DELAPAN
Jimin memejamkan matanya terkejut. Lalu membukanya perlahan, berkaca-kaca menatap bagaimana tajamnya netra milik Yoongi.
"Tidak hyung jangan lagi. Menorehkan rasa sakit lagi lebih dari ini, aku tak ingin melihatmu menyesal." Jimin menatap sendu. Pemuda yang dituju hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Jimin padanya.
"Tahu apa kau tentang penyesalan?"
"Tahu apa kau tentang hidup ku?"
"Jangan mengurusi hidup orang lain kau tak mengerti apapun. Dan jangan mengasihi anak pembawa sial itu, aku tak pernah menyesal melakukan apapun dalam hidupku." mutlak Yoongi langsung meninggalkan kamar besar orang tuanya.
Jimin menatap nanar tubuh yang menghilang di balik pintu. Ia ingin sekali memberitahu sesuatu pada pemuda itu, tetapi lidahnya terlalu kelu untuk berucap.
Menelan kembali kata-kata yang tak terucap dari bibirnya. Jimin hanya takut jika Yoongi akan membenci Jungkook semakin dalam, karena bagaimanapun juga ia telah menganggap Yoongi adalah seorang kakak untuknya. Ia hanya tak ingin pemuda pucat itu tersesat dan semakin jauh melangkah dalam kegelapan.
"Tak apa, jika kau tak ingin mencari kebenaran. aku saja yang akan melakukannya."
------
Taehyung masih menunggu Jungkook dengan tenang di sofa, sesekali mulutnya berguman kagum melihat kediaman nyaman ini.
"Siapa kau?! " tubuh Taehyung tersentak mendengar suara berat milik Yoongi. Matanya perlahan menatap tubuh yang berdiri di depan pintu sebuah kamar.
Taehyung terdiam, remaja tampan tersebut masih mengatur nafasnya akibat dirinya sangat terkejut. Beberapa saat setelah ia bisa mengontrol dirinya, Taehyung pun berdiri menghampiri pemuda yang lebih tua dan menunduk sopan.
Jimin yang mendengar suara Yoongi pun tergesa-gesa keluar dari kamar. Jimin yang hampir saja tertawa melihat wajah Taehyung yang terkejut dengan bodohnya.
"Oh itu, Senang bertemu dengan anda. Saya Kim Taehyung." sapanya ramah dengan tangan yang mengengam tali ranselnya erat.
Yoongi menatap remaja di hadapannya, mata kelamnya menatap seragam yang di kenakan Taehyung pagi ini.
Bukankah itu seragam yang sama dengan milik Jungkook?
Apa ia temannya?
Pikiran Yoongi bertanya-tanya sekarang. Sama dengan Jimin, Yoongi pun baru mengetahui jika Jungkook memiliki teman. Anak itu tak pernah sekalipun membawa seseorang ke rumah, bahkan anak itu tergolong pendiam.
"Kau mencari Jungkook?"
"Saya mencari Kookie." Taehyung tersenyum kotak menatap Yoongi di hadapannya.
Raut wajah Taehyung berubah saat menatap mata kelam Yoongi.
Shit! Taehyung seketika merinding seperti melihat hantu di pagi hari.
Yoongi tak menjawab, pemuda pucat tersebut hanya menatap Taehyung sekilas lalu pergi menuju kamar miliknya.
"Huhhh! Apa hyung itu memang mengerikan?" tanyanya menatap jimin.
"Hmm mungkin? Entahlah sebenarnya ia baik."
Jimin tersenyum penuh makna disana, menatap punggung lebar milik Yoongi. Yah, tak mungkin jika Jimin mengatakan jika Yoongi itu mempunyai sifat buruk, tempramental dan selalu menyiksa adiknya.
Biar bagaimanapun Jimin tetap yakin jika Yoongi menyayangi Jungkook. Hanya saja dendam konyol pemuda pintar itu yang membuat Yoongi berubah.
"Oh! Taetae hyung?" Jungkook keluar dari kamarnya dengan tangan membawa nampan yang berisi piring dan gelas kosong pemberian Jimin tadi pagi. Kakinya perlahan melangkah turun menuju ruang tengah kediaman keluarga Jeon.
"Woahhh Kookie, Kau sudah baikan?" Taehyung menghampiri Jungkook mengusap pucuk kepala sang adik dengan lembut.
