EMPAT
-Takdir terulang, Akankah kisah menyakitkan kembali terjadi? Akankah semua berakhir sama seperti dahulu? -
~~~~~~~~~~~
Disini lah Yoongi dan Jimin berpijak.
Gedung besar tinggi menjulang menembus langit, dengan taman yang luas dan ramainya karyawan berlalu lalang disana.
Gedung ini milik teman masa kuliahnya, Kim Namjoon. Walaupun satu tempat kuliah nyatanya mereka berbeda jurusan.
Namjoon yang berada di jurusan Bisnis, sedangkan Yoongi berada di Robotics Engineering.
Gedung bertulisan Daehyun Crop tersebut tak main-main. Salah satu perusahaan keluarga terbesar yang ada di Korea Selatan.
Kim Daehyun lah pendirinya seorang dengan lulusan Universitas ternama. Seorang ilmuwan pintar namun licik, membangun perusahaan besar agar mendapatkan keuntungan dari kepintaran otaknya.
Tok! Tok! Tok!
"Masuklah!" sebuah suara mengintrupsi dari dalam. "Lihat siapa yang datang ke kantorku." Namjoon tersenyum ke arah pintu.
"Yoongi hyung? Lama tak jumpa." menarik kembali pipi miliknya menampakkan dua lesung pipi dalam yang ia punya. Langsung saja berdiri dari tempat duduk kebesarannya dan memeluk tubuh kecil Yoongi yang tersenyum manis kearahnya.
"Lama tak jumpa Namjoon." Yoongi membalas pelukan pemuda yang jauh lebih tinggi darinya.
Namjoon adalah sahabat Yoongi. Mereka bertemu di perpustakaan saat kuliah.
Pada saat itu Namjoon kesulitan mengerjakan tugasnya dan Yoongi lah yang membantu, dimulai dari berbincang hal-hal kecil hingga ke hobi mereka berakhir mereka bersahabat hingga sekarang.
Jimin yang melihat interaksi antara dua sahabat itu hanya tersenyum tipis.
Ternyata orang seperti Yoongi pun bisa bersikap hangat kepada kerabat terdekat.
Namjoon melepas pelukannya, netranya menangkap pemuda di belakang Yoongi yang hanya tersenyum diam.
"Oh, hyung siapa anak muda ini?"
"kenalkan Namjoon, ini Park Jimin ia partner ku. Satu universitas dengan kita tetapi dia satu jurusan dengan ku, berada di semester akhir sekarang." Jimin yang mendengarnya tersenyum sangat manis, langsung saja mengulurkan tangannya ke arah Namjoon.
"Pantas saja aku tak mengenalnya ternyata kau adik kelas." kekehnya menerima jabatan tangan Jimin.
Namjoon tersenyum matanya menembus jauh ke dalam manik milik Jimin.
Jimin yang melihatnya pun hanya terdiam, ia merasa aneh dengan tatapan yang Namjoon berikan padanya.
Jimin langsung saja melepas jabatan tangan Namjoon dan tersenyum kikuk.
Namjoon tersenyum miring.
"Duduklah- hyung, Jimin." Yoongi dan Jimin pun duduk di sofa coklat didepan meja kerja sang sahabat.
Ruangan yang megah, indah, dan pastinya sangat luas. Terlihat elegan dengan perpaduan warna coklat tua dan coklat muda dan sedikit putih sebagai pemanis.
Miniatur KAWS tersusun rapih berbagai warna, bentuk dan ukuran di dalam lemari kaca, berada sepanjang tembok sebelah kanan. Ternyata Namjoon tak pernah berubah dari dulu, ia masih suka mengoleksi boneka berkepala tengkorak itu.
"Hoseok! bawakan tiga Americano ke ruanganku."
"Jadi, Yoongi hyung. Ada apa datang jauh-jauh kemari?" Namjoon mendudukan dirinya pada bangku, berhadapan dengan dua pemuda jenius di hadapannya.
"Ini bacalah, aku berharap kau mau membantu." meletakkan map biru tebal di meja, Namjoon mengambilnya membaca selembar demi selembar proposal milik Yoongi.
Jimin memperhatikan Namjoon, matanya tak lepas dari pemuda tinggi dihadappannya sedari tadi.
"Aku tahu, aku tampan Park jimin." Namjoon menyadarinya, ia masih membaca lembar kertas di tangannya tanpa melihat langsung ke arah Jimin.
Ceklek!
"Kopinya sajangnim." sekretaris tampan dengan senyum menawan itu masuk dan meletakkan nampan berisi kopi panas- kesukaan Yoongi pastinya. Karena namjoon tahu apa yang sahabatnya ini sukai.
"Hmm, terimakasih Jung Hoseok." berucap singkat sambil menganggukan kepalanya.
