Bab 2

Judul cerita : Gairah Mantan Kakak Ipar

Prolog

Lady baru saja menginjak usia 23 tahun dan merasa dirinya sudah dewasa. Waktunya untuk punya pacar, kencan, dan melakukan banyak hal romantis lainnya. Selama ini hanya memikirkan soal belajar dan kuliah. Namun seiring berjalannya waktu perasaan dan hasrat sexual muncul dalam dirinya.

Lady sering kali merasa iri saat teman-temannya bercerita serunya punya pacar. Sedangkan dirinya tenggelam dalam dunia sendiri. Sering nimbrung dengan teman-temannya yang membahas petualangan sex. Tak jarang tercengang mendengar pengalaman sex mereka yang menurutnya sangat liar.

"Ciuman itu menggairahkan ternyata. Gue paling suka ciuman sambil pegang itunya."

"Gue juga suka ciuman sambil dibelai-belai. Apalagi kalau dada gue diremas-remas, aaah."

"Geli-geli basah, tapi enaaak."

Lady tidak bisa membayangkan sebuah ciuman dilakukan sambil saling raba. Sedangkan di film-film, adegan ciuman biasa si cowok memegang pipi dan si cewek merangkul leher.

"Tadi malam, gue bawa pacar ke kamar lewat jendela. Di ruang tengah ada bokap sama nyokap lagi nonton teve. Kalian tahu gimana? Gue sama cowok gue malah asyik ciuman, bodo amat sama dunia luar."

"Ciuman doang?"

"Kagaklah, sama ngewe!"

"Gilee, anjay!"

Lady terbelalak pada cerita temannya. "Eh, lo berani amat?"

"Iyalah, habis kecup-kecup langsung main kita." Si teman tertawa keras. "Gimana, ya, udah nafsu soalnya. Sulit ditahan."

"Main apaa?" tanya Lady.

"Aduh, Lady lo bocil amat, sih! Ini kayak gini gue kasih tahu."

Lady menatap bengong saat melihat video porno di hape temannya. Sepasang laki-laki dan perempuan saling oral. Perempuan berada di atas, sibuk mengulum sedangkan laki-laki yang di bawah mengecup. Keduanya terlihat intens saat bercinta.

Tanpa sadar tubuh Lady memanas. Ia juga ingin merasakan itu semua, tidak heran kalau ngebet sekali punya pacar. Saat menonton video porno selangkangannya sering basah. Ia mengusap lembut dan merasa senang. Membayangkan kalau tangan laki-laki yang melakukannya pasti lebih menyenangkan. Sayangnya belum nemu orang yang cocok. Sampai suatu ketika terjadi reuni yang tidak disangka, mantan suami kakaknya yang sudah tiga tahun menghilang muncul lagi.

Namanya Johan, baru pulang dari luar negeri dan datang untuk memberi oleh-oleh. Saat melihat Lady yang hanya memakai tank top tanpa beha serta celana super pendek, Johan tersenyum simpul.

"Lady, sudah besar kamu, ya?"

Lady melongo di tengah pintu dan tanpa pikir panjang memeluk Johan yang terlihat makin tampan san menawan. "Kaak, lama nggak ketemu."

"Aku baru pulang. Sekalian bawa oleh-oleh buat kalian. Di mana yang lain?" Johan dengan lembut mengusap pinggang Lady yang ramping, meringis saat dada dengan puting yang mengeras menempel pada tubuhnya.. Gadis kecil yang dulu diingatnya sangat kurus dan kaku, kini menjelma menjadi perempuan muda yang matang dan sexy. Dada membusung, kulit putih, serta puting menegang yang membuat pikiran Johan mengembara. Kejantanannya langsung terangsang.

"Yang lain lagi pergi. Ayo, masuk, Kak! Mau aku buatin minum?"

Johan mendesah, ingin sekali menjawab kalau dirinya tidak butuh minum. Yang diinginkannya adalah menarik Lady ke atas pangkuannya. Mereka duduk di sofa sambil berciuman dan tangannya menyelusup masuk ke dalam tank top untuk meremas dada yang membusung. Membayangkan bibirnya melumat puting dan melumat bibir mantan adik iparnya, membuat Johan kehilangan kewarasan.

"Kak, kenapa diam?"

Johan mengulurkan tangan untuk mengusap puting yang menonjol dari balik tank top.

"Aku diam karena kamu sexy sekali, Lady."

Dada Lady berdebar keras dengan bulu kuduk meremang saat jari Johan mengusap lembut putingnya. Ia tanpa sadar mendesah dan membasahi bibir karena hasrat aneh yang membuat tubuhnya menggelinjang.

**

Milea terpaksa meninggalkan laptopnya, di mana Johan dan Lady sebentar lagi akan bergumul penuh gairah. Ia sudah merencanakan keduanya akan berciuman di dapur, saling menelanjangi diri di ruang makan, dan berakhir dengan bercinta penuh gairah di ruang tamu. Dia manusia mesum yang setengah gila akan sex, tidak peduli keadaan dan situasi. Lady akan kehilangan keperawanannya dengan si mantan kakak ipar. Namun, semua terori itu terhenti saat ada yang datang menggedor pintu kontrakannya. Padahal hari libur adalah waktu yang tepat untuk mencari uang dari tulisan mesum. Target pembacanya adalah anak-anak kuliah yang gabut atau ibu rumah tangga yang suka percintaan panas. Alih-alih menulis mesum dengan tubuh berkeringat, Milea dipaksa untuk menghadapi orang tuanya yang datang bersama adiknya.

"Milea, sudah lama kamu nggak pulang?" Si ayah bertanya sambil mengembuskan rokok di bibir. "Kami berharap hari Sabtu kamu pulang malah asyik tidur!"