"Sepertinya, mengapa hyung disini? Tak kesekolah?" menatap heran Taehyung yang memakai seragam sekolah datang kerumahnya.
"Kau juga mengapa tak sekolah?
Aku datang kemari karena ingin berangkat kesekolah bersama dan mengkhawatirkan mu bodoh." sembur Taehyung mengekori Jungkook menuju dapur.
Jimin hanya menatap dua remaja itu sambil mengelengkan kepalanya pelan. Bibir tebalnya tersenyum kecil menatap remaja laki-laki bernama Taehyung yang tampak dekat dengan Jungkook.
Melihat senyum tulus milik Taehyung kepada Jungkook membuat Jimin tersenyum hangat.
"Kesiangan, ini sudah jam 8 Taetae hyung, pagar sekolah sudah tutup. Lagipula mengapa hyung tak berangkat saja sendiri? Mengapa datang kemari?"
"Sudah ku bilang Jungkookie, aku mengkhawatirkan mu masalah sekolah tenang saja itu kan sekolah milik hyungku." cengir bodoh Taehyung.
"Dasar idiot." umpat Jungkook.
"Yak! kau tak sopan."
"Biarkan saja." Jungkook menjulurkan lidahnya mengejek Taehyung.
Taehyung hanya mencibir pelan akan kelakuan Jungkook padanya. Tetapi ia tak mempersalahkan ejekan itu, setidaknya Jungkook terlihat lebih baik di bandingkan hari kemarin.
"Jungkook?" panggil Jimin menghampiri dua remaja tersebut yang masih saja ribut.
"Ya?"
"Bisa kau pergi ke supermarket berbelanja keperluan rumah? Aku dan Yoongi hyung sibuk melanjutkan proyek kami." ujar Jimin memberikan kertas berisi keperluan apa saja yang akan di beli, dan juga terdapat uang yang terselip disana.
"Oh tentu saja hyung." jawab Jungkook tersenyum mengambil pemberian jimin padanya.
"Aku ikut!" pekik taehyung bangun dari duduknya.
"Tak usah berteriak!" Jungkook kesal, merotasikan matanya malas menatap Taehyung. Melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengambil hoodie hitam tebal miliknya. Taehyung pun mengikuti Jungkook dan sedikit membungkukkan badannya saat ia melewati tubuh Jimin.
Taehyung menginjakan kakinya di kamar milik Jungkook. Kamar yang nyaman untuk di tempati dan terlihat rapih.
"Woahh kamarmu nyaman." dengan seenak jidatnya Taehyung merebahkan tubuh di atas kasur empuk milik Jungkook, berguling kesana kemari tak tahu malu.
"Ayo pergi sampai kapan hyung akan mengacak-ngacak kasurku?"
------
CEO muda Daehyun Corp terlihat sibuk pagi ini, banyak pekerjaan menumpuk di atas meja kebesarannya.
Proyek sahabatnya Jeon Yoongi yang hampir selesai, gedung yang ia bangun saat ini siap di gunakan untuk pekerjaan pamuda genius itu. Namjoon tersenyum miring, entah apa yang ada di pikirannya.
Ia sudah berfikir bahwa yoongi tak akan menyelesaikan ide gilanya itu.
Seorang Jeon Yoongi yang dikenal genius itu takan bisa berhasil jika ia tak memiliki jantung robot milik sang ayah.
Pemuda tinggi tersebut tertawa remeh. Mengingat bagaimana saat Yoongi dengan ambisinya selalu gagal untuk membuat jantung robot yang bisa menciptakan emosi, pemikiran dan perasaan akan sifat manusia yang hebat.
Entahlah, Namjoon sama sekali tak ingin melihat Yoongi berhasil. Bagaimana dahulu ayahnya selalu di remehkan oleh orang lain, diinjak-injak bahkan tak di akui kegeniusannya.
Kim Jisung yang saat itu hanya menatap iri sang sahabat yang berhasil akan segala hal, seakan-akan itu adalah suatu penghinaan dan penghianatan bagi seorang Kim Jisung.
Ruangan besar milik Namjoon di ketuk perlahan oleh seseorang dari luar.
"Masuklah."ucap Namjoon yang masih fokus akan pikirannya dan menatap lembar demi lembar pekerjaannya.
"Selamat pagi Sajangnim." sapa pemuda tampan yang melangkahkan kaki panjangnya menuju atasannya.
