LIMA BELAS

Semakin aku merangkak,
Hanya kehampaan yang ku rasakan.

Semakin aku mengangkat kaki bertemu dengan anak tangga,
hanya keheningan yang ku dapat.

Semakin aku mengeluarkan sayap rasa sakitku,
Tiba-tiba kegelapan menyelimuti bagai hutan.

Lalu aku mencoba berjalan...

berlari...

Kemudian terbang...

dengan darah mengalir di punggung ku.

Lantas, aku tersadar...

Ahh...
Ternyata sia-sia.

Aku tak menemukan apapun, selain kata 'menyedihkan.'

Dan akupun termakan habis, oleh bayangan-bayangan iblis yang mengejarku.

Tidak...
Tidak, bukan iblis, aku salah lagi.

Melainkan itu aku.
Bayangan diriku, yang menghina dengan kerasnya tawa.

Poem of the day- IndahHyera.

~~~~~~~~~

Yoongi terkekeh, ia mengampit selinting tembakau yang baru saja ia ambil dari sakunya.

"Kau membuang waktuku."

Menolehkan wajahnya, ia berjalan pada pembatas gedung, menutup mata kelamnya. Tubuh miliknya menikmati angin dingin musim gugur yang menyapa kulit pucatnya.

"Aku tidak membuang waktu siapapun."

Yoongi semakin jengkel, ia melirik tajam Jimin yang memperhatikan dirinya dengan wajah sendu.

"Katakan,"

Menghampiri Jimin perlahan, Yoongi menginjak sisa rokok yang sudah ia habiskan.

"Katakan, sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Yoongi mendesis, sudah hilang kesabarannya menghadapi asisten yang selalu saja mencampuri urusan keluarganya.

"Jantung robot ayahmu," Yoongi bingung, jawaban itu sama sekali tak sama dengan apa yang ia tanyakan.

"Orang tua Namjoon yang mencurinya, bahkan kecelakaan itu, merekalah pelakunya."

Mengangkat satu alisnya bingung, Yoongi tertawa menampakkan gusi dengan gigi-giginya yang kecil.

Suara itu bergema, terdengar meremehkan, seperti orang sinting yang kehilangan akal.

"Kau menuduh sahabat ayahku, Dan anaknya?"

Jimin menghempaskan nafasnya kasar, ia kesal sekali omong-omong. Yoongi ini mengapa sulit sekali di ajak berbicara.

"Aku menghubungi seseorang yang membuat artikel tentang hilangnya penelitian milik Jeon Sung Ho."

"Seorang wartawan dari cabang perusahaan milik Kim Namjoon."

"Jika kau tak ingin mendengar penjelasan dariku, tak apa. Tapi tolong simpan ini, kau akan membutuhkannya suatu saat nanti."

Jimin memberikan buku milik Jungkook, serta pulpen perekam yang ia dapatkan beberapa hari lalu.

Yoongi hanya menerimanya tanpa mengucapkan satu patah katapun. Dan Jimin hanya menatap sedih pemuda yang lebih tua darinya.

" Aku pergi hyung."

.
.
.
.
.

Jungkook terbangun, memandang malam yang sama seperti sebelumnya. Terlihat kelam dan terasa sangat dingin. Tak ada satupun suara langkah kaki yang bergema atau suara dentingan barang dirumah ini.

Matanya melihat bagaimana cahaya bulan menembus sela-sela tirai miliknya. Ia bawa dirinya untuk terduduk pada ranjang, dengan air mata yang senantiasa jatuh berlomba-lomba dengan jarum jam.

Keheningan ini sudah terlalu lama ia rasakan. Jungkook mulai lelah, mengadu pasrah adalah hal terakhir yang ia lakukan saat ini.

Siapa yang mau jika seperti ini? Jungkook hanya bisa tertawa miris.

Bagaimana dia berjuang mati-matikan, kakinya sudah mulai tak sanggup lagi. Luka menganga di tubuhnya sudah tak bisa ia tahan.

Harus bagaimana Jungkook saat ini?

"E-eomma..."

Menangis.

Menangis.

Dan menangis.

Hanya itu yang bisa Jungkook lakukan. Sangat bodoh bukan?

Mata indahnya melirik ponsel yang sudah lama ia tak sentuh. Bahkan ia tak tahu ponsel miliknya masih menyala atau tidak.

Beberapa minggu telah berlalu, sejak ia terakhir kali menampakkan wajahnya di sekolah.

Jungkook menolak untuk kembali kesana. Menolak bertemu siapapun, bahkan sahabatnya, Kim Taehyung.

Ia sudah tak ingin menjadi beban orang lain. Ia sudah tak ingin menampakkan diri lagi.

Bahkan di hadapan Yoongi sekalipun.

Katakan Jungkook egois, tapi hari dimana ia terbangun di ruangan rumah sakit, Jungkook sudah menyerah.

"Aku lelah. Hyung...."

"Bolehkah aku menghilang saja?"

Dan detik berikutnya, ketukan pintu kamar menyadarkan Jungkook dari lamunan.

"Kookie?"

Itu Jimin.

Jungkook memaksakan dirinya untuk bangkit dari ranjang, berjalan perlahan dengan tembok yang menjadi tumpu untuk tubuhnya.

Tangan itu bergetar, sebelum akhirnya ia membuka pintu dan menampakkan Jimin yang tengah tersenyum hangat padanya.

