SATU

-Aku hanya perlu hidup seperti ini, mengapa tidak bisa? Mengapa semuanya begitu sangat sulit untukku? -

~~~~~~~~~~~

Hidup seperti apa yang aku inginkan sekarang?

Rasa sayang seperti apa yang aku dambakan?

Perhatian yang tulus akan adanya sedikit cinta dan kasih sayang di dalamnya- apakah aku akan mendapatkannya?

Apakah sesuatu yang berarti seperti keluarga akan ku miliki?

Mengingat semua telah pergi meninggalkan diriku.

Kebahagiaan, kehangatan, dan kasih sayang yang aku inginkan telah lenyap entah kemana. hanya rasa sakit dan penderitaan hanya aku dapatkan sekarang.

seakan... kebahagiaan itu adalah hal mustahil yang bisa aku raih.

Semua telah pergi meninggalkanku- hanya tersisa seorang kakak laki-laki. Tetapi aku tak tahu mengapa ia membenci ku. memaki ku setiap hari, berteriak, membentakku, bahkan hanya sorotan mata tajam yang aku dapatkan dari sosok namja berkulit pucat itu.

Kata-kata pedas yang keluar dari bibir tipisnya sudah menjadi makanan sehari-hari ku, sikap dingin tak peduli sekitar membuat ku merasa kesepian. ku seperti tersesat diantara hutan gelap nan dingin.

Aku tak bisa keluar dari sana...

Hanya berputar-putar mencari titik cahaya hangat musim semi yang penuh dengan kasih sayang seperti apa yang aku inginkan selama ini- akan tetapi tak mungkin ia berikan padaku. miris.

⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊⚊


Seorang anak remaja berjalan perlahan melewati keramaian kota. Malam yang dingin dengan rinai hujan menyapa kulit putih namja tersebut, rambut hitam indahnya pun sudah basah terkena air hujan.

Tak ada niatan sedikitpun untuk berteduh atau berlari menembus hujan seperti apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang sekarang. Ia hanya berjalan pelan munundukkan kepalanya. membiarkan rintik hujan jatuh membasahi tubuhnya.

Entah apa yang remaja berusia 18 tahun itu pikirkan, ia tak peduli lagi akan tubuhnya yang lepek dan suhu tubuh yang menurun karena hawa dingin mulai menembus hingga tulangnya.

Sesampainya ia di depan rumah besar dihadapannya, remaja itu pun mendorong pagar bercat putih polos dengan perlahan, lalu menutupnya kembali dan langsung berjalan menuju pintu.

"Aku pulang," ucap Jungkook sambil memasuki ruang tamu rumahnya yang- sepi. Jungkook menghela pelan napas panjangnya.

Saat Jungkook ingin menaiki tangga menuju kamarnya, terdengar suara pintu kamar lain terbuka. Jungkook pun menghentikan aktivitas dirinya yang sedang menaiki tangga. Mata indahnya melihat sosok pemuda pucat dengan jas profesor yang melekat.

"Hyung," lirih Jungkook.

Yoongi yang merasa dirinya terpanggil pun hanya melirik Jungkook sekilas lalu pergi meninggalkan sang adik yang terdiam di tangga sambil menatap kepergian dirinya.

Jungkook tau ini akan terjadi, dan akan terus terjadi kedepannya. tapi bagaimanapun sikap sang kakak padanya tetap saja ia akan menghormati dan menyayangi Yoongi sampai kapan pun.

Dilihatnya kepergian sang kakak yang melangkah keluar dari rumah. terdengar suara mesin mobil yang semakin menjauh Jungkook pun hanya pasrah. menghela nafas nya berat dan pergi melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti dan memasuki kamarnya.

Saat Jungkook masuk kedalam kamar yang bernuansa putih tersebut. ia tak langsung membilas tubuhnya yang basah tetapi ia duduk di meja belajarnya, membuka buku harinya dan menulis sesuatu didalam sana.

⚜️Agustus, 03

'Hyung, aku sangat merindukan mu'

Hanya itu kata-kata yang Jungkook tulis sekarang sebuah kalimat yang hampir setiap hari ia torehkan dibuku kecilnya.