"Oh Hoseok ada apa?" berhenti sejenak akan kertas sialan yang membuatnya jenuh saat ini, padahal hari masih bisa di bilang pagi.
"Proyekmu gedung Daehyun Robotics Engineering Lab sudah selesai Sajangnim." sang sekretaris memberikan map hitam berisi lampiran dan laporan hasil kerja perusahaan. Namjoon membukanya membaca dan melihat beberapa foto penampakan gedung miliknya.
"Sesuai permintaan Anda. Gedung nyaman dengan fasilitas memadai. Perlengkapan, serta alat super canggih yang kita pakai yang di impor langsung dari luar negri,"
"Terdapat juga kantin dan cafeteria luas di lantai dasar dengan keamanan dan kuliatas terbaik tingkat tinggi." Hoseok menjelaskan panjang lebar akan hasil dari proyek milik atasannya. Namjoon mendengarkan sekretarisnya dengan baik sambil membaca map hitam yang di berikan.
"Kerja bagus Hoseok, apa sudah kau persiapkan juga yang aku minta?"
"Tentu saja Sajangnim, ruangan bawah tanah khusus untuk dirimu. Pintu masuk untuk kesana berada di samping gedung, dan sesuai permintaan hanya Anda saja yang bisa memasuki ruangan tersebut. Ini kartu aksesnya." memberikan sebuah amplop kecil berisi sebuah kartu berwarna emas didalamnya.
"Baiklah jadi kapan aku akan melihat tempat ini?"
"Sore ini, saya sudah mengatur jadwal untuk Anda mengunjungi gedung baru. Kita akan berangkat pukul 4 sore, setelah rapat resmi perusahaan kerja sama nanti yang akan diadakan pukul 1 setelah makan siang." melihat jadwal apa saja yang akan atasannya itu lakukan di tab yang berada di tangannya.
"Oke! kau boleh pergi" Namjoon meletakan map tersebut ke dalam lemari penting yang berada di sudut kanan sebelah meja kerjanya.
Hoseok mengangguk pelan, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan besar Kim Namjoon.
Saat ingin menarik gagang pintu, Hoseok teringat sesuatu hal yang harus ia bicarakan dengan sahabatnya.
"Namjoon?" Yah, mungkin disaat-saat seperti ini Hoseok tak perlu memakai bahasa formal saat memanggil sahabatnya itu.
"Ada apa?"
"Aku mendapatkan kabar dari guru salah satu sekolah milikmu." suaranya terdengar ragu saat ini, bahkan ia mengalihkam tatapan matanya pada lawan bicara. Hoseok hanya takut jika apa yang diucapkannya kali ini akan membuat Namjoon lepas kendali.
"kenapa? Apa sekolah itu bermasalah?"
"Tidak, tapi aku mendengar bahwa adikmu tak masuk sekolah hari ini. Bahkan tak memberikan kabar apakah ia sakit atau izin pada pihak sekolah." jelas Hoseok.
"Apa?! Tadi pagi ia berangkat dengan paman Lee untuk kesekolah seperti biasa!!" Namjoon mengamuk. Hoseok hanya menundukkan kepalanya dalam, sudah tau bahwa Namjoon akan marah besar seperti ini.
Cukup terkejut mendengarnya.
Ya, Namjoon memang sedikit tegas dan keras akan adik satu-satunya itu.
Walaupun ia jarang memperhatikan bahkan berbicara pun hanya sekenannya saja. Tetapi Namjoon tetap memberikan apa yang Taehyung mau, apa yang Taehyung butuhkan dan inginkan. Ia tak membuat adiknya menjadi gembel di jalanan.
Gebrakan meja memenuhi ruangan, membuat karyawan yang berada di luar terkejut mendengarnya. Hoseok menahan nafasnya kala netra Namjoon memancarkan amarah.
"CARI!" teriaknya.
"CARI ANAK ITU! BAWA PULANG! SERET JIKA ANAK ITU TAK MAU! Anak itu sudah ingin menjadi berandalan rupanya!" tangannya meremas kertas kerja dengan gemas.
Hoseok hanya mengangguk takut. Dengan cepat ini melangkahkan kakinya keluar dari sana, sahabatnya itu berbahaya jika sudah marah besar bisa-bisa ia pun menjadi bahan amukan Namjoon yang menyeramkan.
.
.
.
TBC
'IndahHyera
0072019'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top