"Oh! aku hampir lupa perkenalkan hyung, Jimin. Ini Hoseok sahabatku saat masih SMA. Dia seumuran dengan ku, dan sekretaris ku." memperkenalkan sahabatnya yang lain kepada Yoongi dan juga Jimin.
"Hai! Aku Jung Hoseok. Panggil saja Hoseokie, atau Hobi, atau supaya lebih keren panggil aku J-Hope." periang. itulah sifat Hoseok.
Siapa saja yang melihat tingkah lakunya akan tertawa, jangan lupakan senyumnya yang menawan walau bisa dibilang lebih mirip ke arah kuda- menurut teman-temannya yang melihat tentunya.
"Min Yoongi." mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh Hoseok yang tersenyum lebar.
"Dan kau?"
"Aku Park jimin." tersenyum manis mengenggam tangan kurus Hoseok.
"Kau lucu seperti gumpalan mochi." cubitan kecil mendarat di kedua pipi jimin.
Yoongi yang melihatnya hanya tertawa pelan. memang benar Jimin itu menggemaskan seperti gumpalan mochi.
Bahkan Yoongi pun melakukan hal yang sama yang di lakukan Hoseok pada Jimin saat pertama kali bertemu.
"Hoseok Hentikan kau membuatnya takut." Namjoon meletakkan map biru yang ia pegang pada meja.
"Duduklah Hoseok."
"Baiklah." satu cubitan kembali di terima Jimin sebelum lelaki kurus itu duduk di samping sang sahabat.
"Yak!" Jimim yang terkejut mengelus-ngeluskan pipinya.
Oh, pasti ini akan memerah- pikirnya.
"Jadi hyung ingin membuat robot manusia?" tanya Namjoon pada menunda pucat di hadapannya.
"Woahh! Kau pembuat robot?" belum sempat Yoongi menjawab, Hoseok sudah memotong dengan ekspresi kagetnya yang berlebihan.
"Aishhh! Diamlah!" omel Namjoon dihadiahi pukulan keras di tangan Hoseok.
~~~~~~
Suara lenguhan terdengar di ruangan bercat serba putih, wangi obat pun menyeruak masuk ke penciuman.
Perlahan tapi pasti mata bulat indah itu pun terbuka.
"Dimana ini?" Jungkook mencoba duduk dari tidurnya, kepalanya sedikit pening sekarang.
"Kookie kau sudah sadar?" Taehyung masuk ke dalam kamar rawat. Mendudukan diri di bangku yang tersedia di samping ranjang sang sahabat.
"Oh Taehyung mengapa kau disini?"
"Bodoh, aku yang membawamu kesini kau dirumah sakit sekarang. Kau pingsan di Sekolah." jelas Taehyung menatap sendu sang sahabat.
'aku berharap Yoongi hyung lah yang membawaku'
"Kau tak apa? Apa kau pusing?" menyentuh kening Jungkook perlahan, tangan satunya ia coba untuk menyentuh keningnya sendiri. ia menerka-nerka apakah Jungkook terkena demam atau tidak.
"Aku akan memanggil dokter!" kakinya berjalan keluar ruangan putih yang ditempati Jungkook. Tak lama kemudian remaja berkulit tan tersebut membawa pemuda tinggi di sampingnya.
"Oh? Sudah sadar?"
"Kau keluar saja Tae, aku akan memeriksa temanmu." jelas pemuda tinggi tersebut.
"Hyung aku disini saja boleh ya? Aku ingin menemani Kookie." Taehyung merengek, tubuhnya memeluk manja tangan putih milik pemuda bernamtag Kim Seok Jin tersebut.
"Tidak!" tegas Seokjin berusaha melepaskan pelukan sang adik.
"Hyungggggg... "
"Aku bilang tidak Kim Taehyung." mutlak Seokjin. Terlihat mata elang milik Taehyung berkaca-kaca jangan lupakan aegyo yang ia keluarkan.
Seokjin memalingkan wajahnya ke arah lain, tak ingin termakan bujuk rayu mata elang dan aegyo milik sang adik sepupu.
Tapi Taehyung tetap melakukan berbagai cara. Tak kuat lagi, akhirnya Seokjin pasrah.
Sungguh tak tahan melihatnya.
"Aish! Baiklah, tapi Hentikan tingkahmu Tae kau sudah remaja bukan anak tk berusia lima tahun lagi!"
"hehe... Terima kasih hyung." kekehnya yang langsung menggenggam tangan kecil milik Jungkook.
Jungkook yang melihat kedua anak Adam di depannya hanya tersenyum tipis.
Jungkook berfikir dahulu ia juga seperti itu pada Yoongi, tapi sekarang bahkan menyentuh Yoongi mustahil baginya.