Kenapa selalu Jimin?

"Kau baik-baik saja?"

Jungkook terdiam bisu, menatap kosong pemuda bersurai blonde di hadapannya.

"Jungkook?" imbau Jimin sekali lagi.

Jimin mengerutkan keningnya, Jungkook sama sekali tak merespon, remaja itu hanya terdiam bak patung.

Jimin kebingungan akan sikap Jungkook saat ini.

"Tinggalkan aku sendiri."

Lalu setelah itu Jungkook menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Mengabaikan panggilan Jimin yang meraung-raung dari luar.

Kakinya lemas bukan main, neraka seperti apa yang Yoongi buat untuknya. Ia bahkan sudah tak sanggup menahan ini semua.

Remaja 18 tahun yang penuh akan guratan sedih di wajahnya, bagaimana bisa ia menampakkan senyum palsu, lagi.

Ia merindukannya segalanya, Ayah yang ia sayangi, sosok ibu yang ia cintai memeluknya dan Yoongi yang senantiasa menjaganya.

Habis sudah tubuh Jungkook saat ini, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang Yoongi kembali, ia rasa.....

ini sudah cukup.

.
.
.
.
.

Yoongi memejamkan matanya, ia hempaskan tubuhnya untuk terduduk di sofa ruangan kerja.

Pikirannya melayang, bayangan Ayah dan Ibunya yang cantik. Ia merindukan keduanya.

Ia bertanya-tanya, sebenarnya untuk apa ia meraih titik ini?

Menatap buku putih pemberian Jimin beberapa waktu yang lalu, pikirannya melayang saat ia memberikan benda itu pada adiknya.

Senyuman yang terlihat manis, dengan dua gigi kelinci. Dulu Yoongi gemas sekali melihatnya, senyuman itu seakan menariknya dari kegelapan.

"Jungkook...."

Senyuman itu tulus.

Mata bulat itu menyedihkan.

Dan Yoongi yang sangat Bodoh.

Hatinya menolak untuk membenci Jungkook terlalu dalam, tetapi logika dan egonya berteriak tak terima.

Yoongi pernah berjanji pada Ibunya bahwa ia akan menjaga Jungkook.
Dan, lihatlah apa yang pemuda pucat itu perbuat10 tahun belakangan ini?

Yoongi membuat anak berumur 8 tahun tumbuh akan penderitaan.

Tumbuh dengan air mata.

Tumbuh dengan rasa sakit.

Tumbuh dengan kesendirian.

Bocah polos yang bahkan tak mengerti apapun.

Sebenarnya apa yang Yoongi inginkan dari kebencian yang ia tabur, karena sebenarnya percuma saja.

Orang tua mereka tak akan hidup kembali.

Yoongi selalu memikirkan kembali perkataan Jimin.

Kalimat yang di lontarkan saat dimana ia menampar Jungkook di malam itu, bahkan ia tidak sama sekali memberikan kesempatan sang adik untuk berbicara.

"Kau sudah berlari terlalu jauh."

Membuat satu tetes air mata jatuh membasahi wajah Yoongi.

Dering ponsel menyadarkan Yoongi dari lamunan, dengan cepat ia usap wajahnya yang basah.

Melihat nama kontak yang tertera di layar, ia terburu-buru untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo hyung?"

"Namjoon, ada apa?"

Itu Namjoon, sahabat yang sudah memberikannya fasilitas untuk mengembangkan penelitian miliknya.

Entah ia harus bersyukur tidak,  mendengar suara sahabatnya saat ini.
Tetapi otaknya langsung kembali mengingat perkataan Jimin.

Jimin sialan!

"Aku hanya ingin bertanya mengenai perkembangan robot milik kita. Dan aku berencana untuk menjualnya pada militer Amerika."

Yoongi mengerutkan wajahnya, militer?
Tapi Robot yang Ayahnya inginkan bukan untuk berperang.

Robot ini khusus Ayahnya buat untuk membantu setiap orang. Karena memang dibentuk dengan perasaan dan sifat manusia di dalamnya.

Robot ini tidak untuk kegiatan latihan atau bentuk militer apapun.

Dan Yoongi bertaruh, ciptaan yang ia buat akan di potong dalam beberapa bagian.

"Namjoon, kau pasti bercanda."

.
.
.
.
.
TBC

Alohaa....
Bagaimana kabar kalian?

Sebenernya aku sudah lama bgt nyiapin FF Brothership lain, ada niattan untuk publish tapi aku mikir yang ini aja belum kelar wkwkwkw.
Dan jika kalian setuju aku upload FF ku ini, aku akan mempublishnya.

Judulnya adalah DAY BY DAY.

Summary  :

Aku menemukanmu...

Jeon Jungkook
Si rapuh yang bahkan tak tahu apapun

Kami jahat
Kita jahat
Penipu berkedok malaikat
kita masih sama tak ada yang berubah

Dan kebohongan itu semakin dalam menghancurkan hati si adik kecil yang malang.

Nah, giamna ada yang minat?
Tenang saja ERROR akan di lanjutkan sampai tuntas.

'IndahHyera
04122020'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top