Rindu
Detak jarum jam seolah berbisik, gerakannya terasa mengusik. Rasanya Erlan ingin melepas benda yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Namun, tidak mungkin ia merusak apalagi menyingkirkan benda peninggalan almarhum ayahnya.
Erlan bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju balkon di kamarnya. Semilir angin menerpa wajah, hangat sinar matahari pagi tembus ke hati, rasa benci yang membeku karena masa lalu kelam itu perlahan mencair dengan sendirinya.
Kayla membuatnya tersiksa sekali saja, tapi Erlan membuat banyak kesalahan dari empat tahun lalu. Keraguan muncul sebelum pernikahan kerena liburan yang menjadi bumerang untuk Erlan. Kini, ia harus menerima sebuah penyesalan karena bersikap terlalu dingin kepada Kayla kemarin.
“Hei kamu, lelaki 25 tahun, pemilik kartu nama tanpa nama, pacar sekaligus calon suamiku.”
“Calon ayah dari anak-anakku, duren, duda keren, Mas Erlan.”
“Mas.. haha.” Erlan bergumam sendiri. Ia tersenyum mengingat Kayla ketika memanggil dirinya.
Rasa rindu meramu, tapi malu akan perbuatannya membuat ia diam membisu. Ingin bertemu tapi ragu. Ragu kalau Kayla menolak dan marah karena sikapnya kemarin.
Erlan mengembuskan napas, mengumpulkan keberaniannya, menyusun rencana, lebih tepatnya membuat alasan agar ia bisa bertemu Kayla tanpa rasa malu untuk mengobati rasa rindu. Ia berjalan perlahan, meraih sebuah buku bergenre romansa yang terletak di meja, memakai kaca mata lalu memalik lembarannya begitu saja. erlan tidak benar-benar membacanya, dia hanya mencari kalimat yang tepat. Meski begitu, tak ada kata yang bisa ia ambil dari buku di genggamannya.
Erlan menjatuhkan dirinya di kasur, memejamkan matanya sejenak sembari memijat kening yang terasa pening. Beberapa detik kemudian, ia bangkit, berjalan ke arah lemari dan mulai beraksi.
Erlan mengganti baju yang dikenakannya dengan setelan kemeja biru, memakai dasi kupu-kupu juga jas dengan warna senada. Ia merapikan rambutnya, melihat pantulan dirinya di cermin, dengan percaya diri ia tersenyum dan berkata, “Kayla, mau mengulang masa lalu bersamaku? Tidak-tidak. Kayla, aku rindu. Maaf aku marah padamu soal kemarin.”
Erlan mengacak rambutnya kesal, ia tidak tahu harus berkata apa, pikirannya buntu. Alasan apa yang bisa ia gunakan agar bisa bertemu dengan Kayla. Erlan melepas dasi kupu-kupunya, melemparnya dengan sembarang. Kepalanya terasa pening, Erlan memutuskan pergi dari kamarnya. Ketika di ambang pintu, langkahnya terhenti, senyumnya tersungging, ia berbalik, tangannya meraih kaca mata hitam di meja. Erlan memakainya lalu melanjutkan langkah dengan senyum sempurna yang memesona.
***
"Jangan membenci kesalahan kecil begitu besar, hingga melupakan hal besar yang telah kamu terima."
"Jangan berharap terlalu besar, justru hal-hal kecil yang sering kali membuatmu merindu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top