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Seokjin lembut.
Memeriksa keadaan Jungkook, tiba-tiba keningnya berkerut menyatu.
ia seperti berfikir keras, tangannya masih memegang stethoscope yang berada di dada kiri milik Jungkook.
"Ada apa hyung?"
"Tak ada Tae aku baik-baik saja." bukan- bukan seokjin.
Tapi Jungkook yang berbicara. Seokjin menatap remaja imut yang terbaring di kasur rumah sakit tempat ia bekerja- apa-apaan remaja ini? Pikirnya.
Jungkook menatap Seokjin ia mengelengkan kepalanya pelan, seakan-akan mata bulat hitam itu berkata 'jangan berkata apapun didepan Taehyung'
Seokjin yang mengerti pun menganggukan kepalanya paham.
"Benar! temanmu baik-baik saja, tak ada yang mengkhawatirkan ia hanya kelelahan" jelasnya.
"Jadi namamu Jeon Jungkook?"
"Hmm ne." Jungkook menganggukan kepalanya.
"Oh syukurlah kau baik-baik saja Kookie. " Ranum Taehyung mengembang, ia menggenggam tangan Jungkook dan mengelusnya.
Yaampun.
Senyum itu.
Senyum kotak milik sang sahabat yang selalu membuatnya tenang kala melihatnya.
'Taehyung, maafkan aku'
Jungkook tersenyum hambar membalas senyum milik Taehyung.
Tak tahan sungguh, ia tak ingin berbohong padanya. Tapi ia tak ingin Taehyung khawatir.
Dilihat dari raut wajah sang dokter pasti ada hal lain yang terjadi.
"Kookie kau belum kuberitahu ini hyung ku, namanya Kim Seok Jin. Bukan hyung kandung ia sepupuku, seorang dokter disini. Tadinya aku tak ingin membawamu kerumah sakit tetapi Hyeri bilang kau harus dibawa kesini, maka dari itu aku menelfon hyung ku tadi." oceh taehyung panjang lebar.
Seokjin yang melihatnya hanya mengelengkan kepalanya, lalu mata cantiknya melihat Jungkook yang tersenyum. Hatinya menghangat melihat senyum tipis milik bocah bergigi kelinci tersebut.
"Terimakasih sudah mau mengantarkan ku kesini." lirih Jungkook pelan.
"Oh ayolah, kau itu satu-satunya temanku, kau tahu sendiri tak ada yang mau berteman denganku. Mereka yang mendekatiku hanya memanfaatkan uangku saja, tapi tidak denganmu. Kau sudah kuanggap sebagai adikku, adik dari Kim Taehyung." ocehnya tanpa henti.
Tak ada yang bertanya sebenarnya.
"Karena kau terlalu gampang dibodohi Tae, maka dari itu temanmu hanya memanfaatkan mu." Seokjin tertawa keras mendengar isi hati Taehyung.
"Tidak aku tak bodoh, benarkan Kookie?"
Jungkook yang tadinya ikut tertawa pun tiba-tiba terhenti dan tersenyum menatap taehyung.
"Ya tae kau pintar, sangat pintar kau bahkan mengalahkanku. Tapi apa-apaan aku ini adikmu huh?"
"Hei! aku ini setahun lebih tua dari mu kalau kau lupa. Kau itu kan lompat kelas karna kau cerdas." jelas Taehyung dengan jari telunjuknya menusuk-nusuk pipi milik Jungkook.
"Ya, aku tahu tapi aku bukan adikmu."
"Tidak, kau adikku!"
"Bukan."
"iya!!"
"Bukan Tae!"
"iya! kau adalah adikku. Jangan membantah aku memaksa."
Jungkook mengerutu, pipinya mengembung lucu dan bibirnya terus mengumpat.
Hatinya senang akhirnya ada yang menganggap nya sebagai adik, dan lebih bahagianya lagi orang yang menganggap dirinya adalah sang sahabat Kim Taehyung.
"Sudah selesai berdebatnya? Hmm? Jika sudah aku ingin bicara. Jeon Jungkook kau boleh pulang setelah infus milikmu habis. Tetapi bisakah kau datang esok ke rumah sakit kembali, ada yang ingin ku berbicara padamu. " jelas Seokjin mengelus pelan rambut hitam milik Jungkook.
"Baiklah dokter, terimakasih telah menolongku." Jungkook tersenyum lebar menampakkan dua gigi kelincinya yang imut.
"Panggil aku hyung saja." ucap Seokjin lalu pergi meninggalkan ruangan putih tersebut.
Menyisakan dua remaja yang terkejut atas ucapan sang dokter.
.
.
.
.
.
TBC
'IndahHyera
15102018'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top