LIMA

Namjoon melangkahkan kakinya, menuju lift pribadi yang berada pada sudut ruangan tempat ia menambang uang.

Merengkuh kantong celana miliknya, mengeluarkan dompet kulit berwarna coklat tua terlihat elegan jika berpadu pada tangan indahnya.

Ia mengambil satu kartu khusus berwarna hitam, lalu meletakkan kartu tersebut di sensor yang terdapat pada dinding lift. Menekan tombol berwarna biru dengan huruf SR, yang berarti Secret Room.

Lift tersebut turun perlahan melewati puluhan lantai di bawahnya.

Melewati lantai dasar dan menembus tanah lalu terhenti. Perlahan pintu terbuka, menampakkan lorong panjang berwarna abu-abu gelap. Kaki jenjang milik Namjoon melangkah pasti memasuki lorong.

Sampai pada tujuannya, Tangannya menekan beberapa tombol kode di dinding. Dan terbukalah laci kecil dari sana. Mengeluarkan sebuah kotak kaca yang tak terlalu besar dari laci tersebut lalu meletakkannya ke atas meja yang tertanam di tengah-tengah ruangan.

"Kau sangat cantik." Namjoon berucap saat kotak terbuka, tersenyum dengan lesung pipi miliknya yang perlahan muncul. Matanya berbinar menatap benda yang sangat luar biasa di hadapannya.

"Bagaimana bisa ia membuat dirimu, hmm? Segenius itu kah ia? Sampai-sampai ayah iri padanya?" pemuda tersebut menarik bangku lalu meletakkan tubuhnya disana, matanya menelisir ruangan. Memutar-mutarkan tempat yang ia duduki.

Sedang asik melihat ruangan megah dan luas miliknya, matanya terhenti pada sebuah figura besar yang terpasang di dinding.

Menampakkan foto seseorang laki-laki paruh baya yang terlihat arogan dan kejam dengan mata yang dingin.

"Hallo ayah." Namjoon menyapa figura tersebut, menatap wajah sang ayah yang sangat ia rindukan kehadirannya.

"Lama tak 'berjumpa' iyakan ayah?"

"Aku sungguh sibuk akhir-akhir ini, sekarang perusahaan sedang ada peningkatan saham yang cukup besar. Ayah... bagaimana pendapatmu tentang hasil kerjaku? Apa kau bangga ayah? Perusahaan mu semakin besar bukan?" kekehnya sinis.

"Ayah apa boleh aku bercerita sedikit padamu?" Namjoon memalingkan wajahnya menatap lamat-lamat benda di dalam kotak yang ia sebut cantik tadi.

"Menurutmu bagaimana jadinya jika ikan kecil datang padaku tanpa kulempar umpan padanya?-

Hmm.... Apakah ini keberuntungan untukku? Atau bukan? Sepertinya Zeus berpihak padaku bukankah begitu ayah?"

Rasa benci yang mendalam terlihat jelas di dalam manik hitam milik pemuda tampan berlesung pipi tersebut.

"Apa yang harus ku lakukan setelahnya ayah? Haruskah aku bermain-main dahulu dengan pemuda pucat itu?"

[Flashback]

"Jadi hyung ingin membuat robot manusia?" tanya Namjoon pada pemuda pucat dihadappannya.

"Woahh! Kau pembuat robot?" belum sempat Yoongi menjawab, Hoseok sudah memotong dengan ekspresi kagetnya yang berlebihan.

"Aishhh! Diamlah!" omel Namjoon menghadiahi pukulan keras di tangan Hoseok.

Hoseok hanya tertawa renyah menanggapi pukulan atasan sekaligus sahabatnya itu.

"Hyung ingin membuatnya?" Namjoon bertanya sekali lagi memastikan apakah Yoongi bersungguh-sungguh ingin melakukan hal yang mustahil ini.

"Ya seperti itu, bukankah kau sudah pernah ku ceritakan jika ini permintaan terakhir ayahku?" menyesap Americano miliknya, merasakan rasa pahit asam kopi yang perlahan turun di tenggorokannya.

Namjoon tersenyum tipis, bibirnya kirinya terangkat pelan.

"Ah hyung benar... bukankah orang tua kita bersahabat hyung? Sama seperti kita?"

"Memangnya siapa orang tua namjoon hyung?" cicit Jimin penasaran.

"Apa kau tak tahu? Wahh bocah kau ketinggalan berita. Ayahnya adalah Kim Jisung seorang ilmuwan robot juga sama seperti Jeon Sung Ho, tetapi Kim Jisung menerjunkan dirinya ke dunia bisnis." jelas Hoseok panjang.