hingga satu tetes cristal bening jatuh di pipinya.

Dengan cepat ia mengusap air matanya- menutup bukunya kembali dan menaruhnya di tempat asalnya lalu berjalan menuju kamar mandi membilas tubuhnya yang dingin dengan air hangat.

°

Yoongi melajukan mobilnya kencang. mengambil ponsel hitam miliknya mengacak - ngacak benda pipih di genggamannya mencari kontak seseorang. setelah mendapatkan apa yang ia cari langsung saja menelepon orang tersebut.

"Park Jimin! temui aku di kafe biasa," belum sempat ada balasan dari seberang- Yoongi langsung mematikan sambungannya.

Jimin berdecak sebal, apa-apaan Yoongi menyuruhnya. Baru saja seorang pemuda bantet itu selesai membersihkan tubuhnya dan merebahkannya di kasur empuk yang terasa dingin karena jarang ia tiduri itu, sekarang hilang sudah harapannya beristirahat tanpa adanya gangguan dari orang lain.

Dengan malas Jimin mengambil jaket hitamnya dan langsung pergi menuju tempat Yoongi menunggu.

Sesampainya Jimin disana ia langsung mencari-cari keadaan Yoongi. matanya menangkap sosok namja pucat yang sedang menyeruput Americano hangat miliknya. tubuhnya yang sedikit kecil tengah duduk di ujung kafe sambil memandang keluar jendela pembatas yang menyuguhkan pemandangan jalan kota Seoul yang ramai walaupun titik-titik air sedang membasahi kota.

Sebelum Jimin menghampiri Yoongi yang sedang asik melamun pemuda bantet tersebut berjalan pelan ke bagian kasir.
"Tolong satu Coffee latte- dan antarkan kesana," ucap Jimin pada gadis muda. sepertinya masih sekolah.

"Baiklah tuan," jawab gadis tersebut sambil tersenyum.

"Ada apa hyung memanggilku malam-malam begini? Aku baru saja mengistirahatkan tubuhku tolong mengertilah" Jimin memelas, ia pun mendudukkan tubuh lelahnya di bangku berhadapan dengan Yoongi saat ini.

"Aku ingin mencari investor baru sekarang berencana mengembangkan robot manusia," jawab Yoongi. Ia menyerahkan map yang berisi beberapa dokumen permohonan investasi dan hal-hal lainnya yang sudah ia rencanakan.

Mencari investor yang mau menerima penelitian dan pembuatan robot itu tak mudah. tak seperti berinvestasi pada barang atau produk lain seperti perusahaan makanan atau perusahaan impor ekspor. Karna pemasokan keperluan dan alat serta teknologi yang di pakai pun tak sedikit biaya yang akan dikeluarkan.

Jimin mengerutkan dahinya, sungguh sangat keras kepala orang yang bernama lengkap Jeon Yoongi ini pikirnya.

"hyung- bukankah kita sudah pernah membahas ini? Robot manusia yang kau inginkan itu bukan hal yang mudah seperti kita membuat robot seperti biasanya. baterai yang sulit didapat serta jantung robot yang sudah pernah kita kerjakan sebelumnya-

- itu semua gagal total. apalagi mengembangkan pemikiran dan sifat ilmiah manusia," jelas Jimin panjang lebar. ia tak percaya orang yang dianggap kakaknya ini tak mau menyerah sekalipun itu mustahil.

"Aku sudah memikirkan itu kembali setelah beberapa penelitian aku berhasil mengembangkan bagian terpenting yaitu otak robot tersebut. belum sempurna pembuatannya karena kita tak memiliki orang yang ingin berinvestasi aku tak mau membuat robot ilegal. jadi aku ingin mencari investasi yang akan membantuku mengembangkannya," kalimat panjang tersebut keluar dari bibir tipis Yoongi.

Oke! Jimin pasrah sekarang mau tak mau ia harus menuruti keinginan gila ini. selama ia bekerja menemani Yoongi sebagai asistennya, baru kali ini Yoongi sungguh sangat memaksa dan keras kepala.