Bentakan Hasta membuat Milea menghembuskan napas panjang. Si ayah selalu menampilkan dirinya seperti orang yang ingin dihormati anak-anaknya tapi tidak pernah ada timbal balik antar keluarga.

"Anakmu itu udah merasa kaya, makanya nggak mau anggap kita lagi!" Si ibu tiri, perempuan yang masih cantik di usia empat puluh lima tahun, bernama Titi. Milea sebenarnya tidak mau memberi cap jahat pada seseorang terutama ibu tiri, tapi Titi menurutnya benar-benar kejam. Seorang ibu yang tidak pernah memperhatikan anak dan hanya tahu soal uang. "Kenapa melotot Milea? Berani melawanku setelah rasa malu yang kamu berikan pada kami? Heh, kami menjodohkanmu dengan Baim. Kenapa saat acara pertemuan kamu malah kabur?"

Milea terbeliak saat Titi menghampiri dan menjambak rambutnya. Tidak sempat berkelit saat adik tirinya ikut-ikutan menjambak dan menyeretnya ke arah sofa.

"Ka-lian bukan ingin menjodohkanku. Ka-lian menjualku, aah. Lepaaskan, sakiit!"

Tidak peduli pada Milea yang berteriak, Titi dan anaknya yang bernama Galuh terus menjambak bergantian. Milea mencoba meloloskan diri tapi Galuh yang bertubuh lebih tinggi darinya dengan mudah memukul pundak dan membuatnya terduduk di lantai. Hasta diam tidak bergerak selama penganiayaan itu. Menatap apa yang terjadi dengan tatapan tidak peduli seolah hal biasa kalau Milea dipukul dan aniaya.

"Sakit lo bilang? Lebih sakit mana perasaan ayah dan ibu karena lo mangkir dari perjodohan!" teriak Galuh tepat di sisi telinga Milea. "Gara-gara lo nggak datang, keluarga Baim jadi ngamuk dan akhirnya kita nggak bisa minjam uang lagi. Padahal gue butuh uangnya!"

Milea mendengkus, menahan sakit sambil melotot ke arah Galuh. Mengulurkan tangan untuk ganti mencekik Galuh dan baru saja tangannya menyentuh leher saudara tirinya, Titi melayangkan pukulan untuk menghantam bagian belakang kepalanya. Milea terduduk dengan kepala berdenyut sakit dan pening. Tidak sanggup lagi melawan kekerasan yang dilakukan ibu dan adik tirinya. Terlebih si ayah hanya mengamati sambil merokok.

Menunduk untuk meredakan kesakitan di kepalanya, Milea menolak rasa sedih dan tangis. Tidak ingin membuat ibu dan adik tirinya merasa puas karena sudah berhasil menganiayanya. Mereka selalu melakukan ini padanya, tanpa peduli kalau semua yang dilakukannya punya alasan tersendiri. Ia manusia, bukan robot yang harus selalu menuruti apa kata mereka.

"Milea, kamu sudah tahu apa salahmu?" Hasta bertanya sambil mematikan rokok. Tidak menemukan asbak, seenaknya saja menggunakan meja hingga menciptakan bekas lubang dan juga percikan abu. "Harusnya kamu datang, Milea. Kenapa jadi anak kamu nggak pernah nurut?"

Galuh menekan pundak Milea dan berbisik. "Lo harus ganti duit gue."

Milea mengangkat muka. "Duit lo? Emangnya gue pakai duit lo?"

"Secara nggak langsung lo udah gagalin gue buat dapetin pinjamana dari keluarga Baim. Siapa suruh lo nggak datang ke acara perjodohan?"

"Kalian nggak mau jodohin gue. Cuma mau jual gue!"

"Lah, bagus kalau sadar!" Titi menyela lalu terbahak-bahak menatap Milea yang melotot padanya. "Baim suka sama kamu. Bapaknya udah lama kenal sama ayah kamu. Wajar kalau anak-anak dijodohin buat jalin silaturahmi. Yang nggak wajar itu cewek kayak kamu. Sok cantik, sok anggun, padahal mah biasa aja. Keluarin semua uangmu buat kami!"

Milea menggeleng. "Aku nggak ada uang, belum gajian."

"Peduli setan lo udah gajian apa belum. Keluarin uang sekarang!" teriak Galuh dengan suara keras.

Milea terduduk di lantai, menatap tiga keluarganya yang sedang mengacak-acak kamar untuk mencari uang. Mereka membongkar tas, dompet, dan berhasil menemukan celengan. Galuh bahkan ingin mengambil tas yang diberikan Danistri, dengan keras Milea melarang. Mengambil tas itu dari tangan Galuh.

"Kalian ambil saja semua yang kalian mau, jangan tas ini."

Galuh menyipit. "Kenapa nggak boleh?"

Milea meneguk ludah. "Tas titipan ibu kos!"

Untungnya Galuh percaya, tidak memaksa untuk mengambil tas itu. Setelah mendapatkan cukup uang, Hasta mengajak istri dan anaknya pergi. Meninggalkan Milea yang terduduk lemas di atas sofa tua. Mencengkeram tas hadiah dalam pelukan. Salah satu alasan kenapa dirinya selalu menolak pemberian dari Laura adalah karena kejadian seperti ini. Keluarganya akan berusaha untuk mengambil apa pun yang dimilikinya.

Milea selalu menjadi sasaran keluarganya, anehnya mereka selalu menemukannya setiap kali berpindah tempat. Milea berpikir untuk mencari apartemen dengan begitu akan sulit dikejar. Sayangnya, uangnya tidak cukup untuk pindah ke tempat yang baru. Hidup menjadi sangat sulit untuk anak perempuan yang tidak diinginkan oleh keluarganya.
.
.
.
Di Karyakarsa bab 20.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top