"Kim jisung? Bukankah ia meninggal 5 tahun lalu atas kasus penyelundupan ilegal?" Jimin nampak berfikir, siapa yang tak tahu berita yang menggemparkan seluruh korea itu.

Pletak!

"Awhhh! Sakit hyung." pukulan mesra mendarat cantik di bibir tebal Jimin.

Yoongi lah pelakunya salahkan mulut Jimin dengan seenaknya berkata hal-hal yang menjelekkan orang tua.

Namjoon mengeram pelan- sangat pelan hingga tak ada yang mendengarnya. Matanya terpejam menarik nafas dalam lalu mehembuskannya.

Ingin sekali rasanya ia merobek-robek mulut bocah mochi ini.

"Jaga biacaramu Park Jimin." Yoongi berucap dingin, aura pekat keluar mengelilingi tubuh mungilnya. Jimin merinding ia salah bicara, sampai Yoongi marah seperti ini.

"Tak apa hyung, itu benar adanya ayahku meninggal karena di eksekusi kasus penyelundupan ilegal." Namjoon tersenyum tetapi matanya menatap nyalang. Jimin yang melihatnya pun terkejut

Apa itu?

Mengapa tatappan itu sangat menyeramkan?

Lebih terasa gelap dan dingin?

Bahkan melebihi milik Yoongi. Namjoon benar-benar seperti seorang psikopat, tatapan kebencian jelas berada disana. Ya Tuhan, Jimin merinding dan takut sekarang.

"Maafkan aku Namjoon hyung." cicit Jimin menundukkan kepalanya, ia takut tangannya meremat kencang ujung kemeja yang ia pakai.

"tak apa Jimin." Namjoon tersenyum kembali kali ini bukan tatapan seperti tadi tetapi lebih hangat dan menenangkan ditemani dua dimple yang muncul di kedua pipinya.

"Ahahahaha kau lucu Jimin ah! Lihat dirimu aigoo! kau menggemaskan seperti anak kucing tak di beri makan oleh majikannya." Hoseok tertawa kencang melihat ekspresi Jimin.

Yoongi dan Namjoon hanya mengeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Hoseok yang gemas sendiri.

"Jadi Yoongi hyung ingin meminta berinvestasi padaku?"

"Ya seperti itulah, kau mau membantuku?"

"Hanya ruang lab yang memadai dan alat-alat serta bahan pembuatan itu hal mudah. Tapi apakah hyung bisa membuatnya? Bukankah hyung pernah gagal membuat jantung robot manusia?"

"Aku sedang proses membuatnya Namjoon, aku akan mencoba membuat nya kembali." jelas yoongi datar.

"Baiklah hyung dalam sebulan ini kau akan mendapatkan nya besok kita bertemu kita membahas kontrak kita."

"Hmm aku tunggu kontraknya, aku harus pergi banyak yang harus aku dan Jimin kerjakan di lab." Yoongi berdiri diikuti oleh Jimin dan Hoseok, mereka saling berjabat tangan satu sama lain.

[Flashback off]

"Bermain-main dengannya itu bukan masalah bukan? Sama seperti ayah, maka aku juga akan bermain dengan Yoongi hyung."

"Benda cantik ini takan ku biarkan Yoongi hyung mendapatkannya, ia takan berhasil membuat robot itu tanpa benda ini, cih! Memang sepintar apa dirinya?" berdecih kencang, ia meletakkan kembali kotak kaca tersebut ke dalam lemari kecil lalu menutupnya.

"Aku pergi dulu ayah sampai jumpa kembali."

-----------

Saat ini bintang tengah berhamburan menghiasi langit cerah pada malam hari. Jungkook sudah di bolehkan pulang oleh Seokjin tapi dengan syarat besok harus kembali ke rumah sakit. Ntah apa yang akan di bicarakan pemuda berbahu lebar tersebut, Jungkook hanya bisa memenuhi ucapan dokter tampan itu.

"Ayo ku antar Kookie." membuka pintu mobil hitam miliknya, menuntun sang sahabat masuk kedalam. Tetapi, alih-alih Jungkook akan masuk kedalam mobil mewah tersebut, bocah bergigi kelinci itu malah membalikan badannya dan menepuk pundak Taehyung pelan.

"Aku akan pulang naik bis saja, terimakasih untuk hari ini tapi aku tak ingin kau repot-repot mengantarkan ku pulang." ucap Jungkook pelan lalu berjalan ke halte bis yang terdapat di depan rumah sakit.