"Sebenarnya apa yang membuat hyung ingin sekali mewujudkan hal aneh ini?."

Yoongi menatap Jimin lekat. terlihat jelas mata indah Yoongi dengan retina hitam sempurna tetapi terkesan dingin didalamnya.

Jimin yang merasa takut pun menggaruk belakang kepalanya yang tak terasa gatal. ia pasti salah menanyakan hal yang bukan urusannya itu.

tapi, hey! bukankah ia harus tahu juga tujuan dari pembuatan robot konyol ini?

"Maaf H-hyung... A-aku tak- "

"Karena ini keinginan ayahku yang belum tercapai olehnya," ucapan Jimin tepotong dengan suara berat khas milik Yoongi.

"Ma-maksudmu hyung ayahmu yang bernama Jeon Sung Ho? ilmuwan terkenal itu?," Jimin gugup menanyakan hal ini karena Yoongi sendiri tak pernah memberitahu hal tentang keluarganya. tetapi sang ayah memang terkenal sebagai salah satu ilmuwan jenius yang dimiliki korea dulu.

"Hmm," guman Yoongi singkat ia pun kembali meminum Americano miliknya yang sudah mulai mendingin.

Jimin hanya menatap Yoongi, sifatnya yang tertutup dan terkesan dingin dan takpeduli itu masih sama tidak pernah hilang dari dulu hingga sekarang.

Tiba-tiba Jimin mengkhawatirkan Jungkook, adik Yoongi yang sudah ia anggap sebagai adiknya juga. bagaimana sabarnya anak itu menghadapi sang kakak yang benci dengan dirinya tanpa hal yang tak Jungkook ketahui asal usulnya.

"Hyung bagaimana kabar Kookie?" dengan hati-hati jimin berucap menanyakan hal yang mungkin akan membuat yoongi marah.

Benar saja apa yang ditakutkan Jimin terjadi. Yoongi sekarang menatap tajam dirinya mata itu seakan menusuk hingga ke hulu hati dan siap membunuh siapa saja yang melihat tatapan yang terpancar jelas di manik hitamnya.

"Aku tak peduli. mau anak pembawa sial itu mati sekali pun aku tak ingin tahu," jawab Yoongi pergi meninggalkan kafe. Jimin pun terkejut atas ucapan yang yang keluar dari mulut pemuda pucat bermuka datar tersebut.

Jimin terdiam sesaat mengontrol detak jantungnya. sial! rasanya jantungnya seakan ingin copot setelah melihat mata tajam itu. Jimin kasihan pada Jungkook. anak mengemaskan dan imut itu harus merasakan hari-hari yang berat karna dibenci kakaknya sendiri, merasakan sakit dan kesepian. Pasti anak itu sering menangis.

Jimin takbisa berbuat banyak karena ia hanya asisten Yoongi. tak bisa membantu Jungkook lebih karena saat Jimin ingin menghampiri Jungkook, Yonggi selalu menyuruhnya hal lain seakan-akan Jimin tak boleh mendekati atau menemani anak malang itu.

Ia tak tau pasti apa penyebab Yoongi begitu benci pada adiknya. setahu Jimin mereka dulu terlihat dekat, terbukti ia pernah melihat foto-foto kenangan masa kecil Yoongi dan Jungkook yang tersusun rapi di kamar mendiang orang tua mereka, saat Jimin tak sengaja masuk kedalamnya karena handak mencari Yoongi. oke ini terdengar tidak sopan.

Jimin pun menhela nafasnya perlahan ia tak bisa ikut campur permasalahan ini. karna ia pun takbisa membantu apapun untuk Jungkook. Jimin pun memanggil pelayan meminta struk dan membayar minumannya dan juga minuman Yoongi. kemudian mengambil map biru di meja lalu pergi dari kafe, menaiki motor sport hitam miliknya menuju apartemen untuk mengistirahatkan tubuh letihnya.

.
.
.
.
TBC

See you all vote and komen juseyooo karna indah masih belajar jadi butuh kritik dan saran terima kasih banyak 💜

'IndahHyera
07092018'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top