EPILOGUE
- The Last : Part of Empty Hearts -
~~~~~~~~~~
[02.39 PM, sebelum kejadian pencekikan]
"Jimin?"
Suara serak menyapa ketiga pasang telinga manusia yang sedang duduk berdiskusi di sofa hitam kediaman keluarga Jeon, yang lebih muda pun menoleh, menyapa dengan iris hazelnya yang dalam.
"Kau sudah bangun hyung?" Jimin bangkit dari duduknya, tangannya tergerak menuang teh hitam yang sempat ia seduh beberapa waktu lalu. Teh yang sangat terkenal di Inggris ini menjadi favorit di kalangan para bangsawan, dimana proses pembuatnya sendiri dicampur dengan minyak bergamot— Earl Grey.
Yoongi menerimanya kala cangkir tersebut diberikan oleh Jimin. Menghempaskan tubuhnya pada sofa single di tengah, ia belum menyadari bahwasanya ada seseorang yang memperhatikan gerak geriknya sejak keluar melangkah dari pintu kamar.
"Ada apa ini? Kalian sangat berisik." Yoongi menghirup dalam-dalam uap yang terbang di atas cangkir.
Sejak Beberapa bulan ini, ia beli sering meminum teh hitam dari pada kopi Americano yang biasanya ia cecap. Jimin yang menyarankannya, dengan alasan bahwa kafein yang berlebihan akan menganggu tidur Yoongi dimalam hari.
"Ah! kita kedatangan tamu, Jung Hoseok." ucap Taehyung.
Yoongi melirik, "bukankah kau sekretaris Namjoon?" tangannya bergerak terulur, meletakkan cangkir yang isinya masih tersisa setengah, kedua kaki kurusnya pun ia silangkan.
"Aku menghubungi Taehyung, dan bocah ini menyuruhku untuk datang kemari. Kau banyak sekali berubah ya, Tuan Jeon?" entah itu kalimat pernyataan atau pertanyaan yang terlontar, Yoongi kenaikan satu alisnya tanda ia menuntut penjelasan lebih.
"Urusanmu?" pemuda pucat dengan iris indah sekelam malam itu menagkup dagunya dengan siku yang yang ia tumpu pada lengan sofa.
"Menghentikan Namjoon." Hoseok mengeluarkan sejumlah map dokumen dari tas jinjingnya. Beberapa tumpuk bungkus kertas berwarna coklat tersebut ia letakkan di atas meja bundar.
Yoongi terkekeh, menutup mulutnya dengan punggung tangan karena dirasa, ini sungguhlah mengejutkan.
"Kau berniat menghianati sabahatmu? Namjoon pasti marah besar jika mengetahui hal ini." ucapnya dengan bersandar pada sofa.
"Aku tahu dimana adikmu."
DEG! "A... A—pa?" sial, lidah Yoongi kelu mendadak.
"Adikmu, Jeon Jungkook. Aku tahu, ini sangatlah terlambat bahkan aku menyesali mengapa takbisa menyelamatkan anak malang itu. Tapi keputusan ini sudah ku pikirkan selama 2 tahun sejak kejadian. Aku sungguh minta maaf padamu, Yoongi..." lirihan di akhir kalimat membuat Yoongi merasakan dada miliknya begitu menyesakkan.
Apa maksud perkataannya?
Apa ini?
Mengapa pemuda dihadapannya ini meminta maaf?
"Aku tahu kau mencari penemuan ayahmu yang begitu mengesankan. Namjoon menyimpannya di ruang bawah tanah gedung baru yang kau pakai. Kau bisa mengambilnya."
Hoseok pun menepuk tumpukan kertas di atas meja, "Tapi sebelum itu, kita harus memproses ini dan meminta bantuan detektif serta kepolisian Seoul. Ini akan menjadi kunci kasus dan pemburuan mafia besar-besaran yang di jalankan oleh Kim Hanbin dan Kim Namjoon." Jimin tercengang mendengarnya.
Mata sipitnya melirik Taehyung yang nampak biasa saja, menyilangkan tangannya di atas dada dengan gaya conggak, Jimin nyaris menjatuhkan rahangnya.
"Kau tidak apa-apa mengenai ini Taehyung?" tanyaya ragu.
"Hmm? Kenapa? Aku tak peduli jika perusahaan itu hancur sekalipun." Taehyung berucap yakin, walau nyatanya ada sedikit rasa sesak yang menendang jiwanya. Tetapi ini adalah pilihan yang harus ia lakukan, untuk menembus segala dosa yang kakaknya dan Ayahnya perbuat.
Bohong jika Taehyung tidak menyayangi Namjoon lagi.
"Tetapi..." Hoseok menyela, ia menatap ketiga laki-laki berbeda umur dihadapannya.
"Apapun yang kalian lihat nantinya, fakta yang akan kalian temukan, aku berharap kalian tidak menyesali apapun."
Yoongi lagi-lagi mengiyit mendengar kalimat yang memiliki arti luas tersebut. Dengan ragu pemuda pucat, Jimin serta Taehyung mengangguk secara bersamaan sebagai tanda persetujuan.
" Jadi, inilah rencananya...."
.
.
.
.
.
[01.25 AM]
"A—aaakkhhh...."
Taehyung berusaha menarik kawat besi yang membelenggu lehernya. Bersusah payah untuk melepaskannya, hingga jari-jari panjang miliknya menjadi korban gesekan benda tajam tersebut.
"Kau begitu peduli padanya bukan?" Namjoon mengencangkan tarikannya, ia mendesis di telinga Taehyung.