"Yak!" Taehyung berlari, menarik paksa tangan pucat sang sahabat dan memasukkan tubuh lemas Jungkook ke dalam mobil. Jungkook hanya pasrah, dengan kelakuan sahabat konyol nya ini. Mau tak mau ia harus menuruti apa kemauan Taehyung.

"Sudah ku bilang akan ku antar, dan panggil aku hyung!"

"Aku tak mau! Kau kan bukan hyungku apa-appan!" protes Jungkook, bibirnya mengecut lucu dengan mata memicing melihat pergerakan Taehyung.

"Tak ada penolakan Kookie, aku menyayangimu sebagai sahabat ku dan seorang adik. Aku kesepian sungguh. aku butuh kau sebagai saudara dan teman ku, mau ya?" memohon dengan mata tajam miliknya yang mulai berkaca-kaca.

"Baiklah."

"Aishh! Panggil aku hyung!" omelnya.

"Oke baiklah Taetae hyung! Puas?!"

Taehyung gemas sendiri melihat Jungkook yang marah, terlihat lucu dengan bibir yang maju dan pipi yang di kembungkan.

Supir pribadi Taehyung, paman Lee hanya melihat interaksi dua anak Adam di dalam mobil. Tuan mudanya yang terlihat pendiam dengan muka datar bisa tertawa lepas karena bocah kelinci yang ada di sampingnya, sungguh paman Lee sangat bahagia melihatnya.

"Paman Lee kita kerumah Jungkook."

"Baiklah tuan muda" mobil melaju pelan, kota Seoul sangat ramai dan indah pada malam hari. Jungkook hanya duduk menyandar dengan menutup kedua matanya, tubuhnya masih lemas dan masih sulit untuk bernafas normal.

Sedangkan Taehyung? Ia hanya melihat dan memperhatikan Jungkook dari samping.

Disaat sang kakak sibuk dan tak ada waktu untuknya, sang ayah yang meninggal lima tahun lalu disusul oleh sang ibu yang meninggal empat tahun lalu membuat pribadi Taehyung berubah.

Taehyung yang dulu ceria dengan tingkahnya yang bisa dibilang konyol dan berlebihan, berubah menjadi pendiam dan tertutup tak memiliki banyak teman.

Tetapi sejak masuk sekolah SMA dan bertemu Jungkook perlahan sifat nya kembali, ntah datang dari mana rasa ingin melindungi dan menyayangi sosok pemuda lucu tersebut. Tak sia-sia Taehyung mendekati Jungkook, karena hanya bocah itulah yang selalu menemaninya dan mau berteman dengannya disaat anak yang lain hanya memanfaatkan kekayaannya saja.

"Tuan kita sudah sampai." ucap paman Lee, mobil perlahan berhenti terpakir di depan pagar rumah besar Jungkook.

"Kookie ayo bangun kita sudah sampai." taehyung mengguncang pelan tubuh Jungkook guna membangunkannya.

Taehyung diiringi oleh Jungkook dan turun dari mobilnya.

Perlahan mobil hitam itu menghilang dari pandangan Jungkook, dan kakinya ia langkahkan memasuki rumahnya.

Saat Jungkook membuka rumahnya hal yang pertama dilihat adalah gelap, hanya terdengar suara tv menyala di ruang tengah.

"Apa Yoongi hyung sudah pulang?" Jungkook berjalan perlahan, karna gelap ia tak melihat apa pun selain cahaya yang keluar dari tv. Tetapi saat dilihat di sofa tak ada orang disana. Jungkook pun tak ambil pusing ia mematikan benda persegi panjang tersebut dan berjalan menaiki anak tangga.

Ceklek!

Lampu menyala tiba-tiba menampakan pemuda pucat yang tengah menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Kau baru pulang?"

"Apa aku pernah mengajarimu pulang malam seperti ini Jeon Jungkook?"

"H-hyung"

PLAKKK!

"YOONGI HYUNG!!"

.
.
.
.

TBC

~zeus : Raja para dewa, penguasa Olimpus dan dewa langit, cuaca, petir, hukum dan takdir. Dia adalah anak termuda dari Kronos dan Rhea, yang dia kalahkan. Dia adalah adik dan suami Hera. Dalam seni dia digambarkan sebagai pria dewasa berjenggot dan berbadan kuat. Simbolnya adalah petir, tongkat kerjaan dan burung elang.~

'IndahHyera
05112018'

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top