SEBELAS
-Haruskah?-
------
Namjoon berdiri lesuh, pada kaca yang menampilkan bentang kota di siang hari.
Terlihat sejuk dengan helai daun yang gugur perlahan.
Otaknya mulai berfikir akan Taehyung.
Setelah kejadian itu, ia tak pernah berbicara lagi, bahkan bertatap muka sekalipun.
Pertanyaan-pertanyaan muncul di benaknya, apakah Taehyung akan memaafkannya?
Atau, kemungkinan terbesarnya adalah, tidak?
Nada dering bergema di dalam ruangan, membuat tangan panjang miliknya mengacak saku celana bahan hitam yang Namjoon kenakan saat ini.
"Hallo Tuan, bagaimana dengan kerja sama yang kita bicarakan tempo hari?"
Suara yang Namjoon kenali, salah satu perusahaan yang bekerja sama dengannya.
"Sir, kau tahu bukan, apa yang aku janjian padamu adalah mutlak, dan akan kuberikan. Kerja sama kita akan berjalan jika si tolol itu berhasil membuatnya."
Tawa di seberang sana mengiringi setiap kalimat yang Namjoon ucapkan dengan sarkasnya. Kekehan pelan menambah kesan conggak pada obrolan kedua kenalan lama.
"Tapi kau membuatnya tersumbat, bagaimana bisa berhasil jika keluargamu mencurinya?"
"Aku masih setia menyambut ikan memakan umpanku, Hanbin."
Lagi-lagi gelak tawa terdengar, menjadi salah satu penggerak di dunia bawah bukanlah hal yang mudah.
Seseorang yang menjadi anak mantan pemasok barang ilegal pada negara sendiri, sudah sepantasnya Namjoon mengenal Kim Hanbin yang sama-sama berjalan di dunia dengan cara kotor.
Desas-desus Namjoon membangun Daehyun Robotics Engineering Lab, telah sampai pada telinga Hanbin yang berada di Jepang.
Bagaimana jika mereka bekerja sama, membuat robot pemuas nafsu atau mata-mata, bukankah menarik?
"Lalu apa selanjutnya? Membunuhnya? Atau membuatnya menderita?"
"Aku pilih kedua opsi itu, tetapi bukan si pucat yang aku bunuh. Bagaimana jika aku menangkap kelinci terlebih dahulu? Terdengar menarik bukan?"
"Bagus sekali bajingan. Jika sudah puas, tolong berikan padaku? Hahahaha."
Tersenyum saat mengakhiri sesi pembicaraan, Namjoon menghempaskan tubuh pada kursi ruang kerja pribadi miliknya.
Hari ini ia tak menginjakkan kakinya di kantor, berniat ingin berbicara pada Taehyung. Menunggu sang adik pulang dari kegiatan sekolahnya.
Atau sebenarnya tidak sama sekali.
Pintu itu sedikit terbuka sejak awal, membuat mata hazel tajam seseorang melihat pergerakan Namjoon dari luar.
Taehyung mendengar semuanya, obrolan memusingkan yang membuat otak remajanya menolak fakta bahwa, keluarganya adalah pembunuh.
.
.
.
Jungkook melangkah, menaiki anak tangga kediamannya. Sepi dan sunyi, tak terdengar suara apapun bahkan dentuman kaki yang menyeret tubuhnya perlahan menuju atas.
Membawa kantong berisi beberapa botol obat didalamnya, Jungkook merasa tidak nyaman sama sekali.
Tangannya ingin sekali bergerak membuang apa yang ia bawa, tetapi akal sehatnya tak mengizinkan. Ia harus sembuh, agar selalu dekat dengan Yoongi.
Membuka pintu putih bergambar kelinci, matanya terkejut saat melihat kotak kecil berwarna hitam diatas nakas.
Ia berlari, dirinya tergesa-gesa menghampiri ranjang. Berharap apa yang ia lihat bukan ilusi.
Ia berharap yang ia genggam sekarang, bukanlah sebuah kebohongan akan jiwanya yang lelah. Ia menjerit senang, dalam hati merapalkan ucapan-ucapan terima kasih pada dunia.
Membuka kotak itu dengan perlahan, menampilkan bracelet cantik dengan hiasan paus sebagai pemanis.
Matanya berkaca-kaca, ia bahagia memikirkan, apakah ini pemberian Yoongi untuknya?
Apakah Yoongi masih mengingat ulang tahunnya?
Apakah Yoongi masih menyayanginya?
Membolak-balikan kotak hitam tersebut, dirinya mendapati secarik kertas biru laut dibalik busa.
Haruskah ia berharap?
'Jungkookie yang manis, selamat ulang tahun. Selalu pakai ini kemanapun, oke?
Dari hyung mu...
Park Jimin'
"Kenapa?" lirihnya pelan.
Terdengar pedih, tetesan bening terjatuh semakin deras saat ia bertanya dengan kata 'kenapa' berkali-kali.
Tangannya gemetar, perlahan ia menyentuh gelang itu lalu memakainya, akan menepati apa yang sudah tertulis utuntuknya dari Jimin.
Ia menghargai pemberian Jimin, hatinya menghangat walau rasa kecewa pada Yoongi lebih mendominasi. Terlihat cocok di kenakan tangan kurus miliknya.