"Kau!— aku akan membunuhmu juga!" suaranya mengeram tanda emosi dan akal sehat Namjoon telah hilang, Taehyung meronta di atas lantai dingin. Menghentak-hentakan kakinya acak.
Air liur yang menetes menuju rahang tegasnya pun tak bisa ia hindarkan. Wajahnya membiru, pasokan oksigen yang kian menipis membuat Taehyung sesak nafas.
"KIM NAMJOON!"
BANG! BANG! Dua timah panas mengenai betis laki Namjoon membuat pemuda tersebut terjatuh. Tali yang sempat mencekik leher adiknya, Kim Taehyung pun terlepas.
Jimin berlari menghampiri, mengangkat kepala Taehyung pada pangkuannya, ia melihat bagaimana darah mengalir deras dari luka goresan lebar di leher yang lebih muda.
"Ambulans! cepat!!!"
"Dasar sinting!" Yoongi melempar pistol Caliber 32 yang sempat Hoseok berikan padanya.
Ia berlari, satu kakinya ia layangkan tepat mengenai kepala Namjoon yang masih bersimpuh pada lantai.
"Psikopat gila! Apa yang kau lakukan pada adikku hah?! Sialan! Kau membunuhnya!!!"
Menangis dan menangis, diantara rasa sesak dan emosi yang takbisa ia kontrol. Yoongi menendang tubuh Namjoon yang tergeletak pada lantai dengan kegilaan, sebelum akhirnya Hoseok menghentikan aksi pemuda pucat tersebut.
Namjoon terkekeh, ia tertawa seperti orang gila dengan air mata yang mengalir deras.
"Wah... Lihat aku babak belur."
Seluruh anggota kepolisian berjalan memasuki ruangan, mereka menyergap pemuda berlesung pipi tersebut dan menyeretnya keluar ruangan.
Beberapa dari mereka tinggal guna mengolah TKP.
Namjoon menahan gerakan para polisi yang memegangnya di kedua sisi, ia menoleh kebelakang, iris tajam yang sangat mirip dengan Taehyung tersebut menampakkan tatapan mengejek dengan menyunggingkan senyuman miringnya.
"Oh... Yoongi... Bukankah ini sangat menyedihkan? Diantara kasih sayang seorang anak kepada Ayahnya, dan sebuah siksaan serta kebencian yang dilayangkan secara cuma-cuma oleh dirimu, untuk si manis yang tercinta karena sebuah kesalahpahaman. Sayang sekali, ia sudah lama menyapa neraka terlebih dahulu."
Dan teriakan nyaring bergema dalam ruangan serba hitam tersebut. Yoongi melempar pisol yang sempat ia buang ke arah kaca membuat lapisan bening tersebut pecah berkeping-keping.
"K—kookie?" Yoongi menyeret kakinya. Bau pekat formalin meyeruak menusuk hidung mereka yang berada di dalam ruangan. Yoongi tak memghiraukannya, ia tetap berjalan, memijak dua anak tangga guna membawanya pada altar putih.
Ia memeluk tubuh pucat yang tergantung disana, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang adik yang sudah lama tak bernyawa.
Bibirnya bergetar begitupun dengan tubuhnya yang bertumpu pada lutut tremor mendadak.
Ini begitu menyesakkan.
Kalimat maaf yang terdengar, kerinduan, dan penyesalan Yoongi jeritkan di dalam tangisnya.
Ia meraung.
Mengusap rambut hitam sekelam malam yang bahkan ia tak ingat kapan terakhir kali menyentuhnya. Mengusap kulit lengan pucat yang tak sempat ia genggam dan membawanya pergi.
Ia tak tahu jika ini adalah akhirnya.
Kehilangan dan kematian yang begitu menyakitkan kembali menenggelamkan kewarasannya.
"A—ku mohon... Bangunlah, K—kookie."
"Maafkan aku... Maafkan aku... H—hiks, ayo kita pulang, ayo kita membuat ayam tepung kesukaanmu."
Tidak ada lagi jawaban.
Tidak ada lagi senyuman tulus bergigi kelinci yang ia lihat.
Tidak ada lagi wajah menggemaskan adiknya yang menyapa di pagi hari.
Tidak ada lagi nasi goreng yang Jungkook buat khusus untuknya.
Tidak ada...
Dan... tidak pernah ada dan hadir kembali.
Dirinya terhisap dan di tenggelamkan ke dasar paling terdalam Singularity tak berujung.
Tak ada cahaya, tak ada titik terang.
Hanya kehampaan...
Luka...
Dan hati yang berdarah karena kesalahan...
.
.
.
.
.
END
Hallo~~~~
Ternyata bukan beberapa tapi tinggal satu chapter lagi hehe.
Setelah hampir 3 tahun, Akhirnya ERROR resmi ending!
Teruntuk kalian yang tercinta, terima kasih para pembacaku yang setia menunggu kelanjutan karya pertamaku ini. Terimakasih juga untuk kalian para silent readers. ♥️
Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar ya~
Untuk kalian yang masih bingung posisi mengangtungnya Jungkook, kurang lebih seperti ini ya, tetapi tangannya yang satu lurus ke atas.
Buat yang pengen dibuatin sekuel silahkan komentar 👉
Setelah ini aku akan fokus menyelesaikan Day By Day, jadi silakan mampir ya~~
Akhir kata dari aku...
Stay healthy and happy everyday~♥️
'12062021
IndahHyera'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top