Chapter I : Magic Door

"Tadaima."

Terdengar sebuah suara yang bersumber dari arah pintu rumah yang ternyata seorang gadis berambut silver panjang yang tampak sedikit lelah.

Gadis itu melangkahkan kakinya pelan lantaran belum juga mendengar suara yang menyahuti sapaan pulangnya.

"Itu artinya aku masih a--"

"Kau dari mana saja, Chika?" Suara berat seorang pria terdengar begitu jelas di indera pendengaran sang gadis.

Gadis yang bernama Chika itu langsung membalikkan badannya dan menampilkan cengiran kecilnya untuk satu orang pria yang ada di rumah mereka saat ini.

"Yo-Yoshi-nii~," panggilnya dengan nada manja. Gadis itu berpikir jika ia berbuat baik pada kakak sepupunya mungkin saja ia bisa lepas dari interogasinya.

"Pergi ke Game Center lagi, huh?" ucap pemuda itu dengan kedua tangan bersidekap di dada. Sedangkan Chika menganggukkan kepalanya pelan.

Moriyama Yoshitaka tidak pernah menyangka jika ia akan memiliki seorang adik yang manis. Ya, adik angkat karena kedua orangtua Chika meninggal saat mereka sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.

Berhubung keluarga Chika dan keluarganya merupakan teman dekat, kedua orangtuanya sepakat untuk merawat Chika dan memberikannya marga yang sama. Meski sebenarnya ia belum lama ini bertemu dengannya karena sebelumnya ia tinggal di Amerika.

"Ya sudah, lebih baik kau segera ganti baju lalu kita akan makan malam bersama," kata Yoshitaka pada akhirnya karena tidak tega mengintrogasi adik manisnya.

"Hai' onii-chan!" jawabnya semangat membuat pemuda bermata sipit itu tersenyum tipis.

⏳⏳⏳

Makan malam bersama di sebuah rumah sederhana yang penuh kehangatan meski tinggal berdua. Moriyama Yoshitaka merupakan seorang mahasiswa dan memilih untuk tinggal sendirian di sebuah rumah milik kerabatnya yang sudah lama tak terpakai sedangkan Moriyama Chika tinggal bersama Yoshitaka karena ia akan bersekolah di SMA Kaijo yang kebetulan tidak jauh dari rumah Yoshitaka saat ini.

"Ne, Yoshi-nii ...."

"Hm?"

"Apa kau percaya ramalan?"

Pertanyaan Chika membuat Yoshitaka sedikit bingung. Pasalnya gadis itu selalu tidak tertarik dengan yang namanya ramalan.

"Memangnya kenapa?"

"Tadi ... saat aku pulang sekolah bersama Kise-senpai, tiba-tiba saja ada seorang wanita yang meramalku. Dia bilang aku akan mendapatkan pasangan yang sulit untuk di dekati, terus dia bilang aku juga pasti akan mengalami hal-hal yang menyenangkan dalam waktu dekat. Apa itu mungkin?" tanya gadis itu dengan raut wajah yang polos.

Yoshitaka hanya diam mendengarkan sambil memakan kare buatannya sendiri. Ia juga memikirkan apa yang dikatakan adiknya yang dulu sempat ia taksir namun tidak jadi karena mereka hanya bisa sebatas adik dan kakak. Pandangannya berubah serius membuat Chika tampak gugup sesaat.

"Kemarikan tanganmu!" perintah Yoshitaka dan Chika menurutinya.

Gadis itu mengulurkan tangan kanannya yang langsung di periksa oleh Yoshitaka. Tampak Yoshitaka menerima di bagian telapak tangan si gadis sambil ber 'hm' pelan.

"Kurasa itu memang akan terjadi," jawabnya membuat kedua alis Chika menukik bingung.

"Benarkah?"

"Ya," jawabnya lagi lalu memperhatikan gadis itu dengan intens. "Tapi ... apa rahasianya sehingga kau bisa mendapatkan lelaki seperti itu? Aku juga ingin mendapatkannya."

"Nii-san mau kekasih laki-laki, ya?" tanya Chika yang pura-pura polos yang langsung di balas dengusan kecil Yoshitaka.

"Tentu saja tidak, baka. Aku ingin kekasih wanita yang imut agar kelak kau bisa memiliki kakak ipar yang lebih imut darimu," balas Yoshitaka yang mulai memikirkan banyak gadis yang imut sedangkan Chika hanya bisa menahan senyuman gelinya saat membayangkan Yoshitaka memiliki gadis imut.

"Jika ku bandingkan antara nii-san dengan Kise-senpai kurasa Kise-senpai memiliki peluang yang lebih banyak untuk mendapatkan gadis-gadis yang imut, deh."

Jawaban Chika membuat Yoshitaka berubah cemberut. Alhasil gadis berambut silver itu langsung tertawa melihat perubahan raut wajah lucu Yoshitaka saat cemberut.

Chika langsung berjalan ke arah Yoshitaka dan melingkarkan kedua tangannya di pundak Yoshitaka dari belakang.

"It's okay nii-san, kau pasti akan menemukan gadis impianmu. So, berjuanglah, ya!" ujarnya lagi dengan riang lalu mengecup sebelah pipi Yoshitaka yang membuat wajah pemuda itu menjadi merona.

"Nii-san kawaii~"

Setelahnya gadis itu langsung meninggalkan Yoshitaka di ruang makan sendirian sedangkan gadis itu sendiri memilih untuk pergi ke kamar nya dan memilih tidur.

⏳⏳⏳

Tepat pukul 12 malam, Chika kembali bangun dari tidurnya. Kedua kakinya turun dari atas kasur lalu berjalan menuju ke arah pintu kamarnya.

"Sepertinya aku terlalu banyak minum air dingin," gumamnya dengan mata yang setengah terpejam yang mengakibatkan dirinya terhantuk suatu benda yang keras.

Duk

"Ittai ...."

Chika meringis pelan dengan sebelah tangannya mengelus pelipisnya pelan karena terhantuk pintu kamar yang belum terbuka.

Menghela napas pelan, gadis itu berpikir bahwa di balik pintu itu ada orang lain dan mengira kalau pintu itu menuju kamar mandi.

"Haloo .. apa ada orang?" panggil sambil mengetuk pintu kamarnya sendiri namun tetap saja tidak ada balasan.

Chika kembali mengetuk pintu kamarnya sampai sebuah cahaya menyilaukan keluar dari celah-celah pintu kamarnya yang membuatnya langsung penasaran.

"Pepatah bilang rasa penasaran akan membunuhmu. Kalau begitu, aku buka saja daripada aku mati muda karena rasa penasaran," ucapnya lagi dengan enteng yang langsung membuka pintu kamar itu denhan mudah hingga sebuah cahaya menyilaukan langsung keluar begitu saja memenuhi kamar tidur Chika.

Tbc

08 Januari 2019





Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top