Ia akan tetap bersyukur untuk saat ini, jika Yoongi memang belum mau memaafkannya, tak apa. Setidaknya masih ada orang-orang yang menyayanginya walau ia berharap penuh dengan Yoongi.
Jarinya mengetik beberapa huruf di kolam pesan, memberitahukan bahwa ia sudah menerima kado terbaik yang Jimin berikan. Mengucapkan kata terima kasih di sela-sela kalimat yang ia tumpahkan disana.
"Jimin hyung, aku akan menjaga pemberianmu."
.
.
.
Rapat membosankan, apa lagi yang Jimin lakukan saat ini jika tak lain adalah mendengarkan setumpuk rencana Jeon Yoongi yang baru.
Masih dengan obsesi akan robot manusia, Jimin sudah mulai lelah, ia ingin beristirahat di rumah dan melihat senyum Jungkook saat membuka hadiah yang ia berikan.
Memikirkannya saja sudah membuat Jimin bahagia. lusa saat ia bertanya pada Yoongi, ternyata yang ia lupakan adalah ulang tahun Jeon Jungkook.
'Aku tak peduli'
Kira-kira kalimat itulah yang diucapkan Yoongi tempo hari.
Sampai saat ini, Jimin belum mendapatkan informasi lebih terkait artikel yang ia baca. Ia berharap memiliki secercah kelopak úme untuk ia berikan kepada Yoongi.
Jimin tak yakin, apa yang ia lakukan ini benar atau salah, ia hanya berfikir melindungi adik kecilnya yang malang.
Jika memang benar Yoongi tak ingin Jungkook berada, bahkan sampai membencinya terlalu dalam. Lantas mengapa Yoongi masih mengurusnya hingga remaja.
Sebuah notifikasi muncul dalam ponsel biru laut milik Jimin, rasa penasaran membeludak, karena saat ini ia berharap itu adalah informasi tentang kematian Jeon Sung Ho.
'Jl. Xxx, Cafe Singularity. Datanglah jika kau ingin mengetahui sesuatu.'
Jimin melengkungkan senyuman malaikat terbaiknya. Alih-alih peduli akan rapat membosankan, ia sudah di ambang pintu menuju pembenaran.
Jika memang bukan Jungkook lah penyebab kematian Orang Tua mereka lalu apa langkah selanjutnya yang semestinya ia lakukan?
Membicaraknnya pada Yoongi?
Apa itu, adalah pilihan yang tepat?
Entahlah, ia akan memikirkannya nanti saat semua sudah jelas. Mungkin saja si beruang kutub itu akan sadar akan kesalahannya.
Sialan, Jimin gemas bukan main.
Lalu notifikasi selanjutnya berbunyi, menampakkan nama yang tertera 'Kelinci' di sana.
'Hyung, aku sudah menerima pemberian darimu. Aku menyukainya, terima kasih sudah mengingat ulang tahunku.'
Lalu pesan berikutnya muncul kembali,
'Terima kasih Jimin hyung, aku akan selalu menjaganya. Apa kau... sedang bersama Yoongi hyung? Pulang lah sesekali, Hyung. Aku akan memaksakan makanan enak untuk kalian.'
Jimin terperanjat dari Euphoria manis yang ia rasakan. Netranya mentap Yoongi takut, bagaimana ia akan mengatakan permintaan kecil Jungkook padanya.
Ia menyimpan ponsel pintarnya pada saku, saat salah satu dari mereka menutup rapat.
Menghampiri Yoongi dengan tergesa-gesa, mengucapkan doa dalam hati, berharap kali ini saja Yoongi ingin menuruti keinginan Jungkook.
Sudah hampir beberapa minggu, ia bahkan tak tahu lagi sejak kapan mereka berdua tak pulang. Yang jelas, Jimin tersadar jika anak itu kesepian saat ini.
Rumah yang sangat luas hanya Jungkook saja di dalamnya, bagaimana bisa ia melupakan itu?
Sedangkan siang tadi, ia datang untuk mampir meletakkan kado disana.
Niat ingin memberikannya langsung, Jimin memang tak menjumpai Jungkook dimanapun.
"Profesor Jeon."
Suaranya serak, memaksakan kalimat yang tertahan untuk di keluarkan secara gamblang. Total membuat tenggorokannya sakit bukan main.
Yoongi menatap Jimin yang menghampirinya, menunggu ucapan selanjutnya akan di lontarkan untuknya.
"Apa... kau ingin pulang kerumah malam ini, Hyung?"
"Untuk?" petanyan itu terasa dingin, sampai-sampai Jimin tremor sekarang.
"Merayakan ulang tahun Jungkook."
Yoongi menatap datar setelahnya, pupilnya mengecil mendadak, membuat Jimin melipat bibir tebalnya guna melampiaskan rasa takut.
Tak ada jawaban, Yoongi mengabaikan permintaan Jimin. Kakinya melangkah, meninggalkan ruang rapat, tanpa peduli sama sekali.
"Hyung... Sekali saja."
Lalu ketukan langkah itu terhenti di ambang pintu. Yoongi terdiam, pikiran dan hatinya berkecamuk.
Haruskah ia mengabulkannya?
"Aku mohon...."
.
.
.
.
.
TBC
Bosen ya alurnya lambat?
Mau tanya, ingin Sad ending or Happy ending untuk cerita ini?
Btw, vote and komen juseyooo buddy's >°<
'IndahHyera
13102020'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top