakitinya, membuatnya hampir sekarat berujung ia koma dengan waktu lama dirumah sakit. Biarlah kenangan menyakitkan itu terkubur selama-lamanya di benak Taehyung.

Untuk saat ini, Taehyung hanya menginginkan sebuah hidup dengan takdir yang ia buat sendiri.

'Aku akan selalu menyayangimu, Namjoon hyung...
Kumohon maafkan aku...'

.
.
.
.
.
-TBC For sequel part-

Hallo mina-san~~~
Cuma mau ngasih tau kalau sekuel ERROR berisi 4 part perjalanan mereka setelah kehilangan Jungkook.
Jadi ditunggu chapter selanjutnya ya. Aku usahakan secepatnya untuk update, Maaf jika sekuel tidak sesuai dengan ekspetasi kalian~~
Jangan lupa tinggalkan cinta dan komentar kalian ♥️

Stay healthy and happy everyday~

[Taehyung tato]

'16062021
IndahHyera'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top